Masjid Al Alam Marunda, yang sebelumnya dikenal dengan nama Masjid Aulia Marunda, merupakan salah satu masjid tertua di wilayah Jakarta. Masjid bersejarah ini konon dibangun pertama kali oleh Fatahillah dan pasukannya pada 1527 setelah mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa.
Saat menyerbu VOC di Batavia pada 1628-1629, pasukan Mataram juga menjadikan Masjid Al-Alam Marunda dan daerah sekitarnya sebagai pangkalannya. Masjid yang berukuran relatif kecil ini memiliki arsitektur yang merupakan perpaduan gaya Islam-Jawa Pesisir dan Moor.
Meskipun lokasi masjid sangat dekat dengan Rumah Si Pitung, hanya 50-an meter, namun waktu itu saya mengambil jalan memutar dari sisi kanan, yang mestinya jauh lebih pendek jika berjalan dari sisi kiri. Lokasi masjid juga sangat dekat dengan muara Sungai Tiram, kurang dari 100 meter.
Sebuah bangunan pendopo bergaya joglo terlihat berada di sebelah Masjid Al Alam Marunda. Saat itu pendopo tengah digunakan sebagai tempat pengajian sekelompok ibu-ibu yang datang dari berbagai kelurahan di sekitar Marunda.
Di latar depan tampak sebuah tengara yang menunjukkan status masjid sebagai Benda Cagar Budaya berdasarkan Perda DKI tahun 1999, yang artinya dilindungi oleh undang-undang untuk menjaga kelestarian dan keasliannya. Perubahan bangunan dan lingkungan pekarangannya harus seizin gubernur dengan rekomendasi dinas kebudayaan dan permuseuman DKI Jakarta.
Bagian dalam Masjid Al Alam Marunda terkesan sederhana, dengan empat pilar besar pendek penyangga atap masjid, dan pilar yang lebih kecil pada bagian mihrab. Konstruksi tiang sokoguru ini dibangun pada abad ke-18. Beberapa tulisan kaligrafi terlihat menempel pada dinding Masjid Al-Alam Marunda ini. Dulu bagian dalam atap tanpa plafon ditutup anyaman bambu, dan bagian luarnya ditutup genteng berbentuk limas tumpang dua dengan puncak memolo berbentuk mahkota raja.
Ketinggian plafon di dalam ruangan masjid mungkin kurang dari 3 meter dari lantai ruangan, sehingga terkesan sangat rendah. Berbeda dengan masjid pada umumnya yang dibuat dengan lelangit tinggi agar memberi ruang yang cukup bagi sirkulasi udara untuk mendinginkan ruangan. Ukuran dasar bangunan asli masjid ini adalah 10 x 10 meter.
Pada 1972 dilakukan pemugaran masjid oleh Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta, dengan mengganti dinding bata setinggi 1 meter, namun tetap mempertahankan keaslian bagian atasnya yang terbuat dari dinding bambu. Sedangkan di sisi Selatan dan Barat dibuat pelataran parkir. Pada 1989 dilakukan perluasan serambi Timur dan Utara, serta membuat tempat wudhu dan WC.
Bagian mihrab Masjid Al Alam Marunda berhias kaligrafi Arab berbentuk setengah lingkaran di sebelah kanan mengikuti bentuk lengkung mihrab yang ada di bawahnya. Sedangkan kaligrafi di sebelah kiri lurus saja. Saya selalu menemukan kesulitan ketika mencoba membaca tulisan Arab yang dibuat kaligrafi semacam ini.
Konon yang di belakang itu adalah makam kyai Jami'in (ada yang menyebut kyai Jami'in bin Abdullah), namun tak ada penjelasan mengenai siapa beliau ini. Begitupun banyak yang datang ke makam ini untuk ngalap berkah. Sedangkan aalah satu makam yang ada di luar, dipagari tembok rendah, ada tulisan Al Habib Abdul Halim Hay pada dindingnya.
Menetap sementara di sebuah masjid tua yang dianggap memiliki karomah bisa jadi dianggap semacam laku, atau tirakat, yang harus dijalani ketika orang sedang memerlukan petunjuk atau pencerahan untuk mendapatkan apa yang sedang ia inginkan atau perjuangkan. Bagaimana pun masjid bisa menjadi tempat pertemuan yang tak terduga, dan bisa memberi ilham.
Alamat Masjid Al-Alam Marunda berada di Jl. Kampung Marunda Besar, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Lokasi GPS : -6.09412, 106.95996, Waze. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Utara, Hotel Melati di Jakarta Utara, Peta Wisata Jakarta Utara, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Utara.
Saat menyerbu VOC di Batavia pada 1628-1629, pasukan Mataram juga menjadikan Masjid Al-Alam Marunda dan daerah sekitarnya sebagai pangkalannya. Masjid yang berukuran relatif kecil ini memiliki arsitektur yang merupakan perpaduan gaya Islam-Jawa Pesisir dan Moor.
