Yang terasa istimewa adalah ketika berjalan kaki menuruni jalan setapak hingga ke pinggir kedung, tepat di bawah tumpahan air curug, lantaran tiga sebab. Pertama, jarak dari atas tebing hingga ke dasar lembah cukup tinggi, sehingga sempat ragu untuk turun. Kedua, kondisi jalan setapak ke dasar lembah tidak begitu baik di beberapa tempat, tidak sebaik undakan di Pancuran Pitu Baturraden, sehingga perlu hati-hati.
Bagusnya ada pagar pelindung dan pegangan tangan di beberapa tempat. Yang ketiga adalah karena Curug Ceheng Sumbang Banyumas ini sudah bisa terlihat dengan cukup jelas tanpa halangan dari beberapa titik ketika menuruni tebing. Akibatnya sempat terbersit dalam pikiran buat apa berlelah-lelah turun hingga ke dasar sungai, toh keindahan curugnya sudah bisa dinikmati sampai puas dari kejauhan.
Jauh di bawah sana aliran air sungai di bawah Curug Ceheng Sumbang Banyumas sudah terlihat setelah berjalan menuruni tebing sejauh beberapa langkah, menapaki undakan tanah berbatu dan berdebu. Debu musim kemarau. Kelokan pematang sawah tampak indah, memisahkan bidang-bidang tanaman padi muda yang hijau warnanya sedap dipandang mata.an
Di beberapa curug yang pernah saya kunjungi, misalnya Curug Seribu, adalah pulangnya yang terasa sangat berat mendaki undakan. Namun di Curug Ceheng ini, baik saat berjalan turun ke lembah sungai maupun ketika menapakkan kaki menaiki undakan terasa sama-sama beratnya. Bagusnya, ujung jalan yang harus ditempuh sudah dari awal terlihat mata.
Begitulah, saat kaki melangkahi trap-trapan untuk turun ke bawah, niat selalu harus selalu dikuatkan secara berkala untuk terus mengayun langkah, karena bagaimana pun entah kapan akan lagi berkunjung ke tempat ini. Mungkin ya hanya sekali itu, dan yang sekali itu diusahakan benar harus tuntas tassss, jangan sampai gagal di tengah jalan ....
Pohon kelapa di bawah sana masih terlihat kecil yang memberi petunjuk masih tingginya tebing di tempat saya berdiri, dan berarti pula masih cukup jauh jarak yang harus kami tempuh untuk sampai di dasar lembah dimana air sungai mengalir dan Curug Ceheng Sumbang itu berada.
Sebagian trap-trapan kondisinya lumayan baik, dengan pagar beton bergagang besi untuk berpegangan. Cukup membantu, karena jalan cukup curam. Tanpa terasa kaki terus menuruni undakan. Hati yang agak ogah-ogahan dikalahkan dengan ayunan kaki serta ada rasa sayang jika tidak turun sampai ke pinggiran Curug Ceheng.
Menuruni undakan tebing lebih ke bawah lagi terdapat area pandang lainnya ke arah curug yang lebih dekat. Warna air yang gelap pada kedung di bawah Curug Ceheng Sumbang Banyumas ini memberi tanda kedalaman air. Hal yang wajar karena tingginya curug dan debit air yang besar. Saya ke sana ketika debit air belum mencapai puncaknya.
Curug Ceheng Sumbang Banyumas yang cantik terlihat dari jalan setapak yang menyimpang ke kanan dari jalan utama di pinggang tebing. Jalan simpang ini berbatas jurang, tanpa pengaman. Meski panorama dari ujung jalan setapak di sana itu mestinya indah, namun siapa yang mau berdiri di situ dan mengambil resiko tergelincir ke dalam jurang yang dalam.
Kami tak berhenti lama di tempat itu, karena khawatir keburu merasa enak dan kemudian malas untuk melanjutkan perjalanan. Semangat memang harus terus dijaga, jangan sampai kendor, yang bisa berakibat balik badan dan tak menyelesaikan misi kunjungan hingga sampai ke tepian kedung Curug Ceheng.
Akhirnya sampailah kami di dasar jurang, di tepian kali hulu Kali Pelus yang mengalir lewat pinggir Desa Kedung Paruk, sebelah timur kampung saya, yang kedungnya sering saya kunjungi ketika kecil. Konon kedung Kali Pelus itu ada penunggu, wanita cantik berambut panjang yang suka mengambil anak-anak dan menyeretnya hingga ke dasar kedung.
Pemandangan ke arah Curug Ceheng Sumbang Banyumas sempat saya ambil sesaat setelah sampai di dasar jurang, di atas badan kali yang bentangnya sangat lebar, dengan Tri berdiri di sana sebagai skala pembanding ketinggian. Di sisi kanan curug, tampak cekungan gelap yang menyerupai mulut sebuah gua. Mungkin saja tempat itu pernah digunakan oleh para pencari ilmu luhur, bersemedi menekuri sepi.
Air sungai yang bening jernih di bawah kedung bisa mengundang siapa saja untuk mencebur ke dalamnya, meskipun bisa sangat berbahaya dan mematikan karena pusaran airnya. Sebagian besar badan kali dalam keadaan kering dan ditumbuhi rumput lebat. Jika hujan deras turun di atas Gunung Slamet, saya kira seluruh badan sungai akan terendam air.
Ketinggian Curug Ceheng Sumbang Banyumas kabarnya mencapai 13 meter. Percaya saja, daripada repot mengukur sendiri. Setelah menikmati suasana alam, ditingkahi gemuruh air, sudah pula mencelupkan kaki dan membasuh muka dan merasakan kesegaran air Gunung Slamet, kami pun mulai mendaki tebing yang beberapa saat berselang telah kami lewati.
Curug Ceheng masih memerlukan sentuhan tangan dingin untuk membuatnya lebih bisa dinikmati pejalan, apakah dari atas tebing, dari tengah tebing, mau pun dari tepian curugnya. Pembuatan dek pandang di tengah dan atas tebing, dengan pagar pengaman yang baik, akan membantu pejalan yang mengalami kesulitan untuk turun sampai ke bawah.
Untuk menuju ke Curug Ceheng Sumbang Banyumas dari arah Kota Purwokerto bisa lewat Jl Prof. Dr. Bunyamin, lalu belok kanan di pertigaan Pabuaran, masuk ke Jl. Sunan Ampel, lurus sampai mentok, belok kanan sedikit lalu belok kiri, lurus sampai mentok dan belok ke kiri ke Jl Raya Sumbang. Lanjut lurus ke arah Utara sejauh sekitar 7,3 km.
Curug Ceheng Sumbang Banyumas
Alamat : Desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. Lokasi GPS : -7.323511, 109.26406, Waze. Hotel di Purwokerto, Hotel di Baturraden, Tempat Wisata di Banyumas, Tempat Wisata Kuliner Banyumas, Peta Wisata Banyumas.Label: Air Terjun, Banyumas, Jawa Tengah, Sumbang, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.