Di kelenteng mana saja yang pernah saya kunjungi memang biasanya ada rak sederhana yang dipergunakan untuk menyimpan buku-buku terkait peribadatan yang bisa diambil oleh siapa saja secara gratis.
Buku-buku itu bisa berasal dari sumbangan umat, atau memang dicetak oleh pengurus kelenteng yang biayanya diambil dari dana simpanan yang berasal dari donatur.
Agar bisa dibaca lebih banyak orang, terutama mereka yang percaya dan membutuhkannya, maka berikut adalah kutipan dengan perubahan seperlunya dari buku tersebut.
***
Dalam melaksanakan Sembahyang Besar dan Perayaan Hari Raya, orang sering kali cenderung lebih menekankan pada kebiasaan rutin, tanpa mengetahui tradisi sebenarnya dan makna yang terkandung pada setiap Upacara Sembahyang Besar.
Dengan mengetahui tradisi serta memahami makna yang terkandung pada setiap Upacara Sembahyang Besar maka umat akan bisa lebih menghayati setiap ritual yang dijalaninya.
Secara garis besar ada tiga golongan utama Upacara Sembahyang:
1. Upacara Sembahyang untuk merayakan pergantian musim, misalnya Chun-Jie / Sin Cia, Duan-Wu / Peh-Cun, Zhong-Qiu / Tiong Ciu Pia dan Dongzi / Tung-Che.
2. Upacara Sembahyang sebagai penghormatan kepada roh leluhur, misalnya Qing-Ming / Ceng-Beng, Zhong-Yuan / King Hoo Ping dan Chu-Xi.
3. Upacara sembahyang berkaitan dengan hari lahir atau hari-hari suci shenming atau dewa, misalnya kedatangan Cheng Ho yang dirayakan setiap tahun di Kelenteng Sam Po Kong Semarang.
Meski umumnya merupakan tradisi Tao dan Konfusius, namun ada pula upacara sembahyang yang diselenggarakan pada hari-hari suci agama Buddha (Magha, Waisak, Asadha, Kathina, dan hari lahir para Bodhisattva) atau hari-hari suci lain dari agama Tao dan Konghucu.
Dulu Upacara Sembahyang Besar di kelenteng selalu dipimpin oleh pemuka-pemuka masyarakat, lengkap dengan pakaian dan tanda-tanda kebesarannya.
Tahun Baru Imlek
Hari Raya Imlek (Yinli Xin Nian / Sin Cia) jatuh pada tanggal 1 bulan 1 Imlek (Cia-Gwee Ce It), bertepatan dengan pergantian tahun Imlek berdasarkan perhitungan peredaran bulan yang dikombinasikan dengan perhitungan berdasarkan peredaran matahari.Imlek jatuh pada bulan baru antara tanggal 21 Januari sampai 24 Februari menurut penanggalan Masehi.
Karena merupakan pergantian dari musim dingin ke musim semi, penanggalan Imlek banyak digunakan oleh petani dan nelayan sehingga kalender ini juga disebut nungli (nongli) atau kalender untuk petani.
Menjelang Hari Raya Imlek biasanya turun hujan, berbarengan dengan musim buah seperti duku, rambutan, mangga, manggis durian dan lain-lain. Nelayan juga panen ikan bandeng, udang dan hasil laut lainnya.
Musim semi bermakna meninggalkan musimg dingin yang gelap dan pohon-pohon gundul, memasuki musim hangat yang terang dengan pohon bersemi.
Di Indonesia berarti memasuki musim tanam menyongsong musim hujan yang merata. Kegembiraan dalam menyambut musim semi di Tiongkok disebut Pesta Musim Semi.
Untuk menyambut Hari Raya Imlek biasanya tiap keluarga membersihkan rumah, terutama bagian dapur, karena dapur berjasa memberi kehidupan dalam rumah tangga.
Orang tua menyiapkan pakaian baru untuk anak-anaknya, juga untuk pembantu, sopir, dan pekerja lainnya di rumah. Juga menyiapkan makanan, kue, kolang-kaling, agar-agar, manisan, lauk- pauk, daging, ikan bandeng dan buah-buahan, termasuk kue keranjang (Nien Kau).
