Meskipun pendiri Masjid Merah Panjunan adalah seorang keturunan Arab, dan Kampung Panjunan adalah merupakan daerah permukiman warga keturunan Arab, namun sepertinya pengaruh budaya Timur Tengah terlihat sangat sedikit pada arsitektur bangunan Masjid Merah Panjunan ini, di luar tulisan Arab yang ada di dalamnya. Barangkali ini adalah sebuah pendekatan kultural yang digunakan dalam penyebaran Agama Islam pada masa itu.
Hanya berjarak kurang dari 50 meter dari Masjid Merah Panjunan terdapat warung Mie Koclok Panjunan yang sangat nikmat rasanya di lidah saya. Anda harus mampir ke warung ini untuk merasakan kelezatan masakan mie koclok khas Cirebon yang sangat unik sebelum meninggalkan daerah Panjunan. Sayang saya lupa memotret bagaimana rupa makanan yang lezat dan baru saya jumpai saat itu.
Tampak muka Masjid Merah Panjunan Cirebon yang terbuat dari susunan batu bata merah dengan pintu gapura candi bentarnya yang memperlihatkan pengaruh Hindu dari jaman Majapahit. Gaya gapura semacam ini banyak bertebaran di Kota dan Kabupaten Cirebon. Papan tengara yang terlihat pada foto menunjukkan bahwa Masjid Merah Panjunan telah dimasukkan sebagai Benda Cagar Budaya yang kelestariannya dilindungi undang-undang.
Gapura candi bentar, yaitu gapura yang bagian atasnya sepenuhnya terpisah, lazimnya digunakan untuk memisahkan bagian luar dengan bagian tengah dari sebuah bangunan suci. Sedangkan untuk memisahkan bagian tengah dengan bagian sakral atau tempat suci di bagian paling dalam sebagai tempat sembahyang biasanya berupa gapura paduraksa yang bagian atasnya bertaut.
Susunan bata warna merah yang digunakan di hampir semua bagian tembok bangunan telah memberikan nama tengah kepada masjid ini. Adalah Panembahan Ratu yang merupakan cicit Sunan Gunung Jati yang membangun tembok keliling Masjid Merah Panjunan setinggi 1,5 m dan ketebalan 40 cm pada tahun 1949. Meskipun tidak sekuat dan setahan lama batu kali atau batu gunung, namun bata merah bisa juga bisa awet jika saja dirawat dan tidak terkena gempa kuat.
Pandangan dekat pada puncak gapura candi bentar Masjid Merah Panjunan Cirebon memperlihatkan sejumlah ornamennya, termasuk yang ada di puncaknya. Berbeda dengan batu, sepertinya sangat sulit untuk mengukir bata merah, oleh sebab mudah gompal atau rompal, dan membuatnya menjadi lebih rapuh. Karenanya, saat melihat ornamen pada candi bentar ini, saya menduga tidak disusun sepenuhnya hanya dengan bata merah, namun ada semen yang dibentuk sebagai ornamen.
Ruangan utama dan satu-satunya ruangan di Masjid Merah Panjunan memiliki langit-langitnya yang ditopang oleh lebih dari lima pasang tiang kayu. Umpak pada tiang penyangga juga memperlihatkan pengaruh kebudayaan lama. Sementara keramik yang menempel pada dinding memperlihatkan pengaruh budaya China dan Eropa di masjid yang semula bernama al-Athyah ini. Salah satu keramik yang halus dan indah pada dinding bata masjid bergambar burung merak yang tengah memamerkan bulu-bulu indahnya di bagian tengah dan kiri-kanan piring, seekor singa melangkah anggun yang salah satu kakinya menginjak ular, dua buah naga bersungut empat melingkar piring, serta motif bunga di sana sini.
Di masjid ini tidak ada mimbar, karenanya hanya digunakan untuk sholat sehari-hari, tidak untuk ibadah sholat Jumat, atau sholat berjamaah di Hari Raya Islam. Beduk dan kentongan Masjid Merah Panjunan terletak di sebelah kiri ruangan, bersebelahan dengan sebuah makam yang tidak diketahui siapa penghuninya. Sebuah papan berisi peringatan untuk memelihara situs Masjid Merah Panjunan dan ancaman hukuman bagi yang melanggarnya terlihat tergeletak menempel ke tembok. Ini karena beberapa keramik pada dinding masjid pernah hilang dicongkel orang.
Adalah karena adanya mihrab yang membuat bangunan Masjid Merah Panjunan ini menjadi terlihat seperti sebuah masjid, serta adanya beberapa tulisan berhuruf Arab pada dinding. Beberapa keramik buatan China yang menempel pada dinding konon merupakan bagian dari hadiah ketika Sunan Gunung Jati menikah dengan seorang wanita keturunan Tionghoa bernama Tan Hong Tien Nio.
Mungkin hanya ada di Cirebon bahwa sebuah bangunan masjid seperti Masjid Merah Panjunan ini pada bangunan mihrabnya, yaitu bagian yang menunjukkan arah kiblat, dihiasi dengan keramik yang indah. Lengkung pada mihrab pun yang berbentuk paduraksa juga memperlihatkan pengaruh budaya Hindu. Menariknya, selain keramik China juga terdapat keramik buatan Belanda yang menempel pada dinding Masjid Merah Panjunan ini. Saat itu tidak ada tulisan kaligrafi Arab indah yang berbunyi Allah dan Muhammad, sebagaimana banyak dijumpai di masjid lain. Di Masjid Merah Panjunan, tulisan itu terdapat di bagian atas mihrab di dalam sebuah kotak kecil berbentuk wajik.
Yang menarik pada pilar Masjid Merah Panjunan adalah bentuk pilar bulat dengan umpak yang juga berbentuk bulat hanya terdapat di baris depan, yang tampaknya berfungsi sebagai Soko Guru, yang pada kebanyakan bangunan tradisional lain diletakkan dalam posisi segi empat. Pilar kayu lainnya berbentuk segi empat sebagaimana bentuk umpaknya. Pada galeri foto bisa dilihat belandar dan bagian dalam atap masjid dengan susunan kayu simetris dan blandar segi empat yang meramping di bagian tengah dan ornamen daun di tepiannya.
Masjid Merah Panjunan Cirebon
Alamat : Desa Panjunan, Kec Lemahwungkuk Cirebon. Lokasi GPS : -6.7174, 108.5661, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Cirebon, Hotel Murah di Cirebon, Tempat Wisata di Cirebon, Peta Wisata Cirebon.Label: Cirebon, Jawa Barat, Masjid, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.