Air Panas Kawah Hitam Gunung Pancar Bogor ternyata letaknya tidak seberapa jauh dari Kawah Merah Gunung Pancar, dan kami tempuh dengan berjalan kaki lewat jalan setapak, diantar oleh bapak penjaga air panas Kawah Merah. Sempat ragu untuk berkunjung sebenarnya, lantaran tak memiliki gambaran sama sekali tentang lokasinya.
Sambil berjalan, si bapak bercerita tentang tanah di kawasan Air Panas Kawah Merah Gunung Pancar yang sudah banyak dibeli orang kota. Sebagian dibeli penyanyi balada wanita yang telah saya sebutkan di tulisan sebelumnya, dan sebagian oleh kawannya yang dibawanya ke sana. Tanah desa, apalagi di pegunungan seperti ini, memang selalu menggiurkan orang kota sebagai investasi jangka panjang menguntungkan, dan tempat mengasingkan diri dari kebisingan, polusi, dan kemacetan kota.
Setelah berjalan kaki selama beberapa menit saja, akhirnya kami melompat turun dan menjejak jalanan lebar yang bisa dilalui kendaraan roda empat. Jalan itu merupakan akses ke Giri Tirta, villa dan pemandian air panas untuk kelas menengah atas di area Gunung Pancar ini.
Beberapa saat kemudian kami melewati kerumunan anak-anak kecil. Hanya ada seorang bocah laki dan sisanya perempuan semua. Sebagian besar anak-anak itu tengah merubung rapat sesuatu yang dipegang salah satu anak. Sementara seorang gadis remaja tengah duduk di atas tembok batu menemani sepasang bocah. Tak ada air panas di sana. Mungkin hanya diisi ketika ada tamu yang menyewa cottage di dekatnya. Kondisi gazebo terlihat agak kurang terawat dan terlihat sudah lama tak digunakan.
Tempat ini merupakan bagian dari Giri Tirta, sehingga tampak dibuat dengan cukup baik. Mendekat lebih dekat ke gerombalan anak-anak perempuan itu, ternyata mereka tengah melihat smart-phone yang memutar video artis kegemaran mereka. Rubungan itu disengaja agar layar smart-phone lebih gelap dan mereka bisa melihat tayangan lebih jelas. Demikian asiknya, tak mereka hirau pertanyaan saya tentang apa yang tengah mereka tonton itu.
Di bawah gerombolan anak-anak kecil itu terdapat sebuah gazebo dengan kolam rendam di depannya. Tak ada air panas di sana. Mungkin hanya diisi ketika ada tamu yang menyewa cottage di dekatnya. Kondisi gazebo terlihat agak kurang terawat dan terlihat sudah lama tak digunakan. Jauh di belakang anak-anak itu juga terlihat atap beberapa buah cottage di dalam kompleks Giri Tirta yang tampaknya menempati area lahan yang sangat luas ini.
Sebuah cottage lainnya lagi kami lewati dalam perjalanan kaki menuju Kawah Hitam Gunung Pancar. Pondok itu terlihat sudah mulai menua dan memerlukan perawatan. Si bapak menuturkan bahwa beberapa waktu belakangan ini memang terlihat penurunan tingkat hunian di resort ini. Tidak seramai ketika baru beberapa bulan dibuka. Hanya beberapa cottage yang masih sering disewa di dekat bagian utama kompleks. Tak mudah memang untuk mengelola tempat seperti ini, apalagi jika pemiliknya tidak punya waktu cukup untuk mengawasinya.
Pengawasan kendur akan berdampak pada penurunan perawatan fasilitas dan mutu pelayanan, yang lambat laun berpengaruh pada kepuasan dan kedatangan pelanggan. Belum lagi jika pelaporan tamu menginap bisa digelapkan oleh karyawannya. Ada lagi sebuah pendopo yang di bawahnya terdapat beberapa buah kamar rendam pribadi, yang meskipun dirancang dengan baik dan romantis, namun terlihat sudah lama terlantar dan tidak digunakan lagi. Sayang sekali. Lokasinya yang tak begitu jauh dari Sentul City mestinya bisa memasok tamu menengah ke atas yang cukup untuk menghidupi resort ini. Apalagi ada sumber air panas, dan panorama pegunungan menghijau yang elok.
Mengayun kaki beberapa puluh langkah lagi, sampailah kami di tempat yang disebut sebagai Kawah Hitam Gunung Pancar itu. Nama Kawah Hitam Gunung Pancar rupanya mengacu pada jala-jala hitam yang menutup lubang kawah yang sama sekali tidak terlihat airnya, seperti terlihat pada foto di awal tulisan.
Lubang kawah yang bisa dilihat dari sela-sela jala memang gelap, hitam. Kawah Hitam Gunung Pancar ini sepertinya memasok air panas yang berada di kompleks Giri Tirta. Jika melihat kedekatannya dengan Kawah Merah, Air Panas Kawah Hitam juga mengandung belerang, meskipun saya tidak mencium bau belerang menyengat di sekitar kawah.
Lubang Kawah Hitam Gunung Pancar satu lagi yang berada di bawah gerumbul pohon bambu, dengan ukuran lubang yang tampak jauh lebih lebar. Setidaknya jala penutupnya terlihat jauh lebih besar dibandingkan lubang yang pertama.
Lubang di bawah jala juga terlihat gelap hitam, dan tak pula tercium bau belerang. Selain untuk menutup lindungi kawah dari daun-daun kering yang berguguran, jala-jala itu tampaknya juga dimaksudkan sebagai pengaman. Tak ada yang bisa dilihat lagi, kami pun berjalan kaki kembali menuju ke Kawah Merah Gunung Pancar, namun menggunakan jalur berbeda. Jalur jalan desa yang sedikit memutar.
Sembari berjalan si bapak bertanya maksud kedatangan saya. Rupanya ia berpikir bahwa saya ingin membeli tanah di sana. Meskipun saya katakan tidak, namun ia tetap menawarkan jasanya jika suatu ketika saya berminat membeli tanah di desa ini, sembari memberi nasihat agar saya tidak salah memilih orang, lantaran sudah banyak orang kota yang tertipu. Uangnya raib, tanah tak dapat. Begitulah, rupanya memang tidak ada investasi menguntungkan tanpa resiko.
Lokasi Kawah Hitam Gunung Pancar berada di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Lokasi GPS : -6.587851, 106.923914, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Bogor, Hotel di Bogor Kota, Peta Wisata Bogor, Tempat Wisata di Bogor.
Label:
Air Panas,
Bogor,
Jawa Barat,
Kawah,
Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.