Seekor anak Gajah Sumatera (Elephas maximus Sumatranus, bledhug dalam bahasa Jawa) di Kebun Binatang Ragunan Jakarta tengah membunyikan terompet mulutnya setelah ia puas bermain dan berkubang di dalam air. Selain anak gajah yang lucu tingkahnya, ada cukup banyak gajah Sumatera dewasa yang ukuran badannya sangat besar dengan kandang yang lumayan luas.
Sedikit ke selatan lagi saya bertemu dengan Kadal raksasa Komodo (Varanus komodoensis) dewasa dengan ukuran badan yang cukup besar. Komodo di Kebun Binatang Ragunan Jakarta ini bisa diam tak bergerak dalam waktu lama, sebelum ia berjalan untuk berpindah tempat. Di alam, Komodo hanya ditemukan di habitat aslinya di Pulau Komodo, Pulau Padar, Pulau Rinca dan Flores Barat.
Beruk (Macaca nemestrina) di sebuah kandang di Pusat Primata Schmutzer Kebun Binatang Ragunan. Berat beruk jantan bisa mencapai 15 kg. Bulunya berwarna kecoklatan dengan warna lebih gelap di bagian punggungnya dan warna lebih cerah di bagian bawah tubuhnya. Di sejumlah tempat, beruk dipekerjakan penduduk sebagai pemetik buah kelapa.
Kandang Gorilla di Kebun Binatang Ragunan Jakarta yang dibatasi dengan parit keliling untuk menjaga keamanan bagi pengunjung. Kebun Binatang Ragunan memelihara 3 ekor gorilla jantan yang berasal dari kebun binatang Inggris. Pertunjukan pemberian makan gorilla di kebun binatang bisa dilihat pengunjung pada sekitar pukul 12.00 dan 15.00.
Di Taman Satwa Anak ini pengunjung bisa naik gajah di Kebun Binatang Ragunan khusus hari Minggu dan hari libur nasional antara pukul 10.00-15.00, dengan membayar Rp. 5.000/orang (3 tahun ke atas). Lokasinya berada dekat pintu barat Kebun Binatang Ragunan.
Kandang satwa yang tinggi dan bagian atasnya berbentuk lengkung dengan lubang-lubang hawa kalau tidak salah adalah kanda jerapah. Selain kandang burung dan primata, memang kandang jerapah berleher panjang yang lazimnya dibuat dengan tinggi mencukupi.
Kandang Rusa Totol (Axis axis erxleben) di Kebun Binatang Ragunan. Hewan ini berasal dari India sampai Sri Lanka, yang pada mulanya didatangkan ke Istana Bogor oleh Thomas Stanford Raffles, sekitar tahun 1814. Di latar belakang adalah kandang Jerapah (Giraffa Camelopardalis Reticulatus) Kebun Binatang Ragunan yang berasal dari daerah Afrika. Binatang yang bisa hidup sampai berusia 25 tahun ini lama kehamilan betinanya adalah sekitar 15 Bulan.
Anak gajah ini tak bisa diam di tempat. Selalu ada saja yang dilakukannya, sebagaimana layaknya mahluk kecil lainnya. Tingkah polah gajah kecil ini menjadi hiburan tersendiri bagi pengunjung kebun binatang, yang memang butuh hiburan.
Selain menggerakkan belalai dan mulutnya dalam beberapa formasi, anak gajah itu juga menggoyang kakinya, dan kadang sambil mengeluarkan suara ribut. Sayang ruangan yang relatif sempit membuatnya tak bisa berlarian dengan bebas.
Kandang Elang Bondol (Haliastur indus) di Kebun Binatang Ragunan Jakarta Selatan, dengan bulu berwarna coklat kemerahan, sedangkan bulu kepala dan lehernya berwarna putih. Mata elang ini sangat tajam yang diperlukannya dalam memburu mangsanya.
