Altar berisi arca Hok Tek Tjeng Sien (Dewa Bumi) di ruang utama Boen Tek Bio. Dewa Bumi dipuja oleh para pedagang dan petani agar usaha dagangnya mendapat berkah dan maju, serta hasil panen berlimpah. Akan tetapi Dewa Bumi hanya memberi pertolongan kepada mereka yang senang melakukan kebaikan kepada sesama.
Hiasan pada hiolo di altar utama Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang terlihat indah dengan latar belakang arca Bie Lek Hud. Hiolo dari bahan kuningan itu dibuat pada tahun 1805. Hiolo merupakan bagian penting yang selalu ada di setiap kelenteng sebagai tempat menancapkan hio bakar, dengan bentuk kebanyakan bulat atau persegi dan berhias ukiran naga.
Alunan asap hio di Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang melambai indah dari ujung batang hio yang tengah terbakar. Batang hio yang membara dan berasap itu ditancapkan pada hiolo setelah selesai dipakai untuk sembahyang. Bentuk asap yang membubung dari hio konon bisa memberi petunjuk tentang diterima langsung atau tidaknya permintaan dari orang yang membakarnya. Di awal abad ke 18 kaum Tionghoa menyebut Tangerang dengan nama "Boen-Teng", sehingga orang Tionghoa yang tinggal di sana disebut sebagai Cina Boen Teng, yang lama kelamaan sebutan itu kemudian berubah menjadi Cina Benteng.
Sebuah lonceng tua yang elok di halaman Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang ini konon berasal dari negeri Tiongkok dan dibuat tahun 1835. Di halaman depan juga ada patung singa penjaga (Ciok-say). Di halaman depan kelenteng ada pula tempat pembakaran kertas sembahyang (Kim Lo) berbentuk cukup antik yang dibuat pada sekitar abad ke-19.
Di atas altar Hok Tek Tjeng Sien Kelenteng Boen Tek Bio terdapat ukiran kayu dan tulisan berhuruf Tionghoa. Pada langit-langit terdapat sebuah hiasan gantung bergambar naga yang indah, yang juga banyak saya temukan di kelenteng lain.Ornamen kayu juga banyak menghias dinding kelenteng ini.
Di bagian depan terdapat rupang Bi Lek Hud, atau Mi Le Fo, yang dalam bahasa sanskerta disebut Maitreya atau “Yang Maha Pengasih dan Penolong”. Bi Lek Hud adalah salah satu dewa yang sangat dihormati. Umumnya orang memuja Bie Lek Hud untuk memperoleh kekayaan dan kebahagiaan.
Pada langit-langit terdapat sebuah hiasan gantung bergambar naga yang indah, yang juga banyak saya temukan di kelenteng lain. Ornamen kayu juga banyak menghias dinding kelenteng ini.
Di Kelenteng Boen Tek Bio ada pula tempat pembakaran kertas sembahyang (Kim Lo) yang dibuat pada abad ke-19. Ini adalah cara mengirimkan mata uang kepada para leluhur dengan mengirimkan amal dengan cara membeli kertas sembahyang dan membakarnya, memberi rizki pada orang lain.
Di halaman depan juga ada patung sepasang singa penjaga (Cioksay). Singa penjaga jantan biasa dibuat tengah bermain bola, dan singa penjaga betina digambarkan tengah bermain dengan anaknya.
Label:
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.