Jika ada patung paling terkenal di Jakarta tentulah itu Patung Selamat Datang, yang juga disebut Monumen Selamat Datang atau Tugu Selamat Datang. Dulu sekali ada yang masih menyebutnya dengan nama Patung Jali-jali. Seiring jarangnya orang mendengar lagu gambang kromong Betawi itu, sebutan Patung Jali-jali semakin sayup terdengar.
Sesungguhnya bisa dibilang tidak ada yang terlalu spektakuler pada penampakan Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia ini. Lagipula orang hanya bisa melihatnya dari kejauhan, sehingga detil patung tak mudah untuk dilihat, apalagi jika hanya melintas sesaat.
Itu lantaran lokasi patung berujud pria dan wanita itu berada tepat di tengah kolam berdiameter tak kurang dari 100 meter, dan tinggi patung keseluruhan mencapai 17 meter, 10 meter diantaranya adalah tinggi dudukan patung. Pembuatan dudukan patung bertiang dua itu dikerjakan oleh PN Pembangunan Perumahan.
Patung pasangan pemuda-pemudi itu tangannya melambai, seolah sedang menyambut kedatangan tamu. Si wanita tangan kirinya menggenggam segepok kembang, keduanya dibuat menghadap ke Utara lantaran ketika itu bandara internasional masih berada di Kemayoran, sehingga para tamu datang dari arah itu untuk menuju Hotel Indonesia tempat mereka menginap, serta ke Gelora Bung Karno yang saat itu bernama Kompleks Olahraga Ikada.
Semakin padatnya permukiman penduduk di bagian utara Jakarta, membuat bandar udara Kemayoran ditutup dan dipindahkan ke Bandara Cengkareng yang kemudian diberi nama Bandar Udara Soekarno - Hatta oleh Presiden Soeharto. Dengan segala kelemahan pemerintahannya, dan perlakuannya yang buruk pada Bung Karno di akhir masa hidupnya, penamaan bandara itu bisa dikatakan sebagai salah satu langkah pak Harto yang bijaksana.
Sketsanya dibuat oleh Henk Ngantung, Gubernur DKI Jakarta kala itu. Adalah sebuah tim bernama Keluarga Arca pimpinan Edhi Sunarso, pematung jebolan ASRI kelahiran Salatiga 2 Juli 1933, yang mengerjakan Patung Selamat Datang yang legendaris ini.
Pembuatan patung dikerjakan di sanggar milik Edhi Sunarso di Karangwuni, dan sempat ditengok Presiden Soekarno bersama para menteri dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Howard P Jones. Patung yang penyelesaiannya memakan waktu satu tahun itu akhirnya diresmikan Presiden Soekarno pada 1962.
Patung karya Sunarso lainnya yang menghias Kota Jakarta adalah Patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng, dan Patung Dirgantara di Pancoran. Ia juga mengerjakan diorama di Museum Sejarah Nasional Indonesia di Monas, diorama di Museum Pengkhianatan PKI Lubang Buaya, dan diorama di Museum Satria Mandala.
Kolam air mancur yang elok di bawah Patung Selamat Datang adalah merupakan hasil pekerjaan renovasi pada 2002 yang kabarnya menelan biaya Rp 14 miliar, sebuah angka yang fantastis. Ada lima variasi pancaran air mancur yang dijalankan dengan program komputer sebagai perlambang jumlah lima sila pada Pancasila.
Foto-foto dalam tulisan ini diambil bertahun lalu, ketika jumlah kendaraan yang berlalu-lalang di jalan-jalan di Jakarta belum separah sekarang ini dan MRT Jakarta serta LRT masih berupa khayalan yang waktu itu masih belum jelas kapan bisa diwujudukan.
Jika saja Jokowi tidak menjadi Gubernur DKI, boleh jadi MRT masih juga tinggal rencana. Mestinya gubernur DKI Jakarta berikutnya terus bekerja keras untuk mengurai kemacetan dengan mempercepat pembangunan LRT, MRT, dan membuat kebijakan untuk mendorong pemakaian transportasi massal, bukan kebijakan yang malah menambah ruwetnya lalu lintas Jakarta.
Jika tidak ingin mengeluarkan sepeser uang pun untuk menikmati pemandangan Patung Selamat Datang Jakarta serta tarian air mancurnya, pejalan bisa duduk-duduk di tepian jalan di depan Plaza Indonesia. Tentu saja ini hanya bisa dilakukan ketika matahari Jakarta sudah tak lagi terasa sengat panasnya, baik di sore maupun malam hari.
