Jam empat kurang seperempat di Sabtu pagi itu saya bangun, mandi cepat, turun ke lobi membayar sewa hotel, dan naik ke mobil. Sewanya Rp.500.000 untuk sebelas jam dengan Toyota Avanza. Sasarannya adalah di pasar bunga Bandungan jam lima, lalu memotret fajar dari Candi No. 9 , dan melihat pegunungan yang mengelilingi kota Semarang. Saat tiba jam 4.30 pagi, pasar Bandungan telah terlihat sibuk. Beragam bunga dijajakan dalam jumlah besar. Suara transaksi berdengung dari segala sudut.
Cahaya rendah merupakan tantangan karena tidak membawa tripod, dan ada rasa tidak nyaman memotret kesibukan orang. Lensa tele menjadi pilihan baik untuk memotret suasana seperti itu. Alih-alih mendapatkan foto seorang gadis cantik penjual bunga dengan pipi merah dadu yang segar, saya hanya mendapatkan potret wanita penjual bunga yang sudah agak sepuh dengan ekspresi serius. Setelah beberapa saat di sana, saya menyerah, dan pergi meninggalkan pasar bunga menuju Candi Gedong Songo yang hanya berjarak beberapa menit dari pasar.
Candi Gedong Songo Semarang pada candi ke-9 dengan pemandangan Gunung Merbabu dan Gunung Merapi di belakangnya saat suasana alam sekitar masih dingin dan gelap. Sebelumnya, supir membantu mendapatkan sewaan kuda, karena hari masih sangat pagi dan belum ada kuda yang terlihat. Sewa kuda Rp.50.000 untuk mengelilingi candi, termasuk untuk sais kuda yang juga sebagai pemandu.
Saya mendapat pelajaran cepat dari tukang kuda untuk mengatur posisi tubuh saat jalan menanjak dan menurun. Mengikuti saran tukang kuda, kami memang langsung ke Candi No. 9 dulu yang posisinya teratas di kompleks Candi Gedong Songo. Agak menegangkan juga duduk di atas kuda yang berjalan pada lintasan sempit, curam dan kadang licin di temaram pagi. Kamera bergelayutan di leher, sementara tukang kuda membawakan tas kamera. Syukur kami tiba dengan selamat di Candi 9 saat fajar mulai terlihat. Dari candi tertinggi itu kami ke candi lainnya yang posisinya lebih rendah.
Di tengah area yang cukup luas saya berjalan mendekati sebuah candi lagi, sementara tukang kuda menunggu di lintasan jalan dekat sebuah batu besar di atas sana. Sebelum sampai ke tempat ini, kami mengunjungi beberapa candi lainnya, termasuk Candi Gedong Songo No 3 yang seingat saya hanya berupa bebatuan berserakan di tempat di mana seharusnya candi itu berdiri.
Perjalanan menuruni Candi No. 9 untungnya jauh lebih mudah, dan langit pun sudah lebih terang membuat hati sedikit tenang. Area Candi Gendo Songo juga memiliki sumber gas belerang yang baunya tercium sangat kuat di hidung. Sumber gas dengan asap putih membubung tinggi itu berada di dekat bangunan pemandian air panas di tengah kompleks Candi.
Seingat saya ini adalah Candi No. 2 di kompleks Candi Gedong Songo, yang saya kunjungi ketika sekelompok mahasiswa tengah bergaya untuk difoto oleh salah seorang temannya. Candi ini sudah banyak tambalan, namun jauh lebih baik ketimbang menjadi reruntuhan tak berbentuk. Hiasan Kala Makara pada pintu candi juga terlihat masih lumayan baik.
Sebuah relief Durga Mahisasuramardini saya lihat di Candi Gedong Songo Semarang. Ia digambarkan bertangan delapan dan berdiri di atas kerbau jelmaan Asura yang dibunuhnya karena mengganggu kedamaian di kahyangan, tempat dimana para dewa bersemayam. Satu tangan Durga menarik ekor kerbau, tangan lainnya menarik rambut Asura yang keluar dari kepala kerbau, dan enam tangan lainnya membawa cakra, kerang, perisai, pedang dan anak panah. Durga, yang juga disebut sebagai Dewi Uma atau Parwati, adalah isteri Siwa.
Area candi yang sangat luas ini berada pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut dengan suhu berkisar antara 19-27 °C, yang cukup menggigit tulang pada saat malam turun hingga pagi hari. Sesuai namanya, di kompleks ini terdapat sembilan buah candi yang letaknya terpisah-pisah, agak berjauhan, dan berada pada ketinggian yang berbeda-beda pula.
Barangkali ketika semua gedung sekolah dan fasilitas pendukungnya sudah sangat baik, demikian juga infrastruktur ekonomi sudah baik, dan rakyat telah makmur, maka pada saat itulah candi semacam ini harus dipugar menjadi bentuk sempurnanya. Menjaga peninggalan leluhur tidak berarti menjaganya tetap dalam ketidaksempurnaannya.
Keberadaan Candi Gedong Songo diketahui dan dilaporkan oleh Raffles pada 1804. Candi Hindu ini adalah peninggalan warisan dari jaman Wangsa Syailendra, pada sekitar tahun 927 Masehi. Lokasi candi ini memang sangat mendukung untuk menjadi tempat sembahyang bagi para dewa dan penguasa alam semesta, dengan pemandangan pegunungan yang mengelilinginya.
Tak diragukan, Candi Gedong Songo merupakan tempat indah di dekat kota Semarang yang tidak boleh dilewatkan. Meskipun tempat ini masih memerlukan beberapa perbaikan di sana-sini, namun pergi ke Candi Gedong Songo, dan berjalan kaki atau naik kuda di sejuk gunung dari candi ke candi akan memberi pengalaman yang tak terlupakan.
Candi Gedong Songo Bandungan Semarang
Alamat : Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -7.209815, 110.342045, Waze. Hotel di Semarang, Tempat Wisata di Semarang, Peta Wisata Semarang.Label: Candi, Jawa Tengah, Semarang, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.