Tidak lama kemudian kami sudah sampai di ujung jalan, dimana di sebelah kiri terdapat bangunan seperti aula yang cukup besar, dan di sebelah kanan terdapat trap-trapan undakan menuju ke Makam Sunan Prapen Gresik yang berada di atas bukit. Aula itu digunakan sebagai tempat berkumpulnya rombongan para peziarah, sebelum menapaki undakan ke makam.
Sunan Prapen, atau Sunan Giri Parapen, menjadi penguasa Giri Kedaton pada 1548–1605 dan membawa Giri ke puncak kejayaannya. Saat itu Giri memiliki kekuatan politik sangat besar. Adalah Sunan Prapen yang melantik Hadiwijaya menjadi Sultan Pajang, dan beliau pula yang membuat para bupati Jawa Timur sepakat mengakui kekuasaan Pajang sebagai kelanjutan Kesultanan Demak pada tahun 1568.
Sunan Prapen adalah putera dari Sunan Giri Kedhaton, cucu dari Sunan Giri Satmata atau Sunan Giri Gresik, buyut dari Maulana Ishak atau Syekh Wali Lanang, dan canggah dari Maulana Jumadil Kubra.
Konon Sunan Prapen dianugerahi Yang Mahakuasa dengan ketajaman mata batin yang luar biasa sehingga beliau bisa mengetahui kejadian di masa depan, Jalma limpat seperapat tamat, waskita ngerti sakduruning winarah, kebak ngelmu, sipating kawruh, putus ing reh saniskara.
Salah satunya adalah setelah acara wisuda Sultan Hadiwijaya, ketika sedang acara makam bersama, Sunan Prapen bertanya kepada Sultan Pajang siapa yang duduk sendiri di belakang. Orang itu yang adalah Ki Pemanahan lalu dipanggil untuk duduk di barisan depan bersama para adipati, dan pada saat itulah Sunan Prapen bersabda bahwa keturunan Ki Pemanahan kelak akan membawahi orang setanah Jawa, termasuk Giri.
Sasmita inilah rupanya yang membuat Sultan Hadiwijaya mengulur-ulur pemberian Alas Mentaok atau Ngeksikanda kepada Ki Gede Pemanahan karena jasanya dalam perang melawan Jipang Panolan yang menewaskan Arya Penangsang putera Raden Mas Kin Kin atau Pangeran Surawiata atau Pangeran Sekar Seda Lepen, hingga Sunan Kalijaga harus turun tangan untuk menyelesaikannya.
Trap-trapan undakan yang cukup tinggi untuk menuju ke atas puncak perbukitan dimana Makam Sunan Prapen Gresik berada. Batu hitam mendatar yang ada pada undakan ketiga dikenal sebagai Watu Anak, karena menurut kepercayaan setempat batu itu konon bisa membantu pasangan yang ingin mendapatkan keturunan dengan cara duduk di atasnya.
Sesaat kemudian satu persatu trap-trapan undakan itu saya tapaki dengan langkah sedikit berhati-hati di tengah hujan gerimis di penghujung musim hujan baru saja turun di area Makam Sunan Prapen. Setelah melewati gapura paduraksa di puncak bukit saya meneruskan langkah menuju ke cungkup yang berada di sebelah kanan kompleks makam.
Di puncak bukit ini terdapat tiga bangunan cungkup kubur cukup besar yang terpisah-pisah namun bersisian letaknya. Kesemua cungkup itu terlihat menua, namun hanya cungkup paling kanan yang ada pendopo lumayan besar di depannya. Menyambung dengan pendopo itu adalah cungkup Makam Sunan Prapen Gresik yang terlihat anggun.
Kompleks Makam Sunan Prapen Gresik ini tampaknya sudah memerlukan perawatan dan perbaikan di sana-sini. Ingatan saya melayang ke Makam Buyut Trusmi Cirebon, dengan tradisi mengganti atap sirap kompleks makamnya setiap empat tahun sekali, serta tahlil dan syukuran rakyat selama penggantian sirap. Mudah-mudahan di sini juga ada.
Seorang pria sepuh berambut putih berkopiah hitam tengah duduk bersila dengan badan setengah membungkuk menghadap ke cungkup Makam Sunan Prapen Gresik. Dengan khidmat dan khusuk ia berdoa dengan mata terpejam, tanpa terusik sedikitpun dengan kehadiran saya. Di depannya ada sebuah meja pendek kecil, dengan buku tamu
Pada papan berwarna hijau menempel pada blandar ada petikan doa dalam huruf arab, dan di sebelahnya terdapat tulisan Latin yang berbunyi "Makam Kanjeng Sunan Prapen, lahir tahun 1432. Memerintah Kerajaan Giri ketiga tahun 1478 sampai wafat tahun 1527." Di tengahnya terlihat undakan lagi dan lubang masuk ke bagian dalam makam sang sunan.
Sepasang patung naga bermuka merah berbadan abu-abu terlihat di undakan masuk Makam Sunan Prapen, dengan kedua ekornya di puncak lubang pintu. Ornamen bunga dan daun dengan warna dominan hijau merah menghias kiri kanan dan bagian atas pintu. Ada ukiran berbentuk seperti wajah raksasa di sebelah kiri. Warisan budaya tetap terjaga di sini.
Bagian dalam Makam Sunan Prapen Gresik ternyata masih ada lagi cungkup dengan dinding depan terbuat dari kayu gebyok berhias ukiran dedaunan yang rumit dan indah. Di tengahnya adalah undakan ke bagian utama Makam Sunan Prapen dimana terdapat jirat kuburnya yang bisa dilihat di balik pagar besi yang digembok namun dibuat tembus pandang.
Melangkah ke sebelah kiri dinding cungkup gebyok ini terlihat ada seorang peziarah yang tengah membaca ayat suci, dan ada satu jirat kubur tanpa nama di sebelahnya. Kunci gembok mestinya dipegang oleh kuncen, namun saya tak hendak mengganggu ketenangannya, dan tak ada keinginan pula waktu itu untuk masuk ke ruang utama makam.
Di sebelah cungkup Makam Sunan Prapen Gresik, agak ke belakang, terdapat cungkup Makam Kyai Sindujoyo, murid Sunan Prapen yang nama aslinya adalah Pangaskarta. Ia adalah putra Kyai Kening yang berasal dari dusun Klating, Lamongan. Di sebelahnya lagi ada cungkup Makam Panembahan Kawis Guwo, putera Sunan Prapen yang memerintah Giri pada 1605 – 1616. Makam ini terlihat sangat anggun, terbuat dari batuan putih dengan ukiran yang indah. Bangunan paling kiri adalah cungkup Makam Panembahan Agung, putera Panembahan Kawis Guwo, yang memerintah Giri pada 1616 – 1636.
Sunan Prapen adalah penggubah kitab Asrar atau Musasar yang digunakan untuk menyusun Jongko Joyoboyo, serta empu Keris Suro Angun-angun. Beliau menjadi juru damai peperangan antara Panembahan Senopati dengan Jayalengkara Bupati Surabaya pada 1588 karena penolakan para bupati Jawa Timur terhadap kekuasaan Mataram. Sunan Prapen juga hampir selalu menjadi pelantik setiap ada raja Islam yang naik takhta di Nusantara.
Makam Sunan Prapen Gresik
Alamat : Desa Klangonan, Kecamatan Kebomas, Gresik, Jawa Timur. Lokasi GPS : -7.16769, 112.62861, Waze. Rujukan : Hotel di Gresik, Peta Wisata Gresik, Tempat Wisata di Gresik.Label: Gresik, Jawa Timur, Makam, Wali, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.