Jaraknya dekat hotel, namun saya iseng naik becak. Si Bapak membawa saya belok kanan di perempatan Jl Slamet Riyadi (lewat perempatan itu sudah tiba di Pasar Malam Ngarsopuro), lalu belok ke kiri di Jl Teuku Umar, dan belok kiri lagi masuk ke Jl Ronggowarsito.
Alhasil saya masuk ke Pasar Malam Ngarsopuro dari ujung di depan Pamedan Pura Mangkunegaran dan berjalan kaki di sepanjang Jl Diponegoro dimana Pasar Malam Ngarsopuro digelar, mengarah balik ke hotel. Dua lajur tenda-tenda berpuncak kerucut yang dipasang di sepanjang Jl Diponegoro terlihat dipenuhi para pedagang dan pembeli, sehingga untuk lewat diantara tenda dan pedagang perlu usaha tersendiri. Dan saya memilih berjalan melipir di jalur pedestrian sambil menikmati suasana malam.
Pandangan suasana Pasar Malam Ngarsopuro dari jalur pedestrian Jl Diponegoro, Kota Solo, yang lebar dan elok. Pasar adalah tempat dimana ekonomi rakyat menggeliat, mempertemukan pedagang yang butuh keuntungan dan pembeli yang butuh barang. Hanya kadang saja produsennya langsung menjual barangnya di pasar.
Selain pedagang yang berjualan di bawah tenda-tenda yang rapi, sayangnya terlihat ada pedagang yang menggelar jualannya di jalur pedestrian. Pasar Ngarsopuro dibuka pada 16 Februari 2009 oleh Jokowi, saat masih menjadi Walikota Solo, dengan sekitar 80-an tenda.
Dengan setiap tenda menampung paling banyak empat pedagang, maka ada sekitar 320 pedagang yang berjualan cindera mata khas Solo, barang kerajinan, makanan tradisional, batik, pakaian, makanan, jajanan, dan dagangan lainnya. Karena Pasar Malam Ngarsopuro dibuat untuk mendukung usaha para pedagang dalam kota Solo, maka setiap pedagang harus memilik KTP Solo dan hanya membayar sewa sebesar 40-50 ribu tiap bulannya.
Agak ke tengah terdapat kelompok pedagang yang menjual makanan dan jajanan khas Solo, yang bisa dinikmati di tempat atau dibawa. Sebenarnya saya ingin mencoba salah satu makanan di tempat ini, namun kaki malah bergerak pergi.
Sebelum ditata Jokowi, Jalan Diponegoro merupakan kawasan tak elok tempat dimana para pedagang kaki lima menggelar barang-barang elektronik di jalanan secara serabutan tak beraturan. Pasar Triwindu, pasar barang antik, juga waktu itu belum tertata dengan baik.
Sejak 2009 Pasar Triwindu telah direnovasi dan berubah menjadi Pasar Windujenar yang ditata dengan apik. Seluruh pedagang jalanan telah pula direlokasi, dan jalur pedestrian Jalan Diponegoro menjadi salah satu jalan paling elok dan berbudaya di Kota Solo, dengan patung, topeng, lukisan mural, tempat duduk, lampu penerangan antik, dan Wi-Fi gratis.
Namun adanya orang yang menggelar dagangan di jalur pedestrian, dan di tempat terbuka di luar tenda, jelas bukan merupakan indikasi yang baik. Meski ber-KTP Solo sekalipun, namun jika dibiarkan maka Pasar Malam Ngarsopuro bisa berubah menjadi pasar liar yang tak berbudaya.
Disiplin para pedagang, dan ketegasan pengelola dalam menata para pedagang agaknya tengah diuji, agar brand Pasar Malam Ngarsopuro serta kenyamanan pengunjung tetap terjaga, yang pada gilirannya akan menjamin keberlangsungan dan keberhasilan pasar malam itu sendiri.
Di depan Pasar Windujenar itulah saya melihat ada kerumanan orang, dan rupanya tengah ada penampilan sekelompok penyanyi acapela bernama Voca Erudita. Saya pun bergerak mendekat dan lalu memasang kamera video Galaxy Notes yang saya bawa untuk merekam penampilan mereka. Sebenarnya ada satu lagi penampilan mereka yang saya rekam, namun belum sempat saya lihat untuk diunggah.
Rupanya di Pasar Malam Ngarsopuro selalu diselenggarakan penampilan langsung para seniman dan artis yang digelar gratis bagi pengunjung, dan telah menjadi salah satu ciri khas pasar malam ini. Kadang ada penampilan musik etnik, tari, Ketoprak Ngampung, dll. Ujung awal Pasar Malam Ngarsopuro yang berada di dekat perempatan dengan Jl Slamet Riyadi dan Jl Gatot Subroto, yang kembali memperlihatkan adanya pedagang yang menggelar jualannya di jalanan.
Pasar Malam Ngarsopuro Solo saya kira masih memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi para pejalan. Namun agar Pasar Malam Ngarsopuro bisa tetap menjadi kebanggaan Kota Solo, dan bisa dinikmati para pejalan, maka pengelola dan pemerintah kota harus terus menerus melakukan evaluasi pelaksanaan serta perbaikan-perbaikan. Minimal adalah mempertahankan apa yang telah dilakukan oleh Jokowi, itu penting agar Pasar Malam Ngarsopuro tidak jatuh menjadi pasar semrawut, lantaran dirusak oleh para pedagang kaki lima yang memenuhi jalan dan menyerobot jalur pedestrian yang sudah dibuat sangat elok itu.
Pasar Malam Ngarsopuro Solo
Alamat : Jl Diponegoro, Solo. Lokasi GPS : -7.568895, 110.82232, Waze. Jam buka : Sabtu-Minggu 19.00 - 21.00. Rujukan : Hotel di Solo, Tempat Wisata di Solo, Peta Wisata Solo.Label: Jawa Tengah, Pasar Malam, Solo, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.