Meskipun paruh elang tidak bergigi sebagaimana hewan pemangsa lainnya, namun karena bentuknya yang melengkung, tajam dan kuat, maka elang bisa dengan mudah mengoyak tubuh mangsanya untuk ditelan atau diberikan kepada anaknya.
Selain masih cukup banyak ditemukan di wilayah Indonesia, elang ini juga ada di Sri Langka, Asia Tropis, Cina Selatan sampai ke bagian Utara Australia. Makanannya adalah hewan mamalia kecil, juga ikan, katak, ketam, ular, dan kadal.
Kandang Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Kebun Binatang Ragunan, yang sub-jenisnya ada juga di India, Sri Langka, Thailand, dan Malaysia. Lama kehamilan gajah betina adalah 20-22 bulan, dan berat bayi gajah ketika lahir berkisar antara 50-120 Kg.
Pada hari libur dan hari besar, pengunjung bisa naik gajah di Kebun Binatang Ragunan ini antara pukul 10.00-15.00, dengan membayar Rp. 5.000/orang (3 tahun ke atas). Lokasinya berada dekat pintu barat Kebun Binatang Ragunan.
Ada cukup banyak koleksi Komodo di Kebun Binatang Ragunan, sehingga bagi pengunjung yang belum beruntung pergi melihatnya langsung di Pulau Komodo, cukup pergi ke Ragunan saja dan bisa melihatnya dari jarak yang cukup dekat.
Komodo lainnya di Kebun Binatang Ragunan yang tengah berada di atas gundukan perbukitan buatan, dengan posisi badan dan kepala yang sepertinya khas bagi reptil sejenis ini, baik yang kecil seperti kadal hingga yang sebesar ini.
Komodo di kebun binatang Ragunan ini termasuk sangat betah bertahan lama pada posisinya. Menunggunya mulai menggerakkan kakinya seperti ini bisa membutuhkan waktu yang lumayan lama, dan butuh kesabaran sendiri.
Burung merpati yang berjalan bebas di dekat Komodo tidak membuat binatang reptil raksasa itu bergerak untuk mendekatinya. Mungkin mereka sudah bersahabat lama dan karenanya tidak saling mengganggu.
Seekor komodo berukuran lumayan besar terlihat sedang berjalan mendekat. Kulit badannya terlihat tebal dan sangat kasar dengan warna bervariasi dari gelap hingga kekuningan. Warna kulit moncongnya terlihat agak kehijauan.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya seekor Komodo di Kebun Binatang Ragunan ini menjulurkan lidah bercabangnya yang berwarna kekuninang. Racun dari lidah komodo mengandung bakteri Listeria yang bisa mematikan jika tergigit dan tak segera diobati.
Binatang Komodo dewasa beratnya ada yang hingga 166 kilogram, termasuk makanan yang belum dicerna di perutnya. Panjang ekor biasanya sama dengan panjang dengan tubuhnya, dan memiliki sekitar 60 gigi bergerigi tajam.
Maskot Gorila di tangga masuk Pusat Primata Schmutzer Kebun Binatang Ragunan yang merupakan salah satu tempat pelestarian primata terbesar di dunia. Adalah Pauline Antoinette Schmutzer-versteegh yang merintis dibangunnya fasilitas Kebun Binatang Ragunan ini.
Ungko (Hylobates agilis) Pusat Primata Schmutzer Kebun Binatang Ragunan. Jenis Primata yang telah nyaris punah ini memiliki bulu bermacam-macam mulai dari warna kekuningan hingga warna coklat gelap atau hitam, dengan alis berwarna putih dan tidak memiliki ekor. Ungko adalah binatang monogami dan suaranya yang keras menjadi penanda bagi wilayah kekuasaan mereka.
Jika berdiri agak lama di kandang Siamang ini, pengunjung akan mendegar suara teriakannya yang khas dan bersahut-sahutan. Siamang merupakan jenis kera hitam berlengan panjang, dan sangat tangkas bergerak di atas pohon.
