Rumah Si Pitung Marunda Jakarta, yang bentuknya merupakan rumah kayu panggung bergaya Bugis, berada di Jl. Kampung Marunda Pulo, Kelurahan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Sebuah rumah tradisional yang dipercaya orang ada hubungannya dengan sosok Si Pitung, seorang jagoan legendaris Betawi di jaman penjajahan Belanda dulu.
Ketika mengunjunginya dulu, agak sulit menemukan Rumah Si Pitung di Marunda itu karena saat itu belum ada petunjuk yang jelas. Waze juga belum lagi ada. Saya perlu bertanya arah beberapa kali sebelum akhirnya sampai di parkiran dekat lokasi. Pesan selamat datang terlihat di mulut jembatan kecil beberapa meter dari parkir. Jembatan butut itu belakangan sudah menjadi jembatan beton.
Beberapa orang beranggapan bahwa rumah ini adalah tempat dimana ia pernah tinggal. Namun rumah itu sebenarnya milik seorang pedagang kaya bernama H. Syafiuddin yang dirampok Si Pitung sekitar tahun 1883. Si Pitung dan kawan-kawannya sering merampok orang kaya untuk membantu rakyat miskin yang membuatnya sangat dibenci orang kaya dan penguasa Belanda, namun dipuja oleh rakyat.
Ada tengara berukuran cukup besar di bagian belakang Rumah Si Pitung Marunda Jakarta yang waktu itu terlihat masih baru. Nama Si Pitung memang sangat terkenal dan sudah sangat melekat dengan kehidupan orang Betawi sejak jaman dahulu. Keterkenalan nama Si Pitung juga dibantu buku komik dan pernah diangkat pula ke film layar lebar pada tahun 1970.
Jalan masuk ke dalam rumah berada di ujung yang lain, dan karenanya saya harus berjalan kaki mengelilingi rumah dari arah sebelah kiri untuk sampai ke halaman depan. Area rumah ini dikelilingi tembok yang rendah, sehingga orang bisa melihat rumahnya dari setiap sisi.
Dalam penelitiannya tahun 1984 yang disiarkan Bijdragen, Magriet van Teel mengungkap bahwa polisi Belanda pernah menggerebek rumah Si Pitung di Rawa Belong, Jakarta Barat. Namun di rumah itu hanya ditemukan beberapa keping uang benggolan senilai 2,5 sen yang tersimpan di dalam batangan bambu. Padahal selama delapan tahun melakukan aksinya, jagoan Betawi itu telah menggasak uang dan emas permata yang sangat banyak jumlahnya dari para saudagar yang bersekutu dengan penjajah Belanda.
Sesaat setelah menaiki undakan papan kayu rumah panggung, melewati serambi depan yang berpagar pelindung kayu, saya masuk ke dalam rumah. Seperangkat meja dan kursi tamu kuno terlihat di ruang tamu Rumah Si Pitung Marunda ini, dengan patung berwajah rata berpakaian adat pria Betawi di pojok ruangan. Lampu gantung kuno berada tepat di atas meja.
Hurgronje menganggap sangat keterlaluan bahwa orang Eropa seperti Hijne sampai pergi ke dukun untuk menangkap Si Pitung. Kepala polisi juga dianggap sangat tidak terpelajar karena buronannya bisa hilir mudik naik kereta api. Hurgronje tambah gusar karena Pitung lolos dari penjara Meetser Cornelis saat tertangkap pada 1891. Bahkan Si Pitung membunuh Demang Kebayoran, kaki tangan Belanda dan musuh para petani. Demang itu yang menjebloskan Ji'ih, saudara misan Pitung, ke penjara dan tewas dihukum mati.
Sebuah lukisan menggantung pada dinding kayu bagian dalam Rumah Si Pitung Marunda dengan ruang tamu berada di sisi sebelah kanan. Di tengah ruangan tamu itu terdapat lampu minyak tradisional yang digantung di langit-langit ruangan. Lantai asli rumah panggung terbuat dari bambu, dan penggantian menjadi lantai kayu dilakukan pemerintah DKI pada tahun 1972.
Di belakang dinding kayu di sebelah kanan yang telah dicat ulang warna merah tua adalah kamr dengan sebuah tempat tidur. Di belakang kamar ada tempat makan keluarga, dengan kursi dan meja makan serta beberapa kendi tanah liat diletakkan di atasnya. Di sebelah area makan ada alat permainan congklak, rebana, sitar dan kopor-kopor tua yang digeletakkan di atas lantai papan.
