Moral cerita dari dongeng anak luar negeri yang ditulis dalam bahasa Inggris ini adalah anak-anak harus selalu waspada dengan mulut manis dan bujuk rayu orang tak dikenal, karena bisa berniat jahat, dan kita harus berusaha berpikir kreatif ketika menghadapi bahaya agar selamat dari niat buruk orang yang jahat.
Induk Ayam Kalkun dengan Anaknya
Ada seekor induk Ayam Kalkun yang percaya benar pada pepatah lama yang diajarkan oleh neneknya. Pepatah lama itu bunyinya "Burung awal menangkap cacing," artinya siapa yang datang lebih dulu datang akan punya peluang berhasil yang lebih besar.Setiap malam ketika matahari sudah terbenam, si Induk Ayam Kalkun membawa anak-anaknya ke dahan tertinggi yang bisa mereka jangkau di sebuah pohon apel tua dan ia lalu menyanyikan lagu pengantar tidur:
"Tutup matamu, kalkun kecilku;
Sembunyikan kepalamu, jangan mengintip.
Ibu tahu akal bulus si rubah jahat,
dan dia akan mengincarmu saat kalian tidur. "
Si Induk Ayam Kalkun telah memberi tahu anak-anaknya tentang seekor rubah jahat yang hidup di sebuah lubang di pinggang bukit, dan ia tidak perlu menyebutkan nama itu lagi untuk membuat anak-anaknya patuh kepadanya.
"Aku sungguh berharap kita bisa melihatnya," kata seekor anak kalkun, saat ibunya sampai di akhir bait nyanyiannya. "Aku tidak akan mengenalnya jika bertemu dengannya."
"Oh ya, tentu saja," jawab ibunya. "Dia memiliki ekor yang sangat panjang, hidung mancung, dan giginya! Oh, astaga!" dia melengking, sambil mengepakkan sayap saat memikirkannya.
"Maukah ibu membangunkan kami jika dia datang malam ini?" tanya anak yang lain.
"Aku tidak perlu melakukan itu," jawab Induk Kalkun, "Kalian akan mendengar saat kami berbincang. Dia sangat licik, dan selalu sangat sopan dan mengatakan hal-hal yang baik. Tapi tutup kepala kalian; ini sudah larut malam," dan si Induk Ayam Kalkun mulai bernyanyi:
"Tutup matamu, kalkun kecilku;
Sembunyikan kepalamu, jangan mengintip.
Ibu tahu akal si bulus rubah jahat;
Dan dia akan mengincarmu saat kalian tidur. "
Pada saat Induk Ayam Kalkun sampai di bait terakhir, semua anak ayam kalkun sudah tertidur lelap.
Induk Ayam Kalkun merentangkan sayapnya dan menoleh ke segala arah untuk memeriksa keadaan sekitar, lalu ia mendekam untuk tidur sejenak.
Bulan bersinar terang ketika ia terbangun, dan melihat ada seekor rubah hitam besar yang berjalan dengan hati-hati ke arah pohon. Induk Kalkun melihat ekor si rubah yang lebat, dan ia pun mencengkeram dahan dengan kuat dan memastikan anak-anaknya aman. Ia tahu rubah jahat telah datang untuk mengambil salah satu anaknya dan membawa ke sarangnya, jika bisa.
"Selamat malam, Tuan Rubah," kata si Induk Kalkun, saat Rubah cukup dekat untuk mendengarnya. "Aku yakin bahwa aku tahu tentang sosokmu yang sangat hebat; Kau jelas terlihat sangat luar biasa di bawah sinar bulan."
Si Rubah agak terkejut dengan pujian yang diberikan kepadanya, karena biasanya dialah yang berkata dan si kalkun yang mendengarkan, tidak berani bergerak atau berbicara.
Setelah pulih dari keterkejutannya, si Rubah berkata: "Kau sangat pandai memuji, Induk Kalkun, dan aku hanya bisa mengembalikan pujianmu dengan mengatakan bahwa kau terlihat begitu anggun di atas dahan itu. Tapi jika kau ingin sepenuhnya menikmati malam yang indah ini, kau harus keluar dari pohon dan berjalan-jalan di atas bukit. "
"Kau benar," jawab Indu Kalkun, "tetapi aku tidak bisa meninggalkan anak-anakku sendirian."