Siamang lebih aktif di siang hari, biasanya hidup dalam kelompok dua sampai tiga. Siamang mempunyai kantung tenggorok yang disebut kantung gular yang menggelembung sebesar kepala untuk membuat pita suara bersuara lebih keras. Umur Siamang bisa mencapai 40 tahun.
Sebuah kandang primata dalam bentuk kerangkeng kurungan berjeruji yang tinggi dan besar. Meskipun sudah jauh lebih baik dibanding kandang satwa pada umumnya, namun tetap saja hidup di alam bebas akan lebih menyenangkan bagi hewan primata ini.
Sejenis monyet di Pusat Primata Schmutzer Kebun Binatang Ragunan yang tengah asik memperhatikan pengunjung yang lewat. Karena seringnya mereka melihat manusia lewat, tak ada rasa takut pada binatang ini.
Kondisi monyet ini terlihat bersih, baik kulit muka, tangan, dan bulu-bulunya. Entah apakah dibersihkan secara teratur oleh petugas, atau setidaknya kandangnya memang dibuat agar selalu dalam keadaan bersih dan terawat.
Gardu pandang yang ada di Pusat Primata Schmutzer Kebun Binatang Ragunan. Ketika masuk ke kompleks ini agak membingungkan dalam memilih arah, karena adanya banyak jalan pilihan yang bisa dilewati.
Kandang-kandang yang lebar dan tinggi di Pusat Primata Schmutzer Kebun Binatang Ragunan untuk memberikan tempat bagi primata yang biasa hidup di pepohonan yang tinggi, seperti misalnya Siamang.
Seekor monyet tampak tengah melangkah di atas sebuah hammock atau tempat tidur gantung. Entah hammock memang diperuntukkan buat hewan primata itu, atau memang ada orang yang menggunakannya untuk tiduran di sana.
Seekor Gorila dewasa yang berukuran besar tampak tengah bergulingan sendirian di dekat gerumbul pepohonan dan perdu. Lokasinya cukup jauh dari tempat saya berdiri, berada di tengah area kandangnya yang luas dan dibatasi dengan kolam parit yang tinggi.
Cukup lama Gorila itu gulang-guling sendirian di sana, mungkin untuk membantu mendingkinkan badannya di tengah udara Jakarta yang panas. Tak terlihat ada pasangannya, entah sedang dipisahkan atau tengah berada di tempat yang tak terlihat.
Akhirnya Gorila itu melangkah mendekati tempat saya berdiri. Sepertinya ia tahu bahwa ada pengunjung yang ingin melihatnya dari dekat, dan ia tak mau mengecewakan mereka, meskipun pengunjung hari itu sedang tak banyak karena bukan akhir pekan.
Untuk melihat Gorila (Gorila gorilla) dari jarak dekat seperti ini saya harus bersabar menunggunya, setelah sebelumnya ia berlama-lama bergulingan diantara semak-semak di tengah sana.
Cukup lama juga Gorila ini duduk pada posisi seperti itu. Hanya kepala dan tangannya saja yang sering bergerak. Gorila ini tampaknya adalah jantan, yang ukurannya biasanya dua kali lebih besar dari ukuran betinanya.
Melihat roman mukanya, Gorila ini tampaknya sudah cukup tua. Dalam keadaan biasa, Gorila bisa hidup sampai usia 50 tahun. Masa kehamilan Gorila betina juga hampir sama dengan manusia, yaitu 8-9 bulan, dengan berat bayi sewaktu lahir 2-2.5 Kg.
Sepertinya juga tak mudah bagi Gorila ini untuk diam sendirian, sehingga dipegangnya suluran panjang, dan digunakannya sebagai mainan yang diseretnya kemana-mana saat ia melangkah. Gorila makan sampai sekitar 25 kg daun, bunga, bijian, batang, tangkai pohon, kadang semut dan sejenis rayap.
