Jika sedang berada atau hendak pergi ke Banyuwangi dan punya cukup waktu luang untuk berwisata, cobalah berkunjung ke De Djawatan yang berada Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Tempat wisata ini berjarak 33 km atau sekitar 1 jam perjalanan dengan mobil dari Alun-Alun Kota Banyuwangi arah ke Selatan.
Berbeda dengan tempat wisata pada umumnya, De Djawatan di Banyuwangi ini menawarkan penikmatan suasana alam hijau dengan hawa segar di dalam hutan Trembesi (Latin: Samanea saman) yang banyak diantaranya sudah berumur ratusan tahun lebih. Trembesi juga dikenal dengan nama Suar, Baujan, Kayu Ambon (Melayu), Ki Hujan (Sunda), Munggur, Punggur, dan Meh (Jawa).
Penggemar furnitur kayu tentu tak asing dengan kayu Trembesi. Meski tingkatnya masih di bawah kayu jati, baik dari segi harga maupun kualitas kayunya, namun penampilan trembesi ketika sudah menjadi meja atau bangku kayu tak kalah keren dibanding kayu jati, bahkan bisa dibilang lebih elok.
Tengara De Djawatan
De Djawatan Banyuwangi telah menjadi tempat wisata umum sejak tahun 2018 lalu, setelah Perhutani lebih dahulu melakukan pengamatan dan uji coba. Nama Djawatan terkesan bernostalgia dengan nama lawas Perhutani, yaitu Djawatan Kehutanan. Penambahan kata De tentu untuk branding, membedakan dengan djawatan lainnya, dan agar lebih menarik perhatian.
Mereka yang pernah berkunjung ke De Djawatan menyebut bahwa tempatnya bagus, bersih, asri, adem, menyenangkan, cocok untuk mencari inspirasi, bagus buat selfie and shooting. Lingkungannya yang rindang membuatnya cocok menjadi tempat wisata bagi keluarga.
Selain disediakan mushola, ada pula toilet dan warung, meski ada keluhan lokasi toilet yang hanya ada di dekat pintu masuk, membuat lokasinya menjadi jauh jika sudah berada di dalam kawasan hutan. Di lokasi ada pula ATV dan delman untuk menikmati suasana dengan lebih hemat tenaga.
Keelokan Hutan Trembesi
Di dalam area De Djawatan terdapat lebih dari 800 Pohon Trembesi yang umurnya berkisar antara 100 - 150 tahun, dengan diameter 1,5 - 2 m. Pohon yang aslinya dari Amerika Selatan ini bisa tumbuh hingga ketinggian 25 m dengan diameter kanopi sampai 30 m.
Tempat wisata ini merupakan hutan lindung seluas 9 hektar yang dikelola oleh Perhutani Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Banyuwangi Selatan. Pada jaman kolonial kawasan ini sempat digunakan sebagai tempat penimbunan kayu sebelum diolah atau dikirim ke tempat lain.
Instagrammable
Trembesi disebut pohon hujan (rain tree) karena dari tajuknya sering meneteskan air oleh sebab kemampuannya dalam menyerap air tanah yang kuat. Pohon ini juga sanggup menyerap CO2 puluhan kali lipat dari pohon biasa. Dalam setahun satu pohon trembesi berukuran besar bisa menyerap hingga 28 ton CO2.
Selamat berpiknik.
Berbeda dengan tempat wisata pada umumnya, De Djawatan di Banyuwangi ini menawarkan penikmatan suasana alam hijau dengan hawa segar di dalam hutan Trembesi (Latin: Samanea saman) yang banyak diantaranya sudah berumur ratusan tahun lebih. Trembesi juga dikenal dengan nama Suar, Baujan, Kayu Ambon (Melayu), Ki Hujan (Sunda), Munggur, Punggur, dan Meh (Jawa).
Penggemar furnitur kayu tentu tak asing dengan kayu Trembesi. Meski tingkatnya masih di bawah kayu jati, baik dari segi harga maupun kualitas kayunya, namun penampilan trembesi ketika sudah menjadi meja atau bangku kayu tak kalah keren dibanding kayu jati, bahkan bisa dibilang lebih elok.
Tengara De Djawatan
De Djawatan Banyuwangi telah menjadi tempat wisata umum sejak tahun 2018 lalu, setelah Perhutani lebih dahulu melakukan pengamatan dan uji coba. Nama Djawatan terkesan bernostalgia dengan nama lawas Perhutani, yaitu Djawatan Kehutanan. Penambahan kata De tentu untuk branding, membedakan dengan djawatan lainnya, dan agar lebih menarik perhatian.
Mereka yang pernah berkunjung ke De Djawatan menyebut bahwa tempatnya bagus, bersih, asri, adem, menyenangkan, cocok untuk mencari inspirasi, bagus buat selfie and shooting. Lingkungannya yang rindang membuatnya cocok menjadi tempat wisata bagi keluarga.
Selain disediakan mushola, ada pula toilet dan warung, meski ada keluhan lokasi toilet yang hanya ada di dekat pintu masuk, membuat lokasinya menjadi jauh jika sudah berada di dalam kawasan hutan. Di lokasi ada pula ATV dan delman untuk menikmati suasana dengan lebih hemat tenaga.
Keelokan Hutan Trembesi
Di dalam area De Djawatan terdapat lebih dari 800 Pohon Trembesi yang umurnya berkisar antara 100 - 150 tahun, dengan diameter 1,5 - 2 m. Pohon yang aslinya dari Amerika Selatan ini bisa tumbuh hingga ketinggian 25 m dengan diameter kanopi sampai 30 m.
Tempat wisata ini merupakan hutan lindung seluas 9 hektar yang dikelola oleh Perhutani Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Banyuwangi Selatan. Pada jaman kolonial kawasan ini sempat digunakan sebagai tempat penimbunan kayu sebelum diolah atau dikirim ke tempat lain.
Instagrammable
Trembesi disebut pohon hujan (rain tree) karena dari tajuknya sering meneteskan air oleh sebab kemampuannya dalam menyerap air tanah yang kuat. Pohon ini juga sanggup menyerap CO2 puluhan kali lipat dari pohon biasa. Dalam setahun satu pohon trembesi berukuran besar bisa menyerap hingga 28 ton CO2.
Selamat berpiknik.
De Djawatan
Desa Benculuk, Kec.amatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur 68482. Jam buka: 08.00 - 17.00. Harga Tiket Masuk (2022): Rp7.500, parkir mobil Rp5.000, parkir sepeda motor Rp2.000. Lokasi GPS (parkir): Google Maps, WazeSponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.