Konon Masjid Cipto Mulyo Pengging awalnya didirikan Tumenggung Padmonegoro, ayah R. Ng. Yosodipuro yang diangkat Bupati Pekalongan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, dan dikenal sebagai Masjid Karangduwet. Nama sekarang digunakan setelah direnovasi oleh Pakubuwana X. Tak ada kesulitan apa pun ketika kami melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam halaman Masjid Cipto Mulyo yang lumayan luas, lantaran pagar depannya dibiarkan terbuka dan tidak digembok. Pada umumnya masjid memang sanga terbuka bagi siapa saja yang hendak mampir.
Beberapa orang tampak tengah bergeletakan beristirahat di serambi depan ketika saya tiba. Hal yang lazim dijumpai di banyak masjid. Tak sedikit pengurus masjid yang menutup pintu ke ruang utama setelah waktu salat berjamaah selesai dan baru dibuka kembali ketika masuk waktu salat berikutnya.
Pandangan dari samping depan Masjid Cipto Mulyo Pengging, dengan halaman cukup luas dan bersih rapi tanda terawat dengan baik, namun hanya menyisakan pepohonan di pinggirannya saja sehingga terasa hawanya menjadi panas. Mungkin wilayah Pengging sudah defisit pepohonan, sehingga hawa di sana terasa panas.
Masjid jaman dahulu umumnya memiliki kolam cukup luas di bagian samping masjid sebagai tempat berwudlu para santri atau jamaah masjid. Para kyai umumnya juga menanam pepohonan yang rindang yang bisa menjadi besar, seperti misalnya pohon Sawo, sebagai peneduh area di sekitar masjid. Namun saya tak memperhatikan apakah ada kolam atau bekas kolam di sana.
Tugu tengara masjid ada di sebelah kanan bawah yang berbunyi "Masjid Cipto Mulyo Pengging". Spanduk di atasnya adalah woro-woro tentang Majelis Ta'lim Manasik Haji Mandiri Cipto Mulyo Pengging Angkatan ke-4 yang diselenggarakan tanpa dipungut biaya setiap Minggu pagi dari jam 06.00 - 07.30.
Bagian serambi Masjid Cipto Mulyo Pengging memiliki tiga buah pintu utama di tengah yang separuhnya diberi kaca, dan dua pintu tambahan di pinggir yang sepenuhnya terbuat dari kayu tanpa kaca. Pada ornamen kayu di atas setiap pintu terdapat ukiran tulisan "HB X", singkatan dari Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Di tengah serambi Masjid Cipto Mulyo Pengging, di belakang seorang pengunjung yang saat itu tengah sholat, ada tanda arah mata angin sebagai penunjuk arah kiblat. Ini rupanya perlu dibuat dan dipasang di sana oleh karena ternyata posisi masjid ini tidak mengarah lurus ke kiblat yang benar, namun miring sekitar 24° ke Utara arah kiblat.
Kebanyakan orang datang ke masjid untuk melakukan shalat fardu/fardhu atau salat wajib yang lima kali sehari, terutama untuk berjamaah dengan imam. Di luar waktu shalat wajib orang biasanya shalat sunnah di rumah, dan hanya musafir yang shalat fardu di masjid ketika shalat berjamaah telah lama selesai dilakukan.
Saya sempat mengambil foto ruang utama Masjid Cipto Mulyo Pengging dengan pandangan mengarah ke mihrab dengan atap berbentuk limasan tumpang yang memberi sumber cahaya dan udara ke dalam ruangan. Bagian luar atap ruang utama Masjid Cipto Mulyo Pengging ini tidak terlihat dari arah depan karena tertutup atap serambi.
Di ujung serambi sebelah kanan terdapat bedug berukuran besar yang masih berada dalam kondisi sangat baik, lengkap dengan kentongan kayu yang juga berukuran besar, bersebelahan dengan papan pengumuman masjid. Pada tiang depan menempel tengara terbuat dari papan kayu bertuliskan huruf Latin dalam bahasa Jawa yang berbunyi "Adegipun Masjid Cipto Mulyo, Pengging - Banyudono - Boyolali, Selasa Pon 14 Jumadil Akhir 1838 Je".
Ini adalah tengara tanggal dilakukakannya renovasi masjid oleh Sunan Pakubuwana X. Je adalah tahun keempat dalam sistem kalender Jawa. Urutan tahun dalam sisitem kalender Jawa selengkapnya dalam 1 windu (8 tahun) adalah sebagai berikut: 1.Alip, 2.Ehe, 3.Jimawal, 4.Je, 5.Dal, 6. Be, 7.Wawu, dan 8.Jimakir.
Tahun Jawa 1838 Je jatuh pada tahun 1909 Masehi. Menurut penuturan Paimin Muh Mashuri (64 tahun) yang telah menjadi pengurus masjid sejak tahun 1989, semua bagian bangunan Masjid Cipto Mulyo Pengging ini masih asli, kecuali atap yang sebelumnya terbuat dari sirap, reng, dan beberapa kusen pintu.
Selain atap tumpang, jendela yang terbuka serta beberapa kipas angin yang menggantung di langit-langit tampaknya cukup membantu sirkulasi udara di dalam ruangan yang tidak begitu luas ini. Keempat saka guru Masjid Cipto Mulyo Pengging yang menopang atap dibuat dari kayu jati yang dicat dengan warna krem, senada dengan warna dinding masjid.
Sajadah di ruang utama masjid ini diletakkan miring, mengarah ke kiblat yang benar. Tidak ada ornamen menonjol di ruangan ini selain tiga baris tulisan di atas mihrab yang dibuat dengan memakai huruf Arab, serta sebuah mimbar kayu yang diletakkan di samping mihrab.
Masjid Cipto Mulyo Pengging Boyolali
Alamat : Desa Pengging, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -7.55074, 110.67535, Waze. Tempat Wisata di Boyolali, Peta Wisata Boyolali, Hotel di Boyolali.Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.