Bosan duduk, Gorila ini berjalan ke pojok parit, memperlihatkan bagian belakangnya yang berbulu cukup tebal. Bulu bagian punggung tampak rontok, mungkin karena sering digarukkan ke batang pohon saat terasa gatal. Umumnya Gorila bisa mulai beranak saat usianya mencapa 10 tahun.
Salah satu posisi unik Gorila yang menyerupai sebuah patung hidup. Suluran itu masih saja dibawanya sebagai teman dan hiburan manakala sedang tidak ada hal lain yang menarik perhatiannya. Gorila biasanya hidup di dalam keluarga yang terdiri dar 6 sampai 7 ekor. Antara 97-98% DNA Gorila sama dengan DNA manusia.
Bentuk gedung yang unik di bagian depan Pusat Primata Schmutzer yang menjadi jalan masuk ke kompleks kandang primata yang sangat luas ini. Kadang hanya diperlukan seorang yang punya kepedulian untuk bisa membuat hal yang besar dalam hidup.
Penampakan bagian dalam dari gedung Pusat Pendidikan Primata yang masih berada di dalam kompleks Pusat Primata Schmutzer Kebun Binatang Ragunan. Terlihat sejumlah poster ditempel pada dinding sebelah kanan, berisi berbagai informasi seputar primata.
Sejumlah patung primata berpakaian warna-warni ikut menghiasi ruangan Pusat Pendidikan Primata. Pusat Pendidikan Primata dimaksudkan sebagai tempat untuk memberi informasi dan pendidikan bagi masyarakat luas untuk lebih mengenali primata dan lebih peduli pada nasib binatang yang langka yang sebagian sudah hampir punah ini.
Tampak muka bangunan Pusat Pendidikan Primata, dengan pintu masuk terlihat berada di sebelah kiri, dan ada pula tangga untuk naik dan turun ke lantai atas yang berada di sebelah kanan.
Orangutan di kandang yang luas di Kebun Binatang Ragunan, dibatasi oleh parit lebar dan pagar tinggi. Masa kehamilan Orang Utan betina adalah 8-9 Bulan, dengan berat bayi baru lahir 1,5 Kg. Orang Utan bisa hidup sampai usia 40 tahun.
Muka Orangutan yang sangat ekspresif saat melangkah. Sekitar 97% DNA Orangutan identik dengan DNA manusia, dan merupakan mamalia yang sabar dan cerdas. Tingginya bisa 1,5 m, dengan berat dan jantan 90 - 130 kg, dan betina 50 - 55 kg.
Sebuah rumah panggung tinggi di Kebun Binatang Ragunan yang diperuntukkan bagi Orang Utan. Orangutan betina biasanya hanya melahirkan anak satu ekor, sangat jarang yang melahirkan anak sampai dua.
Sebuah danau yang berada hampir di ujung area Kebun Binatang Ragunan yang selain menjadi tempat hidup berbagai satwa air, juga menjadi tempat singgah bagi satwa liar. Tempat wisata ini sungguh luas, dan ada baiknya menyewa sepeda untuk berkeliling, yang selain lebih cepat dan bisa melihat lebih banyak, juga akan menghemat banyak tenaga.
Unta di Kebun Binatang Ragunan, sejenis hewan berkuku genap dari genus Camelus yang hidup di wilayah kering dan gurun Asia dan Afrika Utara. Umur Unta ini bisa cukup panjang, mencapai 50 tahun. Unta bisa bertahan hidup tanpa makan dan minum selama beberapa hari, dikarenankan simpanan lemak pada punuknya yang bisa diubah menjadi energi dan air, serta sistem pernafasannya yang sangat efisien.
Pada hari libur, hari raya dan hari besar lainnya, pengunjung Kebun Binatang Ragunan bisa naik onta dari pukul 10.00-15.00, dengan membayar Rp. 5.000. Lokasinya berada di sebelah Pintu Timur Kebun Binatang Ragunan.