Meskipun lokasi masjid sangat dekat dengan Rumah Si Pitung, hanya 50-an meter, namun waktu itu saya mengambil jalan memutar dari sisi kanan, yang mestinya jauh lebih pendek jika berjalan dari sisi kiri. Lokasi masjid juga sangat dekat dengan muara Sungai Tiram, kurang dari 100 meter.
Sebuah bangunan pendopo bergaya joglo terlihat berada di sebelah Masjid Al Alam Marunda. Saat itu pendopo tengah digunakan sebagai tempat pengajian sekelompok ibu-ibu yang datang dari berbagai kelurahan di sekitar Marunda.
Di latar depan tampak sebuah tengara yang menunjukkan status masjid sebagai Benda Cagar Budaya berdasarkan Perda DKI tahun 1999, yang artinya dilindungi oleh undang-undang untuk menjaga kelestarian dan keasliannya. Perubahan bangunan dan lingkungan pekarangannya harus seizin gubernur dengan rekomendasi dinas kebudayaan dan permuseuman DKI Jakarta.
Pendopo Masjid
Saya juga sempat mengambil foto gedung Masjid Al Alam Marunda Jakarta dilihat dari depan, dengan bangunan pendopo di sebelahnya. Di bagian sebelah kiri dan belakang masjid terdapat kompleks pemakaman tua, yang sebagian dikeramatkan dan sering dikunjungi oleh peziarah. Saya sempat ke bagian belakang dan melihat sebuah makam tak bernama di sana.Bagian dalam Masjid Al Alam Marunda terkesan sederhana, dengan empat pilar besar pendek penyangga atap masjid, dan pilar yang lebih kecil pada bagian mihrab. Konstruksi tiang sokoguru ini dibangun pada abad ke-18. Beberapa tulisan kaligrafi terlihat menempel pada dinding Masjid Al-Alam Marunda ini. Dulu bagian dalam atap tanpa plafon ditutup anyaman bambu, dan bagian luarnya ditutup genteng berbentuk limas tumpang dua dengan puncak memolo berbentuk mahkota raja.
Ketinggian plafon di dalam ruangan masjid mungkin kurang dari 3 meter dari lantai ruangan, sehingga terkesan sangat rendah. Berbeda dengan masjid pada umumnya yang dibuat dengan lelangit tinggi agar memberi ruang yang cukup bagi sirkulasi udara untuk mendinginkan ruangan. Ukuran dasar bangunan asli masjid ini adalah 10 x 10 meter.
Pengalap Berkah
Masjid Al-Alam Marunda rupanya juga sering dikunjungi para pengalap berkah dari luar kota yang menginap selama beberapa minggu di masjid tua ini. Ini saya ketahui dari percakapan dengan seorang pria yang mengaku sudah beberapa hari menginap di masjid, dan belum tahu kapan akan meninggalkannya.Pada 1972 dilakukan pemugaran masjid oleh Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta, dengan mengganti dinding bata setinggi 1 meter, namun tetap mempertahankan keaslian bagian atasnya yang terbuat dari dinding bambu. Sedangkan di sisi Selatan dan Barat dibuat pelataran parkir. Pada 1989 dilakukan perluasan serambi Timur dan Utara, serta membuat tempat wudhu dan WC.
Bagian mihrab Masjid Al Alam Marunda berhias kaligrafi Arab berbentuk setengah lingkaran di sebelah kanan mengikuti bentuk lengkung mihrab yang ada di bawahnya. Sedangkan kaligrafi di sebelah kiri lurus saja. Saya selalu menemukan kesulitan ketika mencoba membaca tulisan Arab yang dibuat kaligrafi semacam ini.
Tongkat Khatib
Tersembunyi di balik tembok ruang imam adalah sebuah tongkat khatib yang hanya dipakai ketika sembahyang Jumat atau pada Hari Raya. Tak jelas mengapa ada kebiasaan seorang khatib mesti membawa tongkat ke mimbar. Mungkin mengikuti tabiat sang kyai, yang sebenarnya memakainya sebagai penopan, namun lalu dianggap sebagai simbol otoritas.Konon yang di belakang itu adalah makam kyai Jami'in (ada yang menyebut kyai Jami'in bin Abdullah), namun tak ada penjelasan mengenai siapa beliau ini. Begitupun banyak yang datang ke makam ini untuk ngalap berkah. Sedangkan aalah satu makam yang ada di luar, dipagari tembok rendah, ada tulisan Al Habib Abdul Halim Hay pada dindingnya.
Menetap sementara di sebuah masjid tua yang dianggap memiliki karomah bisa jadi dianggap semacam laku, atau tirakat, yang harus dijalani ketika orang sedang memerlukan petunjuk atau pencerahan untuk mendapatkan apa yang sedang ia inginkan atau perjuangkan. Bagaimana pun masjid bisa menjadi tempat pertemuan yang tak terduga, dan bisa memberi ilham.
Alamat Masjid Al-Alam Marunda berada di Jl. Kampung Marunda Besar, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Lokasi GPS : -6.09412, 106.95996, Waze. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Utara, Hotel Melati di Jakarta Utara, Peta Wisata Jakarta Utara, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Utara.
Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.