Ketika kecil saya pernah membaca sebuah buku roman perjuangan berlatar Minahasa yang kesannya membekas cukup dalam di ingatan hingga puluhan tahun kemudian, namun sayangnya lupa apa judul bukunya. Sudah beberapa kali mencoba menggoogling dengan berbagai kata kunci namun tak ketemu juga, karena judul tak ingat, nama pengarangnya pun tak tahu lagi.
Nah ketika dua hari lalu, setelah entah karena apa teringat kembali dengan buku roman sejarah itu, dan untuk kesekian kalinya mencoba lagi menggoogling buku itu, tertumbuklah mata saya dengan baris hasil pencarian yang membawa saya ke laman books.google.co.id, yang menampilkan beberapa bab buku berjudul Pendekar Negeri Minahasa Karya Fary SJ Oroh ini.
Nama pengarang dan judul bukunya tak saya kenali, namun memutuskan untuk mencoba membacanya dulu, berharap bisa mengumpulkan serpih ingatan untuk mengenali apakah ini adalah bagian dari buku yang dulu pernah saya baca itu. Setelah puluhan tahun berlalu, ingatan tentang buku itu tentu sudah terpendam jauh sangat dalam di bawah tumpuk pikir.
Judul lengkap bukunya adalah "Pendekar Negeri Minahasa, buku pertama: Darah". Karena itu buku pertama maka tentunya ada buku kedua yang belakangan baru saya tahu bahwa buku keduanya mengambil sub-judul "Api". Belum saya googling lagi apa judul buku ketiganya, dst.
Halaman awal yang saya baca di laman web itu berupa daftar isi yang menyebutkan bahwa buku itu diterbitkan oleh Daun Ilalang Publishing, sebuah penerbitan yang didirikan Fary SJ Oroh sendiri pada tahun 2009. Ada catatan di laman yang menyebutkan bahwa beberapa peristiwa dalam kisah ini benar-benar pernah terjadi, namun dengan tambahan keterangan di laman berikutnya bahwa kisahnya sendiri sepenuhnya fiksi dan bersifat khayalan.
Buku pertama Kisah Pendekar Minahasa ini terdiri dari 17 bab, diawali dengan Kisah Tapak Darah, sebuah tanda keadaan genting di sebuah walak yang membutuhkan pertolongan segera dari walak lainnya.
Selain jargon jurus silat, judul bab juga memperkenalkan kata-kata dari bahasa Minahasa yang relatif masih asing, meski pernah mendengar atau membaca sekali dua. Boleh jadi karena belum terlalu banyak kosa kata Minahasa yang terserap ke dalam bahasa Indonesia.
Walak misalnya, yang adalah suatu komunitas masyarakat yang mempunyai ikatan kekerabatan dan mendiami suatu wilayah yang dipimpin oleh Kepala Walak. Suatu walak mendiami beberapa wanua atau desa yang masing-masing dipimpin oleh seorang Ukung atau Kepala Wanua. Seluruhnya ada 12 walak di Minahasa.
Laman selanjutnya menyebut bahwa ini adalah suatu kisah yang tak tercatat dalam sejarah (sudah barang tentu demikian, karena memang sepebunuhnya karya khayal), yaitu “Ketika perang dan intrik melanda walak-walak di Minahasa, tanpa menyadari ancaman besar di depan mata: serbuan Kerajaan Majapahit…”
Prolog buku ini berisi dialog antara Laksamana Nala, Panglima Armada Laut Kerajaan Majapahit, dengan Mahapatih Gajah Mada, tentang rencana penaklukan sejumlah daerah, termasuk Malesung (Minahasa kuno) yang menjadi pusat pergolakan tokoh-tokoh dalam buku ini.
Kedua petinggi Majapahit itu rupanya sama-sama memiliki kenangan manis semasa muda di daerah itu yang mau tak mau harus mereka kesampingkan guna mewujudkan apa yang telah menjadi sumpah Patih Gajah Mada, Sumpah Hamukti Palapa, yaitu untuk mempersatukan wilayah Nusantara di bawah panji-panji Kerajaan Majapahit.
Bagaimana cerita selanjutnya silahkan dibaca sendiri dulu, baik mengintip dulu dari preview di Google Books atau pun membeli bukunya yang tersedia di Google Playstore.
Membaca preview bukunya, boleh dibilang buku ini cukup baik, dan patut diapresiasi keberadaannya, apalagi dengan mengusung tema budaya lokal yang memang perlu diperkenalkan kepada masyarakat luas. Karena belum membacanya sampai selesai, saya tak hendak memberi penilaian yang lebih jauh tentang buku Pendekar Negeri Minahasa ini.
Namun satu hal yang pasti, ini bukanlah buku yang saya pernah baca puluhan tahun yang lalu itu. Ada beberapa pengarang dan judul buku yang sempat muncul di laman pencarian, yang masih perlu saya telusuri lagi untuk menemukan buku tentang Minahasa yang memberi kenangan membekas dalam jangka waktu begitu panjang itu.
Jika Anda tahu, tulis di kolom komentar ya....
Label:
Buku
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.