Kandang singa betina (Panthera leo), yang terlihat tengah tergolek di rumput mendinginkan badan. Kebun Binatang Ragunan juga mengkoleksi Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) yang berkulit loreng.
Setelah menunggu agak lama, akhirnya singat betina itu duduk juga dan menengok ke arah dimana kami berada. Karena jarak tempat ia berada cukup jauh, membuatnya tak terganggu dengan suara-suara yang ditimbulkan oleh pengunjung.
Seekor harimau benggala putih dengan garis kecoklatan tampak tengah mendengkur di atas rumput, yang terlindung oleh sebuah batang pohon cukup besar di sebelah kanannya. Harimau putih adalah harimau yang membawa gen resesif yang menghasilkan warna pucatnya. Gen resesif adalah gen lemah yang bisa muncul jika tidak ada gen dominan.
Setelah menunggu lumayan lama, akhirnya harimau putih itu pun bangun, dan terlihat menjilati kakinya dengan lidahnya yang berwarna merah jambu. Harimau putih juga dikenal sebagai Ice Tigers, bukan karena tempat hidupnya namun karena penampilannya yang menyerupai es.
Melihat harimau putih dalam posisi seperti itu tampaknya sangat jinak dan menyenangkan, layaknya seperti piaraan kucing besar. Harimau putih ini bukanlah harimau albino, bukan subspesies berbeda, sehingga bisa berkembangbiak dengan harimau biasa lainnya.
Sama seperti warna lidahnya, hidung Harimau putih warnanya juga merah jambu, juga pusat kakinya. Matanya terlihat tajam berwarna biru es, berbulu putih dengan kelabu atau kecoklatan.
Koleksi Harimau putih Kebun Binatang Ragunan ini kabarnya berasal dari Benggala, India. Masih banyak sekali koleksi lainnya yang tidak akan habis dikunjungi dalam waktu sehari.
Peta Taman Margasatwa Ragunan yang memperlihatkan lokasi kandang-kandang satwa untuk memudahkan pengunjung dalam mencari binatang kesukaan mereka.
Peta Taman Margasatwa Ragunan lainnya yang disajikan dalam format yang agak berbeda. Sesuai dengan tempat tinggal, pengunjung kebun binatang ini bisa masuk dari empat pintu masuk yang berbeda. Hanya saja jika sedang padat, pengendara mobil bisa dialihkan ke pintu masuk yang lain.
Polah anak gajah (dalam bahasa Jawa disebut bledhug) yang tengah menggesekkan belalai dan ekornya ke tiang beton penyangga kandangnya. Anak-anak, satwa maupun manusia, selalu berkecenderungan untuk bermain.
Gajah sumatera dewasa yang tengah melangkahkan kaki menuju kandanganya setelah berkubang di kolam lumpur untuk mendinginkan badannya di tengah hawa Jakarta yang sangat panas.
Foto lainnya dari Beruk di Pusat Primata Schmutzer Kebun Binatang Ragunan, dengan posisi sedikit berbeda dari foto sebelumnya. Tak tampak adanya rasa takut pada beruk ini terhadap kehadiran manusia yang cukup banyak di dekat kandangnya.
Posisi monyet ini berada di atas pohon buatan yang cukup tinggi dari tanah, membuatnya tampak tenang saja meski banyak orang lalu lalang di samping kandangnya.
Gorilla yang tampak tengah mendekati batas pinggir area kandangnya yang dipisahkan oleh kanal air cukup lebar dan tinggi. Pembawaan gorilla itu sangat tenang dan santai, tanpa ekspresi terganggu atau pun permusuhan terhadap pengunjung yang melihatnya.
Dengan membawa sepotong akar pohon cukup panjang, gorilla itu duduk di pojok area tempat tinggalnya yang cukup luas. Melihat dari sorot matanya, binatang ini bisa dibilag cerdas dan bisa menilai keadaan di sekelilingnya dengan baik.