Kue keranjang adalah kue khas Tahun Baru Imlek. Kue ini biasanya dikirim ke orang tua, mertua, paman atau orang yang dituakan sebagai rasa hormat.
Hari Raya Imlek dirayakan oleh masyarakat Tionghoa tanpa membedakan agama dan kepercayaan, karena mempunyai makna pengucapan syukur kepada Thian Kong / Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kelimpahan pada tahun lalu serta permohonan berkat dan pertolongan Tuhan pada tahun yang akan datang. Karena itu Hari Raya Imlek bisa disebut dengan Hari Pengucapan Syukur.
Bagi umat Tri Dharma, perayaan Tahun Baru Imlek dimulai dengan Sembahyang kepada Thian Kong / Tuhan Yang Maha Esa, Para Suci dan Leluhur.
Meja Sembahyang disiapkan dengan sesajian berupa kue keranjang, buah, manisan, kembang gula, misoa, teh dan lain-lain. Semua anggota dari yang paling tua sampai yang paling muda bersama-sama bersembahyang.
Setelah sembahyang selesai, anak-anak memberi hormat dengan cara Tionghoa (pai) kepada orang tua, kakek, nenek, kemudian kakak dengan ucapan selamat panjang umur, murah rejeki dan lain-lain.
Orang tua memberikan angpau pada anak-anak dan pekerja di rumah, kepada anak-anak didoakan dan diberi nasehat agar rajin belajar, enteng jodoh dan lain-lain.
Perayaan Tahun Baru Imlek pada zaman dahulu berlangsung panjang, bahkan hampir satu bulan.
Melihat dari sejarah pertanian di Tiongkok yang sangat tua, yaitu hampir 5.000 tahun. Karena pertanian adalah mata pencaharian yang paling utama, maka Tahun Baru Imlek dirayakan sebelum dan sesudah li chen, yaitu saat pekerjaan di sawah sedang senggang.
Budaya Tionghoa lahir dari daerah aliran sungai Huangho, yang mempunyai musim dingin panjang. Kehidupan kenegaraan waktu itu sangat mengutamakan kesejahteraan kaum tani termasuk waktu istirahat dan acara-acara hiburan.
Karena masyarakat petani sebagian besar tinggal di dekat ladang dan umumnya senang keramaian, maka usai panen mereka memanfaatkan saat istirahat untuk bergembira berlama-lama. Sehingga ada perayaan yang dinamakan Cap-Go Meh yang selalu hingar bingar dan meriah.
Hari-hari perayaan selama Tahun Baru Imlek adalah:
Hari 1 : Menandai dimulainya pesta Perayaan Musim Semi.
Setiap rumah membuat sesaji sebagai penghormatan kepada leluhur, dan “Bai Nian" atau saling berkunjung untuk mengucapkan selamat tahun baru (sin-cun-kiong-hi).
Hari 2 : Hari berkunjung untuk mengikat tali persaudaraan. Pada malam harinya setiap keluarga menghanyutkan lampu di sungai.
Hari 3 : Disebut kun-dao-bao (kenyang sampai ketiduran).
Hari ini sebaiknya tidak bepergian dan tidak menerima tamu (ada yang menyebutnya chi-gou-ri, yaitu hari anjing merah), maksudnya setelah sibuk beberapa hari, harus istirahat. Pada malam harinya, lampu dinyalakan sampai larut malam, biji-bijian dan garam harus ditebarkan di lantai rumah. Tidur lebih awal.
Hari 4 : Hari turunnya Para Dewa dari langit ke bumi. Di Kelenteng diadakan Sembahyang Sia An untuk menyambut turunnya Para Dewa.
Hari 5 : Po Wu atau menyingkirkan yang Lima. Setelah hari ini boleh buang sampah.
Melihat cuaca hari itu untuk mengetahui apakah tahun ini penuh kedamaian. Juga merupakan Hari Ulang Tahun dewa yang membawa lima petunjuk. Hari ini perniagaan baru dimulai.