Cara yang lebih "berkelas" untuk menikmati suasana di sekitaran patung adalah dengan duduk minum kopi sambil mengudap makanan ringan di sebuah kafe di dalam gedung Plaza Indonesia yang lokasinya langsung menghadap ke arah patung. Selalu ada pilihan untuk menikmati sesuatu, tinggal soal selera dan kekuatan kantung, serta preferensi suasana yang hendak dinikmati.
Pada 18 Agustus - 2 September 2018, Jakarta kembali menjadi tuan rumah Asian Games, kali ini yang ke XVIII, bersama dengan Kota Palembang. Gelora Bung Karno pun direnovasi dan kabarnya menjadi sangat indah, meski sempat beredar video perilaku barbar sejumlah penonton yang menyebabkan rusaknya tempat duduk. Hotel untuk para atlet selesai dibangun dan LRT dikebut, namun tampaknya tak ada pembuatan patung selamat datang yang akan menyambut para atlet yang masuk ke Jakarta dari arah Bandara Soekarno - Hatta.
Hotel: Jakarta - Motel / Pusat - Melati / Barat - Melati - Motel / Utara - Melati - Motel / Timur - Melati - Motel / Selatan. Kontak: Nomor Telepon Penting. Pasar: Jakarta. Pendidikan: Homeschooling / SD Swasta. Peta: Jakarta / Pusat / Barat / Utara / Selatan. Wisata: Jakarta / Pusat / Barat / Utara / Timur / Selatan / Sekitar Monas. Transportasi: KRL Commuter Line / Taksi / TransJakarta / Bus Damri Bandara.
Sesungguhnya bisa dibilang tidak ada yang terlalu spektakuler pada penampakan Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia ini. Lagipula orang hanya bisa melihatnya dari kejauhan, sehingga detil patung tak mudah untuk dilihat, apalagi jika hanya melintas sesaat.
Itu lantaran lokasi patung berujud pria dan wanita itu berada tepat di tengah kolam berdiameter tak kurang dari 100 meter, dan tinggi patung keseluruhan mencapai 17 meter, 10 meter diantaranya adalah tinggi dudukan patung. Pembuatan dudukan patung bertiang dua itu dikerjakan oleh PN Pembangunan Perumahan.
Patung pasangan pemuda-pemudi itu tangannya melambai, seolah sedang menyambut kedatangan tamu. Si wanita tangan kirinya menggenggam segepok kembang, keduanya dibuat menghadap ke Utara lantaran ketika itu bandara internasional masih berada di Kemayoran, sehingga para tamu datang dari arah itu untuk menuju Hotel Indonesia tempat mereka menginap, serta ke Gelora Bung Karno yang saat itu bernama Kompleks Olahraga Ikada.
Semakin padatnya permukiman penduduk di bagian utara Jakarta, membuat bandar udara Kemayoran ditutup dan dipindahkan ke Bandara Cengkareng yang kemudian diberi nama Bandar Udara Soekarno - Hatta oleh Presiden Soeharto. Dengan segala kelemahan pemerintahannya, dan perlakuannya yang buruk pada Bung Karno di akhir masa hidupnya, penamaan bandara itu bisa dikatakan sebagai salah satu langkah pak Harto yang bijaksana.
Sejarah Patung Selamat Datang
Ide pembuatan Patung Selamat Datang rupanya berasal dari Presiden RI ke-1 Ir. Soekarno, yang saat itu ditujukan untuk menyambut kedatangan para atlet peserta Asian Games IV yang diselenggarakan pada tanggal 24 Agustus - 4 September 1962 di Kota Jakarta.Sketsanya dibuat oleh Henk Ngantung, Gubernur DKI Jakarta kala itu. Adalah sebuah tim bernama Keluarga Arca pimpinan Edhi Sunarso, pematung jebolan ASRI kelahiran Salatiga 2 Juli 1933, yang mengerjakan Patung Selamat Datang yang legendaris ini.
Pembuatan patung dikerjakan di sanggar milik Edhi Sunarso di Karangwuni, dan sempat ditengok Presiden Soekarno bersama para menteri dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Howard P Jones. Patung yang penyelesaiannya memakan waktu satu tahun itu akhirnya diresmikan Presiden Soekarno pada 1962.
