Teras Kelenteng Sampo Tay Jin yang dihiasi ornamen naga emas indah yang melingkari pilar dan burung hong cantik di pilar yang lain, mengapit hiolo Thian (Dewa Langit) keemasan berukir naga. Hiolo Thian selalu diletakkan di depan dan biasanya dengan landasan berkaki tiga. Sepasang patung singa (Cioksay) juga terlihat menjaga pintu Kelenteng Sampo Tay Jin.
Di ruang utama Kelenteng Sampo Tay Jin terdapat patung Sampo Tay Jin yang berada di tengah altar. Sesajian berupa buah-buahan juga diletakkan di meja altar. Relief kapal layar melambangkan bahwa Laksamana Cheng Ho, atau Sampo Tay Jin, pernah memimpin armada berkekuatan 300 kapal dengan 28 ribu awak yang menjelajah Afrika dan Asia untuk tujuan diplomasi politik dan perniagaan bagi Kekaisaran Dinasti Ming.
Sam Po Tayjin dengan pakaian kebesarannya. Laksamana Cheng Ho dihormati oleh masyarakat keturunan Tionghoa karena di setiap misinya ia tidak mengutamakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah, namun lebih menyukai cara diplomasi untuk menyebarkan pengaruh Kekaisaran Dinasti Ming. Jika terpaksa, barulah Laksamana Cheng Ho mengerahkan kekuatan militernya, seperti pada waktu menumpas Bajak Laut di Sri Lanka, atau bertempur melawan armada laut di Timur Tengah dan Afrika karena mengancam armadanya.
Altar bagi Kongco Kwan Tek Kun, atau Kwan Seng Tek Kun, yang lebih terkenal dengan sebutan Kwan Kong, panglima perang masyhur di jaman Sam Kok (Tiga Negara). Di sebelah kanannya adalah altar Ci Kung, yang dipercayai sebagai titisan Lohan Penakluk Naga bertubuh emas. Patung Kwan Kong sepertinya selalu ada di setiap kelenteng, sama halnya dengan patung Dewa Bumi dan Kwan Im. Kwan Kong dipuja karena keteladanan sifatnya yang gagah berani, setia, dan ksatria.
Di kelenteng ini juga ada altar sembahyang untuk Tu Tie Kung atau Dewa Bumi lokal yang tatarannya lebih rendah dibanding Hok Tek Ceng Sin dan dewa-dewi lainnya, karenanya diletakkan di lantai di bawah altar Sampo Tay Jin.
Salah satu yang menarik di kelenteng ini adalah adanya sejumlah keris keramat yang diletakkan di bawah patung Sampo Tay Jin, dengan tulisan “Adipati”, dan dijaga seekor harimau berwarna keemasan serta sebuah patung putih berjambul mirip Semar.
Sebuah hiolo berwarna tembaga dengan relief raksasa bertandung berwajah bengis dan rambut berkibar, sementara di kiri kanannya terdapat ornamen naga berwarna keemasan. Rupang Sam Po Tayjin tampak di latar belakang.
Pada dinding tembok depan terdapat sebuah tengara yang menunjukkan bahwa bangunan Kelenteng Kongco Sampo Tayjin ini direnovasi oleh anak dari mendiang Kongco Ang Tjoan pada 3 September 2007, yang adalah si ibu yang saya temui itu.
Pintu kelenteng dihias dengan lukisan panglima perang berpakaian lengkap yang tampak sangat gagah dengan detail sapuan garis yang bagus dan komposisi warna yang indah. Ada pula lukisan seorang panglima perang pada sisi pintu yang lain.
Hiolo Thian (Dewa Langit) berkaki tiga di serambi kelenteng berornamen sepasang naga dan berukir raksasa pada badannya. Di belakangnya terdapat ornamen burung Hong serta naga, dan di belakangnya lagi ada tulisan "Kongco Sam Po Tayjin" pada dinding.
Hiolo Thian dilihat dari arah belakang, memperlihatkan ornamen naga pada badan hiolo. Lewat pagar laba-laba di sebelah kanan, terlihat ada sebuah warung kopi serta jajanan kecil.
Di bagian atas tampaknya adalah lukisan Delapan Dewa, yaitu He Xiangu, Han Xiang Zi, Lan Caihe, Li Tieguai, Lü Dongbin, Zhongli Quan, Cao Guojiu dan Zhang Guo Lao. Mereka adalah lambang keberuntungan masyarakat Tionghoa, yang masing-masing mewakili delapan kondisi kehidupan, yaitu muda, tua, miskin, kaya, rakyat jelata, ningrat, pria dan wanita.
Sejumlah ornamen membuat kelenteng ini tampak elok dan menonjol. Di puncak wuwungan terdapat hiasan sepasang naga hijau berebut mustika. Di bawahnya terdapat hiasan sepasang burung Hong, dan di atas gapura ada hiasan sepasang ikan berwarna keemasan.
Label:
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.