Hari 7 : Disebut hari Manusia (ren-ri), Hari Penciptaan Manusia>
Hari 8 : Hari untuk memberikan penghormatan kepada bintang
Hari 9 : Hari Penghormatan kepada Thian Kong (Sembahyang Khing Tie Kong) yang merupakan rangkaian upacara Sembahyang Tahun Baru Imlek paling khidmat. Pada hari ini manusia harus memelihara keharmonisan suasana, sehingga tidak menggangu langit.
Hari 15: Perayaan Cap Go Meh.
Tradisi yang berkaitan pada Tahun Baru Imlek antara lain:
1. Menempelkan gambar Dewa Pintu untuk melindungi segenap keluarga.
2. Menyingkirkan sapu menjelang tahun baru agar pada Tahun Baru Imlek kita berhenti sejenak dari rutinitas.
3. Menggantungkan Lentera/ Lampion Merah.
4. Menggelar Tarian Ular Naga (Barongsai dan Liong) untuk mengusir roh-roh jahat dan membawa keberuntungan serta keselamatan.
5. Menyulut petasan untuk mengusir roh jahat yang ada di lingkungan.
6. Menyalakan Lilin sebagai lambang penerangan hidup.
7. Menempelkan sajak musim semi (chun-lian) di daun pintu / jendela berisi doa dan harapan agar di tahun yang baru cita-cita dan permohonan dapat terkabul.
Perayaan Tahun Baru Imlek di Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage Purwokerto biasanya dimulai dengan Sembahyang San-An (Ji Si Siang An) pada tanggal 24 bulan 12 Imlek sebelum tahun baru, dilanjutkan dengan menjamasi Kim-Sing (rupang), pembersihan altar, alat sembahyang dan pembersihan di lingkungan Rumah Ibadah.
Menjelang pergantian tahun, umat datang untuk bersembahyang dan menyalakan lilin yang melambangkan penerangan hidup agar pada tahun depan akan selalu mendapat penerangan dari Thian Kong dan Para Suci.
Menjelang pukul 00.00 (12 malam) Cia-Gwee Ce-It diadakan Sembahyang Bersama yang diikuti para pengurus, umat dan simpatisan untuk mengucap syukur ke hadirat Thian Kong dan Para Suci atas segala berkat dan rahmat yang diberikan sepanjang tahun, dan oleh rahmat-Nya melewati tahun yang lama dan memasuki tahun yang baru.
Dengan kerendahan hati semuanya mohon pengampunan atas segala kekhilafan, kesalahan dan dosa yang telah dilakukan di tahun yang lama.
Makna Sembahyang Tahun Baru Imlek
Setiap memasuki Tahun Baru, perlu berhenti sejenak untuk memeriksa perjalanan hidup selama satu tahun. Tugas apa yang belum dikerjakan dengan baik dan tugas apa yang harus dikerjakan dalam menghadapi tahun mendatang.Bagi umat Tri Dharma, menyambut Tahun Baru Imlek merupakan momentum untuk memperbaharui diri, meningkatkan pembinaan diri, sebagai upaya mengamalkah kebajikan yang harus diwujudnyatakan dalam kata dan perbuatan secara sungguh-sungguh di sepanjang hidup, agar menjadikan diri sebagai manusia yang susilawan.
Momentum itu juga diisyaratkan seperti yang tersirat dalam Kitab Lee Ki bagian Gwat Ling, yang berbunyi :
“Hari permulaan tahun (Liep Chun) jadikanlah sebagai Hari Agung untuk bersembahyang besar ke hadirat Thian, karena Maha Besar Kebajikan Thian”. Dilihat tiada nampak, didengar tiada terdengar, namun tiap wujud tiada yang tanpa Dia. Demikianlah menjadikan umat manusia di dunia berpuasa, membersihkan hati, dan sujud bersembahyang kepada-Nya. Sungguh Maha Besar Dia sehingga terasakan di atas dan di kanan-kiri kita.
Dengan demikian menyambut Tahun Baru Imlek bagi umat Tri Dharma mengandung arti ketakwaan dan keimanan. [bersambung ke Sembahyang Sia An]
Label: Banyumas, Jawa Tengah, Kelenteng, Tradisi, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.