Meski cerita ini berlatar gereja, dimana si anak yang bernama Tole itu menemukan pencerahan dalam hidupnya, namun anak lain di tempat yang berbeda bisa menemukan perubahan hidupnya ketika berkunjung ke Vihara, Kelenteng, Pura, Masjid, atau tempat ibadah lainnya. Tuhan memanggil umat-Nya dengan cara-Nya sendiri.
Si Tole
Tole adalah seorang bocah laki-laki kecil yang dibesarkan di jalanan kota besar tempat ia tinggal.Ia tidak pernah ingat siapa ibu dan ayahnya, dan tidak ada pula orang yang pernah merawatnya. Ingatan pertamanya adalah tentang seorang wanita tua yang memberinya sepotong roti saat ia lapar, dan kemudian ia tidur di sudut kamar wanita tua itu.
Namun sejak perempuan tua itu meninggal dan dibawa pergi, Tole tidur di emperan rumah atau di gang sepi.
Dengan menjual barang bekas ia bisa mendapatkan cukup makanan untuknya sendiri, dan jika tidak punya uang ia terpaksa mencuri untuk menutup rasa laparnya.
Tole sering merasa kedinginan dan lapar, tetapi ia juga melihat ada begitu banyak anak-anak lain yang berada dalam kondisi yang sama, dan ia tidak pernah berpikir bahwa ada banyak anak-anak lain yang kecukupan makanannya dan punya tempat yang hangat untuk tidur setiap malamnya.
Tole sering pergi ke pertemuan Bala Keselamatan ketika diadakan di lingkungan tempat tinggalnya, karena di sana ia tidak kedinginan dan bisa mendengar mereka bernyanyi dan berbicara tentang Seseorang yang mencintai semua dan akan membantumu jika saja kau meminta kepada-Nya. Tole tidak pernah dapat menemukan di mana Orang ini tinggal, dan oleh karena itu ia tidak dapat meminta bantuan-Nya.
Suatu hari Tole melihat seorang wanita yang pakaiannya terlalu bagus untuk penduduk di sekitar daerah tempat tinggalnya. Ia pun berjalan mengikutinya, berpikir bahwa wanita itu mungkin punya barang berharga yang bisa dicurinya. Namun, kesempatan untuk melakukan itu tidak pernah ada, dan sebelum Tole menyadarinya, ia telah berada di bagian kota yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Di sana gedung-gedungnya tinggi dan jalanannya jauh lebih bersih daripada di daerah tempat tinggalnya. Tole berjalan terus, melihat-lihat ke dalam jendela-jendela toko, dan suatu saat ia berdiri di samping seorang wanita dengan arloji berhias permata menggantung di ikat pinggangnya.
Tole belum pernah melihat benda yang begitu indah atau semudah itu untuk diambil, dan ia menunggu sampai beberapa orang lagi berkumpul di sekitar jendela toko, dan kemudian ia dengan hati-hati meraih arloji itu, dan dengan sekali tarik perhiasan itu berhasil diamblinya. Tole kemudian berlari sekuat tenaga seperti seekor rusa dikejar harimau dengan arloji yang digenggam erat di tangan kecilnya.
Ia terus berlari, tidak tahu atau tak peduli ke mana dia pergi, dan bagi Tole tampaknya seluruh dunia berteriak, "Berhenti, pencuri!" dan mereka semua mengejarnya.
Setelah beberapa saat, suara teriakan itu semakin lemah. Tole berhenti berlari dan melihat ke belakang. Tidak ada seorang pun yang mengejarnya lagi.
Tole melihat ke sekelilingnya. Semua rumah di sana besar-besar, dengan tangga-tangga batu yang bersih. Tole duduk di anak tangga paling bawah di salah satu rumah itu dan melihat harta yang dirampasnya.
Ia memegang jam itu di telinganya dan mendengar detak lembutnya, lalu ia melihat ke batu permata berkilauan yang menghias tutup jam itu. Ia kemudian membuka tutupnya dan melihat tangan kecil jam itu bergerak, lalu ia mbuka bagian belakangnya dan di sana ada gambar seorang bayi. Seorang anak laki-laki, pikir Tole. Di sekitar wajahnya yang gemuk itu tergerai rambut ikalnya, dan matanya yang besar tampak tenang. Tole duduk menatapnya selama beberapa menit, bertanya-tanya dalam hati siapa anak itu.
Ketika ia mendongak, ia melihat ada gedung besar di seberang jalan dengan sebuah menara di atasnya, dan di atasnya lagi ada sebuah salib.