Kamar tidur di Rumah Si Pitung berisi tempat tidur berkelambu yang lazim dipasang pada jaman dahulu dulu untuk pelindung dari gigitan nyamuk ketika tidur. Kini sudah sangat jarang terlihat ada kelambu di rumah penduduk, dan jika pun ada biasanya hanya dipasang pada boks bayu. Sebuah meja rias dengan cermin bundar tampak berada di sebelah kiri.
Di dalam ruangan paling belakang, sebelum teras, terdapat dapur tradisional sangat sederhana namun terlihat masih agak baru. Koleksi beberapa buah lampu minyak tanah tradisional tampak berjajar di atas sebuah balok penyangga langit-langit di dekat dapur. Di belakang ada undakan lagi sebagai pintu keluar.
Cara paling mudah untuk pergi ke sana jika menggunakan mobil adalah melalui Jalan Lingkar Luar Jakarta, ke arah Cilincing, keluar di ujung jalan tol, lalu masuk ke Jl. Raya Cakung - Cilincing.
Selanjutnya belok kanan ke Jalan Akses Marunda, lewati jembatan dan belok kiri pada simpangan pertama (GPS: -6.1077827, 106.9600641). Ikuti jalan sampai ke kampus Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, belok ke kanan, lalu ke kiri mengikuti jalan hingga sampai ke tempat parkir (GPS: -6.0982615, 106.9600748).
Anda bisa juga naik angkutan umum dari Terminal Tanjung Priok ke arah Rorotan. Jangan lupa mampir ke Masjid Al-Alam Marunda, masjid bersejarah peninggalan Fatahillah, yang persis ada di sebelah baratnya.
Alamat Rumah Si Pitung Marunda berada di Kampung Marunda Pulo, Cilincing, Jakarta Utara. Lokasi GPS : -6.097, 106.9589, Waze. Jam buka : 08:00 - 17:00. Harga tiket masuk Rp 5.000. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Utara, Hotel Melati di Jakarta Utara, Peta Wisata Jakarta Utara, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Utara.
Ketika mengunjunginya dulu, agak sulit menemukan Rumah Si Pitung di Marunda itu karena saat itu belum ada petunjuk yang jelas. Waze juga belum lagi ada. Saya perlu bertanya arah beberapa kali sebelum akhirnya sampai di parkiran dekat lokasi. Pesan selamat datang terlihat di mulut jembatan kecil beberapa meter dari parkir. Jembatan butut itu belakangan sudah menjadi jembatan beton.
Beberapa orang beranggapan bahwa rumah ini adalah tempat dimana ia pernah tinggal. Namun rumah itu sebenarnya milik seorang pedagang kaya bernama H. Syafiuddin yang dirampok Si Pitung sekitar tahun 1883. Si Pitung dan kawan-kawannya sering merampok orang kaya untuk membantu rakyat miskin yang membuatnya sangat dibenci orang kaya dan penguasa Belanda, namun dipuja oleh rakyat.
Ada tengara berukuran cukup besar di bagian belakang Rumah Si Pitung Marunda Jakarta yang waktu itu terlihat masih baru. Nama Si Pitung memang sangat terkenal dan sudah sangat melekat dengan kehidupan orang Betawi sejak jaman dahulu. Keterkenalan nama Si Pitung juga dibantu buku komik dan pernah diangkat pula ke film layar lebar pada tahun 1970.
Rumah Panggung Bugis
Dari tempat ini saya bisa melihat beranda belakang rumah panggung bergaya Bugis Sulawesi itu, dengan sejumlah perabotan rumah tangga dan caping terbuat dari bambu bergelantungan di sana. Ada pula jala untuk menangkap ikan yang dipasang dalam posisi mengembang, menandai kedekatan kehidupan dengan nelayan dan laut.Jalan masuk ke dalam rumah berada di ujung yang lain, dan karenanya saya harus berjalan kaki mengelilingi rumah dari arah sebelah kiri untuk sampai ke halaman depan. Area rumah ini dikelilingi tembok yang rendah, sehingga orang bisa melihat rumahnya dari setiap sisi.
Dalam penelitiannya tahun 1984 yang disiarkan Bijdragen, Magriet van Teel mengungkap bahwa polisi Belanda pernah menggerebek rumah Si Pitung di Rawa Belong, Jakarta Barat. Namun di rumah itu hanya ditemukan beberapa keping uang benggolan senilai 2,5 sen yang tersimpan di dalam batangan bambu. Padahal selama delapan tahun melakukan aksinya, jagoan Betawi itu telah menggasak uang dan emas permata yang sangat banyak jumlahnya dari para saudagar yang bersekutu dengan penjajah Belanda.
