Sebuah video pendek di TikTok memperkenalkan saya dengan Relief Karmawibhangga, atau the Hidden Reliefs of Kharmawibhannga. Relief Karmawibhangga ditemukan Jan Willem Ijzerman pada 1885 di kaki Candi Borobudur yang tertutup oleh kedudukan batu selasar dan tangga atau undag.
Ijzerman, inisiator utama berdirinya Technische Hogeshool di Bandung (kini ITB), dulunua adalah presiden pertama Archaelogische Vereeniging van Jogja atau Sarekat Arkeologi, sebuah perkumpulan arkeologi di Yogyakarta yang didirikan pada 1885. Relief Karmawibhangga ditemukan di area kaki candi dengan panil seluruhnya ada 160 buah, 31 diantaranya belum selesai pengerjaannya dan 13 panil lagi rusak.
Pada 1890, panil-panil di kaki candi dengan relief Karmawibhangga dibuat fotonya oleh Kassian Cephas. Ia adalah fotografer pribumi Jawa dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang magang di bawah bimbingan Sultan Hamengkubuwana VI dan Kassian merupakan fotografer profesional pertama Indonesia.
Relief Karmawibhangga, foto oleh Kassian Céphas, Balai Konservasi Candi Borobudur
Relief Karmawibhangga dipahat berdasar Kitab Mahakarmawibhangga yang isinya adalah sebab akibat kehidupan, baik di alam fana maupun di alam baka. Perbuatan jahat mendapat balasan siksa neraka, dan perbuatan baik mendapat ganjaran surga.
Panil di sisia kanan merupakan sebab dan yang di kiri akibatnya. Informasi ini diketahui dari inskripsi pendek berbahasa Sanskerta yang dijadikan panduan oleh pemahatnya.
Ada pula inskripsi pendek di sebagian panil relief Karmawibhangga yang menjadi petunjuk penyebab penutupannya, yaitu untuk penguatan struktur bangunan Candi Borobudur oleh sebab bisa runtuh karena beban berlebih.
A.J. Bernet Kempers, ahli purbakala Belanda yang di tahun 1947 memimpin Kantor Urusan Barang-Barang Purbakala, pada 1976 mengemukakan pendapatnya bahwa relief Karmawibhangga adalah gambaran nyata kehidupan sehari–hari masyarakat Jawa Kuna, terutama sekitar abad VIII – IX.
Adegan pada panil relief Karmawibhangga rupanya juga menyimpan banyak informasi seperti mengenai jenis-jenis flora fauna, lingkungan sekitar, pakaian dan status sosial, alat musik - upacara - transportasi, arsitektur bangunan, peran wanita, senjata, dan payung.
Relief naratif lain di Candi Borobudur selain Karmawibhangga adalah relief Jatakamala, Lalitavistara, Awadana, Gandawyuha dan Bhadracari.
Meski sudah beberapa kali berkunjung ke Candi Borobudur, namun baru kali ini mengetahui keberadaan relief-relief itu. Maklum kebanyakan orang yang berkunjung ke sana, termasuk saya saat itu, adalah untuk sekadar wisata, tidak atau belum ada ketertarikan untuk mengetahui lebih dalam tentang panil-panil yang ada di candi.
Lain kali jika berkunjung ke tempat wisata peninggalan budaya Candi Borobudur tampaknya harus menggunakan jasa pemandu, bukan hanya pemandu wisata biasa namun pemandu yang memiliki kedalaman pengetahuan tentang narasi seluruh relief candi yang ada di sana.
Label:
Borobudur,
Candi,
Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.