Desember 29, 2021

GERD dan LPR serta Tata Laksana dan Pantangannya

Tulisan ini berisi kupasan tentang GERD dan LPR, pengobatan dan tata laksananya serta pantangannya, baik yang bisa dilakukan sendiri oleh penderita maupun atas petunjuk dan pengobatan yang memerlukan resep dokter.

Untuk memahami perbedaan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) dan LPR (Laryngopharyngeal Reflux), perlu disegarkan lagi ingatan tentang saluran cerna dan saluran nafas bagian atas.

Setelah mulut adalah tenggorok (faring) yang bercabang ke kerongkongan (esofagus) sebagai saluran makan minum, dan ke kotak suara (laring) dan lanjut ke trakea sebagai saluran nafas.

Pada tenggorok ada bagian bernama epiglotis, yang berfungsi untuk menutup saluran ke kotak suara ketika menelan makanan dan minuman, agar tidak kesasar masuk ke saluran nafas.

Jika GERD adalah kondisi dimana asam lambung berulang kali naik namun hanya sampai ke kerongkongan, maka pada LPR asam lambung naik hingga ke tenggorok dan jika epiglotis tak menutup sempurna maka bisa masuk ke kotak suara dan menyebabkan peradangan.

Jadi jika tak ada perbedaan lain atau jika kondisi lain relatif sama, maka bisa dikatakan bahwa secara umum LPR lebih berat dibandingkan dengan GERD, meski sama-sama disebabkan oleh reflux asam lambung, oleh karena LPR bisa pula mengganggu saluran nafas bagian atas.

LPR bisa ditegakkan diagnosanya oleh dokter ahli THT, dengan melakukan pemeriksaan visual memakai endoskopi pada tenggorok dengan terlebih dahulu memberi anestesi lokal yang membuat pasien untuk sementara tidak bisa menelan. Warna merah akibat peradangan pada kotak suara adalah indikasi terjadinya LPR, selain gejala sesak nafas.

Sedangkan GERD bisa dirujuk ke dokter ahli penyakit dalam (internis) sub-spesialis gastroenterologi.

Gejala

Gejala yang dialami penderita LPR adalah rasa mengganjal di tenggorok, berasa ingin bersendawa namun sulit dan ketika bisa sendawa maka yang keluar hanya sedikit udara bercampur cairan yang berasa harus ditelan lagi dan setelah ditelan berasa harus disendawakan lagi, demikian berulang-ulang yang membuat penderita sulit tidur.

Gejala LPR lainnya adalah suara bisa menjadi serak yang menjadi tanda bahwa asam lambung masuk ke dalam kotak suara yang jika dilihat akan memerah atau bengkak dan berasa sakit. Rasa pahit di tenggorokan juga bisa dialami penderita LPR. Gejala yang sangat mengganggu adalah sesak nafas, yang bisa berlangsung selama beberapa waktu.

Sedangkan gejala GERD adalah sensasi perih dan panas seperti terbakar di dada yang berlangsung beberapa waktu, nyeri dada saat berbaring atau membungkuk, mual, muntah, kesulitan menelan, suara serak setelah tidur, dan bau asam pada mulut.


Penatalaksanaan

Karena penyebabnya secara umum sama, maka penatalaksanaan GERD dan LPR kurang lebih juga sama, yaitu dengan diet, perubahan pada gaya hidup atau mengganti kebiasaan, serta terapi dengan obat.

Diet Pantangan

Minuman yang hendaknya dihindari atau dikurangi secara signifikan selama penyakit masih ada dan selama beberapa waktu sesudahnya adalah minuman yang mengandung kopi, teh, jahe, soda, dan alkohol.

Buah-buahan yang hendaknya dikurangi konsumsinya adalah jeruk, apel, tomat (termasuk saus tomat), sirsak, durian dan alpukat.

Makanan pantangan adalah yang berasa asam (cuka), terlalu berlemak termasuk gorengan, terlalu berbumbu, bawang putih dan bawang bombay, keju, fastfood, mie, makanan pedas / cabai / sambal, coklat, dan peppermint. Yang hendaknya juga dihindari adalah susu (kecuali yang low fat atau rendah lemak), dan konsumsi vitamin C dosis tinggi.


Makanan Anjuran

Sebuah tulisan di sini menyebut bahwa makanan yang bisa menenangkan asam lambung adalah makanan berserat tinggi seperti oatmeal utuh, produk gandum utuh dan beras merah.

Sayuran seperti wortel, bit, ubi jalar, selada, asparagus, timun, brokoli dan kacang hijau.

Makanan yang bersifat basa atau yang memiliki pH di atas 7 bisa membantu mengimbangi asam lambung ekstra, seperti pisang, brokoli, bunga kol, adas, melon, kacang.

Makanan dengan kandungan air tinggi yang bisa mengencerkan asam lambung dan melemahkannya, seperti sup kaldu (bukan tomat), seledri, teh herbal (tanpa kafein), dan semangka.


Merubah Pola Hidup

Makan malam terakhir sebaiknya dilakukan 3 jam sebelum tidur, dan posisi kepala saat tidur lebih tinggi 30 derajat dari posisi badan.

Atur jadwal makan, sehingga selalu pada jam yang sama plus minus 15 menit, misalnya pukul 7 pagi, 12 siang, dan pukul 7 malam, jika biasa tidur pukul 10 malam. Ada baiknya hindari makan selain pada jam-jam itu, kecuali darurat, misalnya gula darah drop. Minum air putih (bukan minuman manis) bisa kapan saja. Ini dilakukan untuk mengurangi produksi asam lambung.

Hindari menggunakan celana ketat atau sempit yang menekan lambung.

Hentikan pula kebiasaan atau kurangi merokok, dan yang paling penting diantara semuanya yang merupakan tindakan tersulit namun berpengaruh sangat besar, adalah mengelola pikiran dan perasaan untuk menghilangkan stress berlebihan.

Kelola dan selesaikan satu per satu masalah yang dihadapi, dan lakukan kegiatan yang bisa mengalihkan sejenak beban pikiran, seperti berkebun, bersepeda, jogging, atau olah raga ringan yang bisa menenangkan pikir seperti yoga dan taichi.

Mendengarkan musik instrumental saat santai atau menonton film komedi juga akan membantu. Hindari bermain game dan menonton film yang menguras pikir dan rasa.


Pengobatan

Obat yang biasa diberikan adalah lanzoprazole atau omeprazole, mana yang lebih cocok atau lebih sedikit efek sampingnya. Ada yang tak ada masalah dengan keduanya, namun ada yang lebih cocok dengan salah satunya.

Obat diminum sekitar 15 menit sebelum makan pagi dan makan malam.

Baik lanzoprazole maupun omeprazole merupakan golongan obat keras yang bisa dibeli di apotek dengan resep dokter, meski ada apotek yang membolehkannya dibeli tanpa resep.

Karena kedua obat tersebut bisa mengganggu penyerapan vitamin B12, maka pada pemakaian lama ada baiknya mengkonsumsi vitamin B12 atau neurotropic vitamin (B1, B6, B12) pada saat makan siang.

Obat lain yang juga bisa diresepkan dokter adalah sucralfate suspensi yang berfungsi melindungi lambung, dan diminum tiga kali sehari sebelum makan.

Dokter bisa pula meresepkan Braxidin atau Librax jika dirasa perlu, terutama jika penderita mengalami kesulitan tidur.


Label: Inspirasi, Kesehatan
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang, seorang penyusur jalan.
Traktir BA secangkir kopi? Scan via 'Bayar' GoPay.