Sesaat setelah menaiki undakan papan kayu rumah panggung, melewati serambi depan yang berpagar pelindung kayu, saya masuk ke dalam rumah. Seperangkat meja dan kursi tamu kuno terlihat di ruang tamu Rumah Si Pitung Marunda ini, dengan patung berwajah rata berpakaian adat pria Betawi di pojok ruangan. Lampu gantung kuno berada tepat di atas meja.
Snouck Hurgronje
Sebuah tulisan di dalam rumah menceritakan bahwa selama delapan tahun (1886 - 1894) Si Pitung telah sangat meresahkan penguasa kolonial di Batavia, sehingga Snouck Hurgronje yang menjadi penasehat pemerintah Hindia Belanda urusan Bumiputera mengecam keras Kepala Polisi Batavia Schout Hijne yang tak juga sanggup menangkapnya.Hurgronje menganggap sangat keterlaluan bahwa orang Eropa seperti Hijne sampai pergi ke dukun untuk menangkap Si Pitung. Kepala polisi juga dianggap sangat tidak terpelajar karena buronannya bisa hilir mudik naik kereta api. Hurgronje tambah gusar karena Pitung lolos dari penjara Meetser Cornelis saat tertangkap pada 1891. Bahkan Si Pitung membunuh Demang Kebayoran, kaki tangan Belanda dan musuh para petani. Demang itu yang menjebloskan Ji'ih, saudara misan Pitung, ke penjara dan tewas dihukum mati.
Sebuah lukisan menggantung pada dinding kayu bagian dalam Rumah Si Pitung Marunda dengan ruang tamu berada di sisi sebelah kanan. Di tengah ruangan tamu itu terdapat lampu minyak tradisional yang digantung di langit-langit ruangan. Lantai asli rumah panggung terbuat dari bambu, dan penggantian menjadi lantai kayu dilakukan pemerintah DKI pada tahun 1972.
Di belakang dinding kayu di sebelah kanan yang telah dicat ulang warna merah tua adalah kamr dengan sebuah tempat tidur. Di belakang kamar ada tempat makan keluarga, dengan kursi dan meja makan serta beberapa kendi tanah liat diletakkan di atasnya. Di sebelah area makan ada alat permainan congklak, rebana, sitar dan kopor-kopor tua yang digeletakkan di atas lantai papan.
Kamar tidur di Rumah Si Pitung berisi tempat tidur berkelambu yang lazim dipasang pada jaman dahulu dulu untuk pelindung dari gigitan nyamuk ketika tidur. Kini sudah sangat jarang terlihat ada kelambu di rumah penduduk, dan jika pun ada biasanya hanya dipasang pada boks bayu. Sebuah meja rias dengan cermin bundar tampak berada di sebelah kiri.
Di dalam ruangan paling belakang, sebelum teras, terdapat dapur tradisional sangat sederhana namun terlihat masih agak baru. Koleksi beberapa buah lampu minyak tanah tradisional tampak berjajar di atas sebuah balok penyangga langit-langit di dekat dapur. Di belakang ada undakan lagi sebagai pintu keluar.
Rumah Tinggi Marunda
Nama sebelumnya rumah itu adalah Rumah Tinggi Marunda, sebelum berubah menjadi Langgar Tinggi dan lalu Rumah Si Pitung Marunda. Sering terjadinya banjir di daerah Kampung Marunda, yang terletak di daerah pantai Utara Laut Jawa, mungkin menjadi alasan utama kenapa rumah ini dibangun di atas tanah setinggi sekitar 1,5 meter.Cara paling mudah untuk pergi ke sana jika menggunakan mobil adalah melalui Jalan Lingkar Luar Jakarta, ke arah Cilincing, keluar di ujung jalan tol, lalu masuk ke Jl. Raya Cakung - Cilincing.
Selanjutnya belok kanan ke Jalan Akses Marunda, lewati jembatan dan belok kiri pada simpangan pertama (GPS: -6.1077827, 106.9600641). Ikuti jalan sampai ke kampus Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, belok ke kanan, lalu ke kiri mengikuti jalan hingga sampai ke tempat parkir (GPS: -6.0982615, 106.9600748).
Anda bisa juga naik angkutan umum dari Terminal Tanjung Priok ke arah Rorotan. Jangan lupa mampir ke Masjid Al-Alam Marunda, masjid bersejarah peninggalan Fatahillah, yang persis ada di sebelah baratnya.
Alamat Rumah Si Pitung Marunda berada di Kampung Marunda Pulo, Cilincing, Jakarta Utara. Lokasi GPS : -6.097, 106.9589, Waze. Jam buka : 08:00 - 17:00. Harga tiket masuk Rp 5.000. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Utara, Hotel Melati di Jakarta Utara, Peta Wisata Jakarta Utara, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Utara.
Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.