"Aku akan sangat senang merawat anak-anak terkasihmu saat kau pergi," kata Rubah, "dan jika kau ijinkan mereka turun di sampingku, aku akan menceritakan sebuah kisah yang akan membuat mereka senang sampai kau kembali."
Pada saat ini anak kalkun sudah bangun dan mendengarkan apa yang dikatakan rubah. Dia tampak begitu baik dan sopan sehingga lupa untuk merasa takut, dan ketika Rubah berbicara akan menceritakan sebuah kisah, salah satu anak Kalkun berkata: "Oh, pergilah ibu, dan biarkan ia menceritakan kisah kepada kami. Kami akan sangat senang, jika ibu mengijinkan."
"Lihatlah, Induk Kalkun," kata Rubah, "Anak-anak yang cantik itu sangat ingin tinggal bersamaku. Pergilah dan nikmati sinar bulan."
Induk Ayam Kalkun memandang anak-anaknya dengan tajam, "Diam," dan kemudian dia berkata kepada di Rubah: "Aku menghargai tawaran baikmu, dan jika anak-anakku baik-baik saja seharusnya aku bisa meninggalkan mereka bersamamu, tetapi mereka sedang sakit, dan sangat kurus, sehingga aku harus sangat berhati-hati agar mereka cukup tidur dan makan dengan baik. Jika mereka tidak gemuk pada hari hari raya nanti, itu akan sangat memalukan."
Ketika rubah mendengar hal itu, ia tidak lagi berminat pada anak-anak kalkun itu, sehingga ia berkata, "Aku tahu betapa cemas perasaanmu Induk Kalkun, dan jika kau mau turun ke tempatku agar bisa berbicara tanpa didengar anakmu, aku akan memberitahumu makanan paling tepat untuk diberikan agar mereka gemuk."
"Jika si Rubah tak bisa mendapatkan anakku maka ia akan membawaku," pikir Induk Ayam Kalkun, "tapi aku sudah terlalu tua untuk bisa dijebak bahkan oleh mahluk licik ini."
Induk Ayam Kalkun tidak membalas ucapan si Rubah. Dia sedang memikirkan jebakan yang ia lihat telah dipasang oleh petani majikannya kemarin. "Aku harap kau mau berjalan berputar sebentar agar anak-anakku dapat melihat betapa indahnya ekor lebat yang kau miliki," katanya. "Mereka belum pernah melihat mahluk yang begitu tampan sepertimu."
Si Rubah sangat bangga dengan ekornya, maka ia pun keluar dari keteduhan pohon dan berjalan mondar-mandir.
"Katakan padanya betapa tampannya dia," bisik Induk Ayam Kalkun kepada anak-anaknya.
"Oh, bukankah dia begitu tampan!" kata yang satu, dan yang lainnya menyahut, "Andai saja kita punya ekor yang lebat, bukannya bulu yang lurus ini," sementara si Induk Ayam Kalkun berkata, "Kau adalah makhluk paling tampan yang pernah aku lihat."
Pada saat itu si Rubah sudah merasa seperti di awang-awang sehingga ia siap melakukan apa saja untuk menunjukkan pesonanya, jadi ketika si Induk Ayam Kalkun berkata, "Aku harap kau mau menunjukkan kepada anak-anakku bagaimana kau bisa berlari dan melompat".
"Kepala tong besar di sana itu tempat yang bagus," kata Induk Kalkun. Ia tahu betul bahwa tong itu tidak punya tutup kepala dan telah diisi dengan air oleh petani majikannya.
Maka berlarilah si Rubah dengan cepat, lalu melompat ke atas tong dan terjunlah ia ke dalam tong yang berisi air. Namun ketika mencoba melompat keluar, si Rubah tak bisa sanggup menggapai bibir tong karena terlalu tinggi. Tak lama kemudian si petani keluar dari rumah oleh sebab mendengar suara gaduh, dan saat melihat ada seekor Rubah besar di dalam tong airnya, ia pun segera menghabisi si Rubah.
Kalkun-kalkun kecil itu berdiri gemetar di samping induk mereka, tetapi setelah si petani masuk ke dalam rumah, si induk pun mulai bernyanyi:
"Tutup matamu, kalkun kecilku;
Sembunyikan kepalamu, jangan mengintip.
Ibu tahu akal bulus si rubah jahat,
Dan dia akan mengincarmu saat kalian tidur. "
Dan dalam beberapa menit semua kembali sunyi.
Label: Dongeng, Hiburan, Inspirasi
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.