Kamu berjalan mengayun kaki dari arah hotel di Jl Gatot Subroto, menyeberang lampu merah, lalu menyusur pedestrian lebar di Jalan Ngarsopuro. Bangku besi dipasang melingkari lampu, berjajar di sepanjang jalan yang berkelas ini. Jalur itu ada di kiri kanan jalan, sama lebarnya. Setidaknya ada dua tempat makan di awal dan tengah Jl Ngarsopuro, namun kaki terus melangkah sampai ke ujung jalan yang berhadapan dengan pintu masuk Puro Mangkunegoro, melewati beberapa pedagang jajanan ringan seperti kacang rebus dan minuman hangat.
Di pojokan terdapat Omah Sinten yang terlihat cukup ramai. Dan Cafe Tiga Tjeret ada di sebelahnya. Jalur pedestrian di depan Cafe Tiga Tjeret juga sangat lebar, namun sebagian tersita oleh deret motor pengunjung cafe. Jika saja parkir di jalanan tidak diperbolehkan, Solo akan menjadi kota yang jauh lebih cantik dan anggun.
Suasana cukup ramai ketika melangkah masuk ke dalam area Cafe Tiga Tjeret Solo, namun tak ada kesulitan untuk menemukan meja kosong di ruang utama yang kedua sisinya tak berdinding. Dua sisi lainnya digunakan untuk menggelar makanan dan tempat kasir menarik uang pengunjung.
Pengunjung mengantri untuk memilih dan mengambil makanan sendiri. Dimulai deret pilihan nasi yang telah dibungkus dalam daun pisang dengan berbagai judul, seperti Nasi Oseng Kikil, Nasi Oseng Tempe, Nasi Teri, dll. Saya pilih Nasi Terik Daging. Tak ada pilihan nasi putih.
Dilanjutkan dengan deret pilihan lauk dan jajanan, dan terakhir memilih minuman langsung di depan salah satu dari dua kasir, seraya menyerahkan makanan yang dipilih untuk dihangatkan. Berjajar di atas kasir ada 3 lampu pijar yang masing-masing diletakkan di dalam ceret aluminum asli yang bagian bawahnya dibuang.
Beginilah makanan Cafe Tiga Tjeret ketika disajikan setelah dihangatkan. Sederhana dan praktis. Tak ada yang perlu dicuci, kecuali sendok. Pilihan saya adalah sate vegetarian, sate ayam pedas, karak, mendoan, nasik terik daging, dan tahu bacem.
Ketika membuka bungkus daun pisang Nasi Terik Daging, isinya ternyata nasi putih dan terik daging yang dibungkus terpisah dalam daun pisang kecil. Semua jenis nasi lainnya rupanya disajikan dengan cara yang sama. Tak heran jika tak ditemukan pilihan nasi putih saja.
Selain makanannya, yang menarik perhatian di Cafe Tiga Tjeret Solo adalah semua meja makan di ruang utama cafe yang bentuknya memanjang itu ternyata ditopang oleh dua atau lebih rangka mesin jahit asli. Sementara lampu pijar di atas meja pengunjung dikelilingi gelas-gelas plastik kosong yang dibentuk membulat seperti bola.
Dua jenis minuman khas Cafe Tiga Tjeret adalah Wedang Tiga Tjeret yang berisi jahe, beras kencur, dan sereh, serta Wedang Jahe Nanas. Semuanya, termasuk makanan, seharga Rp.30.500 saja, waktu itu.
Di cafe ini ada pula tempat duduk di bawah payung bundar di sisi kiri ruang utama, lalu ada lagi tempat di bagian belakang, serta di lantai dua, darimana suara musik terdengar mengalun. Musik anak muda. Cukup keras, namun tak sampai mengganggu obrolan. Malahan lebih bising suara obrolan ketimbang suara musiknya.
Secara umum makanan Cafe Tiga Tjeret yang saya pilih itu lumayan enak. Tak terlalu istimewa, namun lidah menyambutnya dengan baik, dan karena itu semuanya habis disantap. Tak bersisa. Suasana cafe juga cukup nyaman untuk menghidupkan waktu bersama teman dan keluarga.
Cafe Tiga Tjeret Solo
Alamat : Jl. Ronggowarsito no. 97, Ngarsopuro, Solo 57131. Telp 0271-630078. Lokasi GPS : -7.56837, 110.82280, Waze. Rujukan : Hotel di Solo, Tempat Wisata di Solo, Peta Wisata Solo.Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.