Patung karya Sunarso lainnya yang menghias Kota Jakarta adalah Patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng, dan Patung Dirgantara di Pancoran. Ia juga mengerjakan diorama di Museum Sejarah Nasional Indonesia di Monas, diorama di Museum Pengkhianatan PKI Lubang Buaya, dan diorama di Museum Satria Mandala.
Kolam air mancur yang elok di bawah Patung Selamat Datang adalah merupakan hasil pekerjaan renovasi pada 2002 yang kabarnya menelan biaya Rp 14 miliar, sebuah angka yang fantastis. Ada lima variasi pancaran air mancur yang dijalankan dengan program komputer sebagai perlambang jumlah lima sila pada Pancasila.
Foto-foto dalam tulisan ini diambil bertahun lalu, ketika jumlah kendaraan yang berlalu-lalang di jalan-jalan di Jakarta belum separah sekarang ini dan MRT Jakarta serta LRT masih berupa khayalan yang waktu itu masih belum jelas kapan bisa diwujudukan.
Jika saja Jokowi tidak menjadi Gubernur DKI, boleh jadi MRT masih juga tinggal rencana. Mestinya gubernur DKI Jakarta berikutnya terus bekerja keras untuk mengurai kemacetan dengan mempercepat pembangunan LRT, MRT, dan membuat kebijakan untuk mendorong pemakaian transportasi massal, bukan kebijakan yang malah menambah ruwetnya lalu lintas Jakarta.
Bundaran HI
Yang membuat Patung Selamat Datang menjadi sangat terkenal tampaknya adalah karena lokasinya yang berada di Bundaran Hotel Indonesia (HI), yang sering menjadi pusat kegiatan keramaian (belakangan menjadi tempat favorit para pendemo untuk mendapat perhatian media), juga karena sejarah patung ini yang telah lama menjadi salah satu ikon utama Kota Jakarta, serta adanya kolam air mancur yang elok di bawahnya.Jika tidak ingin mengeluarkan sepeser uang pun untuk menikmati pemandangan Patung Selamat Datang Jakarta serta tarian air mancurnya, pejalan bisa duduk-duduk di tepian jalan di depan Plaza Indonesia. Tentu saja ini hanya bisa dilakukan ketika matahari Jakarta sudah tak lagi terasa sengat panasnya, baik di sore maupun malam hari.
Cara yang lebih "berkelas" untuk menikmati suasana di sekitaran patung adalah dengan duduk minum kopi sambil mengudap makanan ringan di sebuah kafe di dalam gedung Plaza Indonesia yang lokasinya langsung menghadap ke arah patung. Selalu ada pilihan untuk menikmati sesuatu, tinggal soal selera dan kekuatan kantung, serta preferensi suasana yang hendak dinikmati.
Pada 18 Agustus - 2 September 2018, Jakarta kembali menjadi tuan rumah Asian Games, kali ini yang ke XVIII, bersama dengan Kota Palembang. Gelora Bung Karno pun direnovasi dan kabarnya menjadi sangat indah, meski sempat beredar video perilaku barbar sejumlah penonton yang menyebabkan rusaknya tempat duduk. Hotel untuk para atlet selesai dibangun dan LRT dikebut, namun tampaknya tak ada pembuatan patung selamat datang yang akan menyambut para atlet yang masuk ke Jakarta dari arah Bandara Soekarno - Hatta.
Tentang Patung Selamat Datang Jakarta
Lokasi: Bundaran Hotel Indonesia, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat. GPS : -6.194987, 106.823062, Waze. Nama lain: Monumen Selamat Datang, Tugu Selamat Datang, Patung Jali-jali. Pematung: Sunarso. Data fisik: diameter kolam 100 meter, tinggi patung 7 m, dudukan patung 10 m. Diresmikan: 1962.Panduan di Jakarta
Hotel: Jakarta - Motel / Pusat - Melati / Barat - Melati - Motel / Utara - Melati - Motel / Timur - Melati - Motel / Selatan. Kontak: Nomor Telepon Penting. Pasar: Jakarta. Pendidikan: Homeschooling / SD Swasta. Peta: Jakarta / Pusat / Barat / Utara / Selatan. Wisata: Jakarta / Pusat / Barat / Utara / Timur / Selatan / Sekitar Monas. Transportasi: KRL Commuter Line / Taksi / TransJakarta / Bus Damri Bandara.
Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.