Begitulah, jika beberapa saat sebelumnya kami gagal menemukan adanya Makam Sekh Abubakar Abdullah di Gunung Tajam setelah dicari hampir 2 jam, tetapi belakangan malah 'menemukan' Makam Raja Buding yang jangankan dicari, tahu pun tidak kalau makam itu ternyata ada di sana. Dari Museum Istiqomah Buding kami berkendaraan arah ke Utara lalu ke Timur, melewati Rumah Pak Aris (-2.70179, 107.99479), dan belok ke kanan pada GPS -2.70732,108.00702. Ada sebuah tugu bulat di sana. Kami memasuki kompleks perkebunan sawit, dan jika tidak bersama Pak Aris mungkin kami harus ijin dulu, dan sulit untuk menemukan dimana Makam Raja Buding berada.
Setelah berbelok ke kanan pada sebuah perempatan kecil, dan lalu ke kiri pada pertigaan, kami masuk ke dalam kebun pada GPS -2.73084,108.01584. Tidak ada petunjuk arah di sini, dan lahan ini nampaknya memang milik pribadi, sehingga satu-satunya cara datang ke sini ya harus bersama pemilik kebunnya. Beberapa puluh langkah kemudian sampailah kami di sebuah tempat terbuka, dimana di tengahnya terdapat cungkup sangat sederhana yang disebut Pak Aris sebagai Makam Raja Buding.
Cungkup Makam Raja Buding yang kami kunjungi itu. Tidak ada tengara pada makam yang sangat sederhana ini, jauh dari kesan keagungan seorang raja yang menguasai hajat hidup rakyat banyak dengan kekuasaan mewakili Tuhan. Nisan kayu yang dipasang di sana juga terlihat sederhana, sangat tua dan sudah miring.
Pada jaman Ronggo Udo, status Buding sebenarnya adalah Ngabehi, demikian juga pada masa Depati Cakraningrat yang merupakan keturunan Datuk Mayang Gresik. Namun ketika Kerajaan Balok mulai lemah, maka satu per satu Ngabehi memisahkan diri, dan tidak lagi mengirim upeti ke Kerajaan Balok.
Lemahnya sebuah kerajaan umumnya karena lemahnya kepemimpinan sang raja, atau pun karena perebutan tahta oleh sesama saudara yang berkepanjangan, dan bisa pula karena adanya serangan dari pihak luar. Sepertinya pada saat itulah Buding menjadi kerajaan yang berdaulat. Namun tidak ada data siapa yang dimaksud dengan Raja Buding ini, serta kapan dan berapa lama ia memerintah.
Pusara Makam Raja Buding Belitung Timur hanya dibatasi oleh pasangan kayu membentuk bangun segi empat, menahan gundukan tanah yang ada di atas pusara agar tidak tercerai berai kemana-mana. Sebuah pusara yang sangat sederhana, bahkan bagi orang kebanyakan yang sama sekali tak punya pangkat.
Mestinya Belitung Timur tidak miskin batu untuk membuat nisan dan jirat, meskipun tidak ada gunung tinggi di sana dan hanya ada Bukit Bolong, Bukit Klapakampit,Bukit Mundang dan Bukit Pangkuan. Namun mungkin kayu ketika itu tersedia berlimpah di sana dan boleh jadi juga tak ada pematung batu yang handal.
Sejenak kami berada di sekitar cungkup Makam Raja Buding, Pak Aris lalu membawa kami ke tempat lain yang lokasinya lebih masuk lagi ke dalam kebun, untuk berkunjung ke tempat dimana terdapat Makam Permaisuri Raja Buding.
Makam Hajah Siti Maimunah, permaisuri Raja Buding, bentuknya sama dengan Makam Raja Buding Belitung Timur hanya saja tidak diberi penutup pada tiga sisinya, yang secara visual justru tampak lebih baik. Meski tak menggunakan penutup namun makam ini malah terlihat lebih menarik ketimbang makam rajanya sendiri.
Ketika saya bertanya mengapa letak kedua makam berjauhan, Pak Aris mengatakan bahwa itu adalah atas kehendak Raja Buding, mungkin karena isterinya cerewet kelakarnya. Tak ada catatan tentang itu sehingga orang hanya bisa menduga-duga perihal penyebabnya. Sayangnya tidak diketahui kapan pastinya keduanya meninggal dunia.
Jarak makam ini dengan Makam Raja Buding Belitung Timur sebenarnya tidaklah jauh, namun karena tidak ada tengara dan letaknya pun berada lebih masuk lagi ke dalam hutan maka akan sulit untuk orang menemukannya jika tidak datang bersama kuncen ke sana.
Ketika saya bertanya bagaimana ia tahu bahwa itu adalah Makam Raja Buding, Pak Aris bertutur bahwa ketika pada 2009 naik haji, ia mendapat petunjuk sehabis melaksanakan sholat di makam Nabi Muhammad di Madinah. Ia diminta supaya mencari Makam Raja Buding di kebun miliknya, dengan tengara adanya batang pisang.
Setiba di Belitung, ia pun segera mencari lokasi yang dimaksud, dan menemukannya. Di sini dulu ada 2 buah batu, dan sebelumnya pernah ia bangun rumah di sini sampai 3 kali namun selalu rubuh, tanpa tahu apa penyebabnya. Setelah ditemukan, Pak Aris pun lalu membangun cungkup dan memasang keramik, yang semuanya dibiayainya sendiri.
Makam Raja Buding Belitung Timur
Alamat : Desa Buding, Kecamatan Kelapakampit, Belitung Timur. Lokasi GPS : -2.73068, 108.01488, Waze. Tempat Wisata di Belitung Timur, Peta Wisata Belitung, Hotel di Belitung Timur, Hotel di Belitung.Label: Bangka Belitung, Belitung Timur, Makam, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.