Loji Gandrung Solo saya ketahui lantaran sosok Jokowi. Bukan secara pribadi, karena kami tak pernah bertemu, namun dari berita dan rekaman video ketika ia menjabat Walikota Solo dan diwawancarai oleh penyiar TV di tempat kediaman resmi walikota ini. Nama itu unik, mudah diingat, dan karenanya bisa melekat lama.
Wawancara itu sendiri berlangsung saat Jokowi tengah bertarung di Pilgub DKI Jakarta. Oleh sebab itu ketika di Jl Slamet Riyadi saya meminta Pak Jum membelokkan kendaraan masuk ke halaman Loji Gandrung. Kalau boleh lihat sukur, tidak boleh setidaknya sudah mencoba.
Turun dari kendaraan saya melangkahkan kaki menuju pos jaga dekat bangunan Loji Gandrung Solo. Pos jaga di gerbang masuk dibiarkan kosong. Petugasnya ramah, namun untuk masuk ke bagian dalam gedung orang harus meminta ijin ke bagian rumah tangga di Balaikota. Begitupun saya bisa mengambil sejumlah foto menarik di sekitar halaman.
Gerbang masuk Loji Gandrung Solo yang dirambati tanaman rimbun, menutup rangka lengkungnya. Papan tengaranya berbunyi: "Rumah Dinas Walikota Surakarta Loji Gandrung". Jalur pedestrian di depan loji merupakan kebanggaan warga Solo yang disebut Solo City Walk, membentang mulai Purwosari sampai Pasar Gede, dengan taman dan tempat duduk nyaman.
Jalur pedestrian lebar teduh nyaman full wifi seperti inilah yang membuat sebuah kota menjadi terasa berbudaya, bukan jalur lebar untuk mobil dan motor. Angkutan kota yang baik, beradab dan murah, dan harga bahan bakar yang mahal, akan membuat orang meninggalkan motor dan mobil di rumah, membuat kota menjadi lebih bersih dan sehat.
Sebelum menjadi rumah dinas walikota, Loji Gandrung memang pernah menjadi Markas Brigade V Slamet Riyadi, dengan Gubernur Militer Gatot Subroto. Di tempat ini Gatot Soebroto melakukan pertemuan guna menyusun taktik menghadapi Belanda yang datang dengan membonceng NICA setelah Jepang menyerah.
Siluet patung Jenderal Gator Subroto di latar depan dengan latar belakang Loji Gandrung Solo. Patung ini berada di tengah kolam air mancur, dengan tengara Cagar Budaya, serta prasasti peresmian patung yang ditandatangani Jenderal Widodo pada 2 Oktober 1978.
Di bagian depan Loji Gandrung Solo terdapat serambi dengan dua set kursi, dan tengara Cagar Budaya. Pintu masuk ada lima, masing-masing satu di kiri kanan dan tiga pintu masuk di tengahnya. Pada jaman dulu tempat ini sering digunakan untuk acara pesta dansa, yang kabarnya juga dihadiri oleh para kerabat Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Pintu yang berada di bagian tengah kebetulan terbuka, sehingga saya bisa mengintip ke dalam ruangannya. Pada era kelam saat tragedinya pemberontakan PKI yang gagal pada 1965, dan Walikota Solo Oetomo Ramelan yang menjadi anggota PKI ditangkap, serambi Loji Gandrung kabarnya digunakan sebagai tempat interogasi para tapol.
Ruang tamu Loji Gandrung Solo yang saya intip dari pintu tengah serambi yang terbuka. Foto ini merupakan gabungan dari tiga buah foto dengan lensa wide angle, sehingga meski mungkin tidak menunjukkan bentuk ruangan loji yang sebenarnya namun bisa memberi gambaran utuh tentang apa yang ada di ruang tamu ini. Dinding di ujung sana waktu itu masih dipasang foto kepala negara yang lama, sebelum Jokowi menjadi presiden.
Pada dinding sebelah kiri Loji Gandrung Solo ini menempel foto Presiden Soekarno, sedangkan pada dinding sebelah kanan dipasang foto replika Jamuan Terakhir. Di pojok kiri ruangan ada sebatang pohon cemara natal, patung Yesus, dan patung Bunda Maria, mungkin disesuaikan dengan kepercayaan yang dianut oleh sang walikota saat itu.
Pada 1797 – 1839 gedung ini dimiliki Johannes Agustinus Dezentje, pengusaha perkebunan berdarah Belanda yang beristri Raden Ayu Tjokrokoesoemo yang masih kerabat keraton. Mungkin karena itu ada sebuah kereta kencana di loji ini yang dulu sering digunakan sebagai ikon promosi pariwisata.
Bung Karno dahulu sering menginap di Loji Gandrung Solo, yaitu di masa awal kemerdekaan. Salah satunya ketika meresmikan Museum Radya Pustaka. Di kamar tidur Bung Karno terdapat piano, foto Bung Karno ukuran besar, dan perabotan lainnya yang konon masih terawat baik. Nama Loji Gandrung juga diberikan oleh Bung Karno.
