Foto Dari Penjara ke Pigura

Karya instalasi Nus Salomo di Galeri Komunitas Salihara yang sangat mengesankan, yang diberi judul "Legacy Cacoon". Nus Salomo, seorang arsitektur di Institut Teknologi Bandung, adalah perupa yang lahir di Medan, Sumatera Utara, pada 9 Mei 1967.

Nus Salomo's impressive installation work at Salihara's Gallery entitled "Legacy Cacoon". Nus Salomo, an architect at Bandung Institute of Technology, is an artist born in Medan, North Sumatra, on May 9, 1967.



Karya instalasi Agapetus di Galeri Komunitas Salihara, yang berjudul "Sisyphus", nama yang diambil dari sebuah mitologi Yunani. Agapetus A. Kristiananda, seorang alumnus ISI Yogyakarta, lahir di Yogyakarta pada 6 Agustus 1968. Ia meraih penghargaan Philip Morris Indonesia Art Award pada tahun 2000.

Agapetus' installation work at Salihara Art Centre, entitled "Sisyphus", a name taken from a Greek mythology. Agapetus A. Kristiananda, an alumnus of ISI Yogyakarta, was born in Yogyakarta on August 6, 1968. He won the Philip Morris Indonesia Art Award in 2000.



Karya instalasi berupa sebuah kursi rotan (di Jawa juga dikenal dengan nama penjalin) yang sudah terlihat tua dan jebol di sana-sini itu diberi judul "Kesaksian I" yang dipamerkan di Galeri Komunitas Salihara ketika itu. Pembuatnya adalah S. Malela Mahargasari yang berkarir di majalah Tempo dan menduduki sejumlah jabatan di sana.

The installation work in the form of a rattan chair (also known as penjalin in Java) which looked old and broken here and there entitled "Testimony I" was exhibited at the Salihara Gallery at that time. The creator was S. Malela Mahargasari, who has a career in Tempo magazine and held several positions.



Lukisan potret figuratif berjudul "Red, green, blue (Debus II Tan Malaka)" karya Edo Pillu yang dipamerkan di Galeri Komunitas Salihara. Edward Pilliang adalah alumnus ISI Yogyakarta, lahir di Yogyakarta pada tahun 1968. Karyanya telah merambah ke hingga tingkat internasional.

A figurative portrait painting entitled "Red, green, blue (Debus II Tan Malaka)" by Edo Pillu which was exhibited at Salihara Art Centre. Edward Pilliang was an alumnus of ISI Yogyakarta, born in Yogyakarta in 1968. His work has reached international level.



"No Title" oleh Hanafi yang dipajang di Galeri Komunitas Salihara. Tulisan yang tertera adalah : "Aku sudah dua kali masuk penjara penjajah belanda. selama itu nasib yang ku alami biasa saja. Artinya masuk penjara ya masuk, sampai waktu yang ditentukan keluar. selama dalam penjara diharuskan bekerja. Titik! Tetapi di penjara Jepang jauh berbeda. Aku melihat, suamiku pun melelehkan air mata. baru kali itulah Aku melihat dia menangis. Apa sebabnya? Tentu jawabnya kureka-reka sendiri. mungkin dia memikirkan anaknya bayi yang baru berumur dua bulan. Andai kata Aku mati dan dia pun mati karena disiksa, tentunya bayi ini keumngkinan matinya lebih besar. Karena sebelum Aku ditangkap oleh Jepang, rumahku sudah dijaga oleh resisir (?) 8 orang. Kami tidak boleh keluar masuk dan tidak boleh menerima tamu. (S.K. Trimurti)."

"No Title" by Hanafi on display at the Salihara Community Gallery. The written words are: "I have twice entered the prison of the Dutch colonialist. during that time my fate was normal. This means going to prison, yes, entering, until the specified time to be released. while in prison required to work. Point! But in Japanese prisons it's much different. I saw, my husband was melting in tears. that's the first time I saw him cried. What's the reason? Of course, I guessed the answer by myself. perhaps he was thinking of his son, who was only two months old. If I died and he died due to torture, of course this baby had a greater chance of dying. Since before I was arrested by the Japanese, my house was guarded by resisir (?) 8 people. We were not allowed to go in and out and could not receive guests. (S.K. Trimurti)."



"Kami Ingin" oleh Hanafi, berisikan kata-kata yang ada di dalam surat Kartini ke Stella yang dimaperkan di Galeri Komunitas Salihara ketika itu.

"Tidak Stella, Aku tidak mau mengutip lebih lanjut, mungkin suatu hari nanti, Aku akan mengirimkan seluruh usulan itu sehingga dari situ Kami bisa menyimpulkan seperti apa keadaan Rakyat dewasa ini. Ayah akan melakukan apa yang ia bisa lakukan untuk mengangkat nasib Rakyat. Akupun demikian. Ayah juga sangat erat dengan Leluhur-nya yang tertua di seluruh Pulau Jawa. Tapi hak adalah hak dan Adil adalah adil. Kau Tahu, dalam hal Pendidikan dan Kebudayaan Kami ingin sederajat dengan Orang Orang Belanda, hak dan Keadilan yang Kami Perjuangkan itu juga harus Kami berikan pada orang lain, mempersulit Pendidikan untuk Rakyat sama saja dengan tindakan Czar yang berkhotbah tentang Perdamaian dunia sementara dia menginjak injak hak orang lain, dan malah mengedepankan haknya sendiri. Dua peraturan satu untuk Kami satu untuk mereka. Tidak!"

"We Want" by Hanafi, contained the words that were in Kartini's letter to Stella which was displayed at Salihara Art Gallery at that time.

"No Stella, I don't want to quote any further, maybe someday, I will send you the whole proposal so that from there We can deduce what the situation of the People is like today. Father would do what he could do to uplift the fate of the people. I would too. My father is also very close to his ancestors in all of Java Island. But rights are rights and Fair is fair. You know, in terms of education and culture we want to be equal to the Dutch people, the rights and the Justice that We Strive for We must also give to others, to complicate Education for the People is tantamount to the actions of the Czar who preached about world Peace while he trampled on the rights of others, and even put forward his own rights. Two rules, one for Us one for them. No!"




"Don’t push me", karya instalasi Teguh Ostenrik di Galeri Komunitas Salihara.

"Don't push me", the installation work of Teguh Ostenrik at Galeri Komunitas Salihara.



"Mitos atau Tidak (Bendera Baju)", karya instalasi Mella Jaarsma di Galeri Komunitas Salihara. Mella Jaarsma besar di Belanda dan belajar visual art di 'Minerva' Academy di Groningen (1978-1984) dan lalu pergi ke Indonesia untuk belajar di IKJ (1984) dan ISI (1985-1986).

"Myth or Not (Flag of Clothes)", an installation work by Mella Jaarsma at Salihara Community Gallery. Mella Jaarsma grew up in the Netherlands and studied visual art at the 'Minerva' Academy in Groningen (1978-1984) and then went to Indonesia to study at IKJ (1984) and ISI (1985-1986).




Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang, seorang penyusur jalan.
Traktir BA secangkir kopi? Scan via 'Bayar' GoPay.
Diubah: Juni 18, 2020.
©2024 Ikuti