Setelah beberapa saat mengamati, Tole akhirnya berjalan menyeberang jalan dan menaiki anak tangga yang panjang dan lebar dari gedung itu. Ia masuk melalui pintu yang terbuka, dan melihat-lihat dengan hati-hati. Sauasana sepi dan tidak ada seorang pun yang terlihat di sana.
Ia melihat ada dua pintu lagi, dan Tole pergi ke salah satunya dan mendorongnya hingga terbuka. Ia berpikir sejenak bahwa ia sedang bermimpi, karena ia tidak mengira bahwa sesuatu yang begitu agung itu ternyata ada.
Di dalam ruangan besar gedung itu terdapat deretan kursi, dan di ujungnya Tole melihat ada cahaya. Ia berjalan menyusuri salah satu lorong ruangan menuju ke tempat nyala api kecil itu, dan berdiri di depan altar.
Tole melihat segala sesuatu dengan perasaan kagum, tetapi ia sama sekali tidak tahu apa artinya semua itu, dan ia bertanya-tanya siapa yang tinggal di rumah yang indah ini, dan ia merasa aneh karena tidak ada orang yang muncul dan menyuruhnya keluar.
Ada sejumlah gambar di dinding ruangan dan Tole mendatangi salah satunya, yaitu wanita berwajah manis yang sedang menggendong seorang anak kecil. Tole terkejut dan melangkah mundur saat ia menyadarinya. "Itu bayi yang ada di dalam jam tangan," katanya. "Ini pasti tempat tinggalnya dan itu ibunya."
Seseorang akan datang, dan akhirnya ia akan tertangkap. Ia merasa yakin tentang itu, maka ia pun menyelinap ke dertan bangku dan merangkak di bawah kursi dan tetap diam di sana - begitu diamnya, hingga ia tertidur.
Ketika terbangun, seberkas cahaya menyala di dalam gereja dan sinarnya jatuh di gambar ibu dan anak itu, sedemikian rupa sehingga mata ibu itu seolah menatap lurus ke arah Tole yang masih berada di bawah kursi.
Untuk pertama kali dalam hidupnya dia merasa ingin menangis. "Seandainya aku punya ibu," pikirnya, "dan aku ingin ia memelukku seperti ibu anak laki-laki itu menggendongnya. Aku akan memberitahunya tentang jam tangan ini dan mungkin ia akan memberitahuku caranya untuk mengembalikannya ke wanita itu."
Tole merangkak bangun dari bawah kursi dan berdiri, dan tak lama kemudian datang ke arahnya seorang pria. Tole melihat pria itu mengenakan kostum yang aneh, dan ia menghindar ke belakang kursi; tetapi pria itu telah melihatnya dan tidak ada gunanya mencoba melarikan diri; Selain itu, Tole sama sekali tidak yakin bahwa ia ingin pergi.
"Apakah ini rumahmu?" tanya Tole, saat pria itu menghampirinya.
"Tidak, Anakku," jawabnya; "ini adalah rumah Tuhan."
Hati anak itu melompat kegirangan; itulah nama Orang yang diceritakan oleh orang-orang Bala Keselamatan, yang mencintai semua orang dan akan membantumu.
"Tolong," kata Tole, "Aku ingin bertemu Dia."
Orang baik itu memandang Tole dengan sungguh-sungguh, dan kemudian ia berkata, "Jika kau mau memberi tahu aku tentang apa yang kau ingin lihat dari-Nya, aku yakin aku bisa membantumu."
Tole bercerita tentang arlojinya dan bahwa ia merasa yakin wanita itu tinggal di sana, karena bayi dalam gambar besar itu sangat mirip dengan gambar yang ada di dalam arloji. "Dan jika ini rumah Tuhan," kata Tole, "kupikir Dia mungkin ayahnya dan mau memaafkan aku. Aku sangat menyesal telah mengambilnya."
Orang baik itu memegang tangan Tole. "Ikutlah denganku," katanya; "Kau akan dimaafkan, aku yakin."
Tole diberi makan malam yang enak, dan untuk pertama kali dalam hidupnya ia tidur di ranjang yang sesungguhnya.
Keesokan harinya orang baik itu menemukan wanita pemilik jam tangannya, dan ketika ia mendengar cerita Tole, wanita itu pun memaafkannya.
Tole dimasukkan ke sekolah, di mana ia belajar menjadi anak yang baik serta rajin belajar, dan ia segera melupakan kehidupan lamanya. Ia tumbuh menjadi pria yang akan dibanggakan oleh ibu mana pun. Tetapi satu-satunya ibu yang diketahui Tole adalah ibu dari anak laki-laki dalam gambar itu, yang ia puja sebagai sesuatu yang sakral dalam hidupnya.
Label: Dongeng, Hiburan, Inspirasi
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.