Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat kami kunjungi setelah sempat mampir beberapa jenak di halaman Pagelaran Sasana Sumewa, bagian paling utara dari Keraton Surakarta. Bagian itu berhadapan langsung dengan Alun-alun Lor Keraton Solo yang sangat luas. Jika saja alun-alun itu dirawat baik, tentu akan mengesankan.
Lokasi Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat, yang bernama resmi Mesjid Ageng Keraton Surakarta Hadiningrat, berada di sisi Barat Alun-alun Lor, menghadap ke Timur. Masjid keraton ini dipisahkan dengan Jalan Alun-alun Utara oleh Pasar Klewer Solo.
Area parkir kendaraan berada di sisi kiri kanan halaman depan gerbang masjid, sehingga area depan gerbang cukup lapang, meski masih ada bus besar parkir dan ada beberapa pedagang kaki lima yang berjualan di sana. Akan sangat elok jika area di depan gerbang benar-benar bersih, sehingga keanggunan gerbang bisa benar-benar dinikmati.
Gerbang depan Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat yang elok dengan kubah-kubah menara, jam bundar sederhana pada rumahan di puncak gerbang yang dikeliling bintang bersudut sebelas, lambang mahkota dengan padi kapas dan bulang bintang, kaligrafi Arab di tembok kanan kiri, dan empat pengeras suara.
Ada pula tengara Benda Cagar Budaya yang baru ditetapkan pada 2010. Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan masjid resmi kerajaan yang dibangun Susuhunan Paku Buwono III pada 1763 dan selesai lima tahun kemudian.
Memandang lurus ke depan terlihat bangunan Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat bergaya tajug beratap tumpang tiga, dan di tengahnya adalah limasan berpuncak mustaka berupa susunan kubah yang ukurannya semakin mengecil ke atas. Gaya bangunan tradisional khas Jawa untuk masjid. Setelah melewati gerbang masjid, barulah areanya benar-benar bersih dari pedagang.
Semua pengurus Masjid Agung Keraton Surakarta merupakan abdi dalem Keraton Surakarta Hadiningrat, sehingga penghulu diberi gelar Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsiranom dan juru adzan bergelar Lurah Muadzin. Sebuah gelar melekat pada kedudukan atau pencapaian, dan memberi penyandangnya tempat tertentu di tengah lingkungan masyarakatnya.
Di sisi sebelah kiri kanan halaman terdapat bangunan berbentuk pendopo tanggung yang disebut Pagongan, tempat disimpannya gamelan keraton yang baru dimainkan pada waktu perayaan Sekaten. Di sisi sebelah kanan adalah menara masjid setinggi 33 meter yang didirikan pada 1928 semasa pemerintahan Sunan Pakubuwana XI, dengan dek pandang dimana delapan pengeras suara dipasang berkeliling.
Jumlah pengeras suara itu tak sebanyak dulu. Tembok setinggi 3,25 meter dibangun oleh Sunan Pakubuwana VIII pada 1858, mengelilingi masjid seluas 19.180 m2 ini. Selain gapura paduraksa dengan tiga pintu masuk di atas, ada pula dua gapura kecil di sisi Utara dan Selatan masjid.
Tiang, kuda-kuda dan langit-langit serambi Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat yang semuanya terbuat dari kayu bercat biru. Keramik pada lantai serambi sesungguhnya indah, hanya perlu dibersihkan dan digosok lagi agar terlihat lebih mencorong.
Foto di atas diambil dari sisi di dekat tempat wudhu pria. Untuk menuju tempat wudhu pengunjung harus mencelupkan kaki ke kolam air dangkal. Di ujung serambi sebelah utara terdapat bedug besar dan kentongan besar yang dibunyikan sebelum adzan berkumandang.
Serambi luas dan berlantai keramik elok yang dingin itu menjadi tempat yang nyaman bagi para pengunjung untuk meluruskan badan, dan bahkan ada yang sampai terlelap tidur. Serambi dan tajug masjid dibangun antara tahun 1910 - 1930. Hanya satu pintu ke ruang utama masjid yang terbuka, yaitu yang berada di ujung paling utara. Lewat pintu itu kemudian saya menyelinap masuk ke ruang dalam masjid setelah sebelumnya mengambil air wudhu.
Ruang utama Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat terlihat sangat khas gaya masjid Jawa, dengan empat saka guru dan dua belas saka rawa yang menyangga atap utama. Di ruang utama masjid terdapat mihrab, maksura, dan mimbar sebagai tempat khatib berkhotbah pada sholat Jumat atau sholat di Hari Raya Islam. Maksura adalah ruang khusus tempat shalat raja pada sebuah masjid.
Bagian mihrab yang merupakan hadiah Sultan Ottoman Turki pada PB X memiliki ukiran dengan kaligrafi keemasan yang sangat indah. Ruang utama Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat ini juga direnovasi antara tahun 1910 - 1930. Pada mimbar terdapat tulisan “Rukuning Islam iku limang prakara”, dan di sebelahnya terdapat ukiran kayu dengan kaligrafi yang dibuat pada jaman PB III di tahun Wawu 1869.
Alamat Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat berada di JL. Masjid Agung 1, Solo, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -7.5746514, 110.8275219, Waze. Rujukan : Hotel di Solo, Tempat Wisata di Solo, Peta Wisata Solo.
Label:
Jawa Tengah,
Keraton,
Masjid,
Solo,
Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.