Kata bijak melintas kepala saat melihat Patung Proklamator Soekarno - Hatta Cengkareng, sebagaimana ketika di Monumen Soekarno Hatta Jl. Proklamasi, Jakarta. Patung di Cengkareng itu lokasi aslinya berada di tengah jalan tidak jauh dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Saya Indonesia keturunan Jawa, dan penduduk dunia. Itu salah satu Sumpah Aroengbinang. Tidak memesan lahir sebagai Jawa, dan menerimanya sebagai kenyataan. Sebagai Indonesia Jawa, saya belajar pitutur, diantaranya: "mikul dhuwur, mendhem jero" dan "tepo sliro".
Yang disebut pertama sangat populer, khususnya setelah runtuhnya Orde Baru. Ketika Soekarno lengser dan Soeharto berkuasa, berbagai elemen masyarakat menuntut Soeharto untuk membawa Soekarno ke Mahmilub (Mahkamah Militer Luar Biasa) sebagaimana dimandatkan MPR. Soeharto menolak, dan tidak pernah membawa Soekarno ke pengadilan sampai akhir hayatnya.
Patung Proklamator Soekarno-Hatta Cengkareng berada tak jauh dari gerbang Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten. Patung itu diresmikan oleh Presiden SBY pada Rabu, 29 Agustus, 2008. Monumen ini dibuat oleh Sunaryo, perupa patung terkenal dari Bandung, yang juga membuat Patung Jenderal Sudirman di Jl. Sudirman, Jakarta.
Patung ini bisa disebut sebagai bagian dari pitutur "Mikul dhuwur mendhem jero". Orang dianjurkan melihat sisi baik dan mengubur sisi gelapnya dalam-dalam, terutama setelah meninggal, oleh sebab setelah orang putus nafas maka sudah menjadi otoritas Hakim Yang Mahagung di Alam Sana untuk mengadili dengan seadil-adilnya. Sedangkan "Tepo Sliro" adalah sebuah etika timbal balik yang berlaku universal, perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan.
Dalam kehidupan nyata kedua tokoh penting di Republik ini pada akhirnya terpisah sangat lama secara politik karena pandangannya yang berbeda tentang bagaimana mengelola negara ini. Namun mereka selalu berada bersama dan disatukan dalam pikiran orang Indonesia, seperti pada Patung Proklamator Soekarno-Hatta ini. Secara pribadi mereka juga tetap berteman.
Patung Soekarno dibuat pada posisi berdiri setinggi 7,8 meter dengan tangan menunjuk ke arah depan, sedangkan patung Mohammad Hatta dibuat sedikit lebih pendek. Dasar Patung Proklamator Soekarno-Hatta ini tingginya 4,8 meter, dengan tinggi keseluruhan 12,6 meter.
Seperti Soekarno, Soeharto menerima perlakuan sama ketika tak lagi berkuasa, meskipun ada tekanan sangat besar kepada pemerintah agar Soeharto diadili. Saya sebut ini adalah sebuah cara orang Indonesia, atau cara Jawa jika anda mau menyebutnya begitu, tentang bagaimana memperlakukan orang tua atau pemimpinnya, khususnya dalam kasus seperti mantan Presiden Soekarno dan Soeharto.
Boleh dikatakan bahwa Bandara Soekarno-Hatta saat itu belumlah semodern dan senyaman bandara di negara tetangga, meskipun ada juga pujian bahwa bandara ini mempertahankan ciri arsitektur setempat. Kita bisa menunggu beberapa tahun lagi, jika itu menyangkut penampilan fisik, karena ada yang juga penting, yaitu profesional personil bandara dan manajemennya.
Pada hari Jumat tanggal 8 Januari 2016, menjelang tengah malam, Patung Proklamator Soekarno-Hatta ini dipindahkan dengan menggunakan crane dan sebuah truk besar. Patung dipindahkan ke ke bundaran Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Ultimate. Sebagai gantinya, di tempat yang lama dipasang Patung Garuda yang cukup elok. Beberapa waktu lalu saya sempat melihat Patung Proklamator Soekarno-Hatta di tempatnya yang baru, hanya saja tak bisa memotret karena tak ada tempat untuk berhenti, dan saya ada di belakang kemudi.
Di sekitar tempat parkir bandara Soekarno Hatta juga ada Patung Garuda Wisnu. Patung lain yang tampak seperti sebuah patung Asmat, juga ada di area parkir bandara Soekarno-Hatta. Selain Patung Proklamator Soekarno-Hatta Cengkareng dan sejumlah patung lainnya yang sudah ada, tampaknya masih perlu diperbanyak lagi instalasi patung di sekitar area bandara, sebagai gerbang masuk utama dari segala penjuru dunia ke Indonesia.
Sudah banyak perbaikan yang dilakukan oleh pengelola bandara sekarang ini untuk memperbaiki berbagai pelayanan agar lebih efisien, menyenangkan, ramah dan aman bagi para penumpang. Bandara baru sudah dioperasikan, pelayanan taksi dan porter semakin baik, kereta Bandara sudah beroperasi, demikian pula Skytrain. Hanya dengan terus berbenah kita bisa menjadikan Soekarno - Hatta sebagai bandara yang bisa dibanggakan, mengharumkam nama Soekarno - Hatta, dan bangsa.
Akan halnya kata-kata bijak itu, mereka akan tetap ada dan akan terus berfungsi sebagai petunjuk di masa-masa sulit. Orang yang menuntut Soekarno untuk dibawa ke pengadilan pada 1966, mungkin sekarang telah lebih bijak dan bersyukur bahwa tuntutannya itu tidak pernah terlaksana. Hidup begitu singkat, dan kenangan bertahan sedikit lebih lama dari itu.
Alamat Patung Proklamator Soekarno-Hatta berada di Bundaran Terminal-3 Bandara Soekarno-Hatta. Lokasi GPS : posisi lama -6.1175376, 106.6769792, posisi baru -6.1234015, 106.6620541, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Tangerang, Hotel di Tangerang Selatan, Tempat Wisata di Tangerang, Peta Wisata Tangerang.
Label:
Banten,
Hatta,
Patung,
Soekarno,
Tangerang,
Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.