Wawancara itu sendiri berlangsung saat Jokowi tengah bertarung di Pilgub DKI Jakarta. Oleh sebab itu ketika di Jl Slamet Riyadi saya meminta Pak Jum membelokkan kendaraan masuk ke halaman Loji Gandrung. Kalau boleh lihat sukur, tidak boleh setidaknya sudah mencoba.
Turun dari kendaraan saya melangkahkan kaki menuju pos jaga dekat bangunan Loji Gandrung Solo. Pos jaga di gerbang masuk dibiarkan kosong. Petugasnya ramah, namun untuk masuk ke bagian dalam gedung orang harus meminta ijin ke bagian rumah tangga di Balaikota. Begitupun saya bisa mengambil sejumlah foto menarik di sekitar halaman.
Gerbang masuk Loji Gandrung Solo yang dirambati tanaman rimbun, menutup rangka lengkungnya. Papan tengaranya berbunyi: "Rumah Dinas Walikota Surakarta Loji Gandrung". Jalur pedestrian di depan loji merupakan kebanggaan warga Solo yang disebut Solo City Walk, membentang mulai Purwosari sampai Pasar Gede, dengan taman dan tempat duduk nyaman.
Jalur pedestrian lebar teduh nyaman full wifi seperti inilah yang membuat sebuah kota menjadi terasa berbudaya, bukan jalur lebar untuk mobil dan motor. Angkutan kota yang baik, beradab dan murah, dan harga bahan bakar yang mahal, akan membuat orang meninggalkan motor dan mobil di rumah, membuat kota menjadi lebih bersih dan sehat.
Sebelum menjadi rumah dinas walikota, Loji Gandrung memang pernah menjadi Markas Brigade V Slamet Riyadi, dengan Gubernur Militer Gatot Subroto. Di tempat ini Gatot Soebroto melakukan pertemuan guna menyusun taktik menghadapi Belanda yang datang dengan membonceng NICA setelah Jepang menyerah.
Siluet patung Jenderal Gator Subroto di latar depan dengan latar belakang Loji Gandrung Solo. Patung ini berada di tengah kolam air mancur, dengan tengara Cagar Budaya, serta prasasti peresmian patung yang ditandatangani Jenderal Widodo pada 2 Oktober 1978.
Di bagian depan Loji Gandrung Solo terdapat serambi dengan dua set kursi, dan tengara Cagar Budaya. Pintu masuk ada lima, masing-masing satu di kiri kanan dan tiga pintu masuk di tengahnya. Pada jaman dulu tempat ini sering digunakan untuk acara pesta dansa, yang kabarnya juga dihadiri oleh para kerabat Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Pintu yang berada di bagian tengah kebetulan terbuka, sehingga saya bisa mengintip ke dalam ruangannya. Pada era kelam saat tragedinya pemberontakan PKI yang gagal pada 1965, dan Walikota Solo Oetomo Ramelan yang menjadi anggota PKI ditangkap, serambi Loji Gandrung kabarnya digunakan sebagai tempat interogasi para tapol.
Ruang tamu Loji Gandrung Solo yang saya intip dari pintu tengah serambi yang terbuka. Foto ini merupakan gabungan dari tiga buah foto dengan lensa wide angle, sehingga meski mungkin tidak menunjukkan bentuk ruangan loji yang sebenarnya namun bisa memberi gambaran utuh tentang apa yang ada di ruang tamu ini. Dinding di ujung sana waktu itu masih dipasang foto kepala negara yang lama, sebelum Jokowi menjadi presiden.
Pada dinding sebelah kiri Loji Gandrung Solo ini menempel foto Presiden Soekarno, sedangkan pada dinding sebelah kanan dipasang foto replika Jamuan Terakhir. Di pojok kiri ruangan ada sebatang pohon cemara natal, patung Yesus, dan patung Bunda Maria, mungkin disesuaikan dengan kepercayaan yang dianut oleh sang walikota saat itu.
Pada 1797 – 1839 gedung ini dimiliki Johannes Agustinus Dezentje, pengusaha perkebunan berdarah Belanda yang beristri Raden Ayu Tjokrokoesoemo yang masih kerabat keraton. Mungkin karena itu ada sebuah kereta kencana di loji ini yang dulu sering digunakan sebagai ikon promosi pariwisata.
Bung Karno dahulu sering menginap di Loji Gandrung Solo, yaitu di masa awal kemerdekaan. Salah satunya ketika meresmikan Museum Radya Pustaka. Di kamar tidur Bung Karno terdapat piano, foto Bung Karno ukuran besar, dan perabotan lainnya yang konon masih terawat baik. Nama Loji Gandrung juga diberikan oleh Bung Karno.
Loji Gandrung Solo
Alamat : Jl. Slamet Riyadi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -7.566672, 110.809489, Waze. Rujukan : Hotel di Solo, Tempat Wisata di Solo, Peta Wisata Solo.Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.