Belum surutnya pandemi membuat pidato pak Jokowi itu disampaikan secara virtual, suatu hal yang ada nilai positifnya oleh sebab menghemat jarak, waktu, dan biaya. Hanya saja memang, pertemuan pribadi kepala negara secara tatap muka memberi nilai tinggi dalam upaya memupuk hubungan interpersonal yang akan sangat berharga bagi kepentingan politik dan ekonomi masing-masing negara.
Begitu pun pesan yang hendak disampaikan oleh presiden tentu akan sama-sama bisa ditangkap dan dinilai oleh para kepala negara dan diplomatnya, karena meskipun disampaikan dalam bahasa Indonesia, dengan gaya tenang dan suara pak Jokowi yang berat, pidato itu langsung diterjemahkan ke bahasa mereka masing-masing.
Transkrip lengkap pidato pak Jokowi di PBB itu adalah sebagai berikut,
Transkrip Lengkap Pidato Presiden Joko Widodo di Sidang Majelis Umum PBB 2021
Yang mulia Presiden Majelis Umum PBB,Yang Mulia Sekretaris Jenderal PBB,
Yang Mulia Para Pemimpin Negara Anggota PBB.
Hasil Sidang Majelis Umum PBB ini ditunggu oleh masyarakat dunia untuk menjawab kegelisahan utama dunia.
Kapan masyarakat terbebas dari pandemi.
kapan perekonomian akan segera pulih dan tumbuh inklusif,
bagaimana menjamin ketahanan planet ke depan,
serta kapan dunia akan terbebas dari konflik, terorisme, dan perang.
Melihat perkembangan dunia sampai sekarang ini, banyak hal yang harus kita lakukan bersama-sama.
Pertama, kita harus memberikan harapan bahwa pandemi Covid-19 akan bisa tertangani dengan cepat, adil, dan merata.
Kita tahu bahwa no one is safe, until everyone is.
Kemampuan dan kecepatan antar negara dalam menangani Covid-19, termasuk vaksinasi, sangat timpang. Politisasi dan diskriminasi terhadap vaksin masih terjadi.
Hal-hal ini harus bisa kita selesaikan dengan langkah-langkah nyata, di masa depan kita harus menata ulang arsitektur ketahanan kesehatan global, Global Health Security System.
Diperlukan mekanisme baru untuk penggalangan sumber daya kesehatan global baik pendanaan vaksin, obat-obatan, alat-alat kesehatan, dan tenaga kesehatan secara cepat dan merata di seluruh negara.
Diperlukan standarisasi protokol kesehatan global dalam hal aktivitas lintas batas negara. Misalnya, perihal kriteria vaksinasi, hasil tes, mau pun status kesehatan lainnya.
Kedua, pemulihan perekonomian global hanya bisa berlangsung jika pandemi terkendali, dan antar-negara bisa bekerja sama, dan saling membantu untuk pemulihan ekonomi.
Indonesia dan negara berkembang lainnya membuka pintu seluas-luasnya untuk investasi yang berkualitas, yaitu yang membuka banyak kesempatan kerja, transfer teknologi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan berkelanjutan.
Ketiga, komitmen Indonesia terhadap ketahanan iklim, pembangunan yang rendah karbon, serta teknologi hijau sudah jelas dan tegas.
Tetapi, proses transformasi energi dan teknologi tersebut harus memfasilitasi negara berkembang untuk ikut dalam pengembangan industri dan menjadi produsen teknologi.
Pandemi Covid-19 mengingatkan kita tentang pentingnya penyebaran sentra produksi kebutuhan vaksin di dunia di banyak negara.
Keempat, kita harus tetap serius melawan intoleransi, konflik, terorisme, dan perang. Perdamaian dalam keberagaman, jaminan hak perempuan dan kelompok minoritas harus kita tegakkan.
Potensi praktik kekerasan dan marjinalisasi perempuan di Afghanistan, kemerdekaan Palestina yang semakin jauh dari harapan, serta krisis politik di Myanmar harus menjadi agenda kita bersama.
Pemimpin ASEAN telah bertemu di Jakarta dan menghasilkan Five Points of Consensus yang implementasinya membutuhkan komitmen militer Myanmar.
Harapan besar masyarakat dunia tersebut harus kita jawab dengan langkah nyata dengan hasil yang jelas. Itulah kewajiban yang ada di pundak kita, yang ditunggu masyarakat dunia.
Itulah kewajiban kita untuk memberikan harapan masa depan dunia.
Yang Mulia, tahun 2022 Indonesia akan memegang Presidensi G20 dengan tema besar Recover Together, Recover Stronger.
Indonesia akan berupaya agar G20 dapat bekerja untuk kepentingan semua, untuk negara maju dan negara berkembang, utara dan selatan, negara besar dan kecil, negara kepulauan dan pulau-pulau kecil, pasifik serta kelompok rentan yang harus diprioritaskan.
Inklusif adalah prioritas utama kepemimpinan Indonesia. Inilah komitmen Indonesia untuk membuktikan no one left behind.
Ekonomi hijau dan berkelanjutan juga akan menjadi prioritas. Indonesia paham bahwa Indonesia memiliki nilai yang strategis dalam isu perubahan iklim. Untuk itulah kami terus bekerja untuk memenuhi komitmen kami.
Pada tahun 2020, Indonesia telah berhasil menurunkan kebakaran hutan sebesar 82 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Laju deforestasi turun signifikan terendah dalam 20 tahun terakhir. Dalam tatanan global, Indonesia ingin mengedepankan burden sharing, berbagi beban, menghadapi agenda bersama dunia yang sangat berat.
Indonesia kembali mengedepankan dukungannya terhadap multilateralisme. Sudah mendesak bagi kita untuk mengawal multilateralisme yang efektif dengan kerja dan hasil yang konkret.
Let us walk together to recover together, recover stronger.
Terima kasih.
Demikian isi pidato Presiden Jokowi di Sidang Majelis Umum PBB yang padat, lugas, dan tanpa basa-basi. Apa yang diucapkan adalah apa yang memang ia ingin lakukan, sebagian ia telah lakukan dan akan terus lakukan hingga capaiannya terpenuhi, baik sebagai Presiden RI maupun ketika ia nanti menerima tongkat sebagai pimpinan G20.
Semoga beliau dimudahkan dalam menjalani tugas-tugasnya.
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.