Pemandangan pada cungkup dimana batu Prasasti Ciaruteun Bogor disimpan dengan jalan masuk dipagar dan digembok, yang kunci gemboknya dipegang oleh si penjaga situs. Jalan masuk ke cungkup ini mestinya bisa dibuat dari belakang cungkup, sehingga pengunjung tidak perlu lagi berjalan memutar terlebih dahulu untuk masuk ke situs prasasti.
Penampakan pada batu Prasasti Ciaruteun Bogor yang permukaannya ditatah dengan aksara Pallawa Jawa Kuno yang tersusun dalam bentuk seloka Sanskerta dengan metrum Anustubh empat baris. Di bawah torehan tulisan itu terdapat pahatan berupa gambar umbi dan sulur-sulur, ada pula lekukan sepasang telapak kaki yang masih sangat jelas dan sebuah pahatan laba-laba.
Salinan tulisan Prasasti Ciaruteun Bogor ditempel pada dinding cungkup yang berbunyi: "Vikkranta syavani pateh, srimatah Purnawarmanah, Tarumanaga rendrasya, visnoriva padadvayam.", yang berarti "Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma yang gagah berani di dunia."
Dua telapak kaki yang terpahat sangat jelas di atas permukaan batu prasasti. Pahatan telapak kaki pada Prasasti Ciaruteun Bogor melambangkan kekuasaan raja atas daerah dimana prasasti ditemukan. Prasasti ini, yang merupakan peninggalan kerajaan Tarumanagara, ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, yang diapit sungai Cisadane dan Sungai Cianten.
Tengara nama Prasasti Ciaruteun yang sudah berkarat saat itu yang dipasang di tepi jalan, berjarak sekitar 100 meter dari cungkup Prasasti Ciaruteun.
Prasasti yang menjadi tengara peresmian cungkup Prasasti Ciaruteun yang dilakukan pada 31 Maret 1990 oleh Direktur Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala.
Aksara Pallawa yang tersusun dalam bentuk seloka Sansekerta dengan metrum Anustubh empat baris yang ditatah pada batu Prasasti Ciaruteun.
Prasasti Ciaruteun ini oleh penduduk setempat lebih dikenal dengan nama batutulis. Mereka, para penduduk Ciaruteun itu, tidak mengerti ketika saya bertanya dimana letak Prasasti Ciaruteun, karena yang mereka tahu adalah Batutulis.
Bagian belakang batu. Ketika batu ini masih berada di tepian kali, di bagian belakang Prasasti Ciaruteun sudah ditemukan coretan anak-anak muda yang iseng di beberapa permukaannya. Bagian kanan batu prasasti juga ditemukan dalam keadaan somplak.
Posisi Prasasti Ciaruteun dalam cungkup. Batu Prasasti Ciaruteun ini hanyut beberapa meter ke arah hilir ketika terjadi banjir besar pada tahun 1893, sehingga bagian permukaan batu yang bertulis posisinya menjadi di bawah.
Dua kakak beradik nampak tengah mendaki dari arah kali Ciarunteun sambil membawa jirigen air, tempat dimana batu Prasasti Ciaruteun ditemukan. Keberadaan Prasasti Ciaruteun ini pertama kali dilaporkan oleh pemimpin Bataaviasch Genootschap van Kunsten en Weten-schappen (sekarang Museum Nasional) pada tahun 1863.
Halaman cungkup yang terpelihara dengan cukup baik. Di tempat ini juga ada toilet. Baru pada tahun 1981, Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berinisiatif memindahkan batu Prasasti Ciaruteun.
Label:
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.