Sepertinya gorilla ini tahu bahwa ia tengah menjadi pusat perhatian, dan bahwa ada orang yang sedang memotretnya, membuatnya berganti gaya beberapa kali selama berada di pinggiran parit kolam pemisah.
Foto lainnya dari sosok Orangutan di Taman Margasatwa Ragunan, Jika melihat tampangnya, orangutan ini mungkin bisa dikategorikan sebagai sudah kakek-kakek.
Bundaran dengan kolam air serta patung induk orangutan dengan anak menempel pada badannya ini berada di dekat lokasi akses masuk ke dalam kompleks Pusat Primata Schmutzer.
Pengunjung Taman Margasatwa Ragunan tengah menonton seekor gorilla yang tengah tiduran tak jauh dari parit pemisah. Foto diambil dari lorong pandang yang berada beberapa meter tingginya dari permukaan kandang satwa.
Lorong pandang di Pusat Primata Schmutzer yang diakses dengan manaiki anak tangga cukup banyak di bagian depan area kompleks yang mengesankan ini.
Tengara yang memberi informasi kepada pengunjung tentang jadwal pemberian pakan kepada primata yang berada di Pusat Primata Schmutzer. Meski sudah tiga kali ke tempat ini namun saya belum pernah melihat atraksi pemberian pakan di pusat primata ini.
Pandangan yang memperlihat ketinggian lorong pandang yang berada di dekat area kandang gorilla. Tepat di bawah lorong ini sepertinya dibiarkan kosong tidak ada satwa penghuninya. Mungkin disengaja untuk alasan keamanan pengunjung.
Tengara yang memberi informasi tentang Komu, gorilla yang lahir pada 16 April 1997 di Kebun Binatang Howletts, Inggris.
Pandangan mata burung dari lorong pandang di Pusat Primata Schmutzer, memperlihatkan lintasan jalan yang dilalui oleh pengunjung untuk berpindah dari kandang primata satu ke kandang primata lainnya.
Koleksi Pusat Primata Schmutzer berupa Lutung Budeng (Ebony langur) dari spesies Trachypitherus auratus. Habitat satwa yang terancam punah ada di Jawa Barat bagian barat dan tenggara, Bali, dan Lombok.
Pandangan dekat pada sosok Lutung Budeng dengan bentuk wajah yang sangat unik. Habitat primata ini ada di hutan bakau, hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi dan perkebunan.
Bekantan (Proboscis monkey) di Pusat Primata Schmutzer. Primata suku Cercopithecidae ini hidup di Pulau Kalimantan, dikategorikan sebagai satwa langka dan dilindungi. Habitatnya di daerah pantai, hutan bakau, dataran rendah, sepanjang alirang sungai dan hutan rawa. Bekantan betina melahirkan 1 anak dengan masa kebuntingan 166 hari.
Penampakan Bekantan lainnya yang sempat saya ambil fotonya. Bekantan ini cukup galak dan tak takut manusia, malah menyerangnya jika saja tak ada jeruji pemisah. Bekantan adalah pemakan buah-buahan dikala musim buah, dan memakan biji-bijian ketika buah sedang sulit ditemukan.
Penampakan Bekantan yang sama dengan sorot mata pada kamera yang tengah membidiknya. Bekantan mendapatkan sekitar 60% makanannya dari 4 jenis tanaman dari seluruhnya 56 tanaman yang biasa ia makan.
Prasasti yang berbunyi "Pusat Primata Schmutzer Merupakan Sumbangan dari Alm Ibu Puck Schmutzer dan Yayasan Gibbon". Di bawahnya ada tulisan "Pusat primata ini adalah hasil rancangan dari 1. DR Ir Willie Smits, 2. Frau Ulrike von Mengden", arstiteknya adalah Ir Radya Bharata.
Merak Hijau (Green Peafowl) dengan nama Latin Pavo muficus. Burung ini statusnya terancam punah, hidup di Maluku. Papua, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Australia. Merak betina bisa menetaskan 3-6 telur dengan masa inkubasi 28 hari.
Label:
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.