Sebenarnya ada satu masjid tua lagi yang kami kunjungi di wilayah Kalinyamatan, selain Masjid Jami Baiturrahman Robayan, yaitu Masjid Al Makmur Kriyan yang konon adalah warisan dari jaman pemerintahan Ratu Kalinyamat, dan dibangun mendiang Kyai Jafar Shidiq (Yek Nde). Hanya saja ketika kami berkunjung ke Kriyan, masjid itu masih dalam proses perbaikan besar, sehingga kami hanya mampir sebentar. Robayan dan Kriyan merupakan desa yang tua dari sisi sejarah, dan keduanya memiliki warisan masjid berlatar panjang. Bangunan masjid Masjid Jami Baiturrahman yang asli konon didirikan mBah Roboyo, seorang ulama pendatang yang babat hutan membuka pemukiman yang menjadi cikal bakal Desa Robayan.
Di Desa Robayan dan Kriyan ada sebuah tradisi yang sudah berlangsung lama, ada yang menyebut sejak jaman para wali, yaitu Eder. Tradisi ini berupa semacam ungkap kegembiraan dan rasa syukur dengan telah ditetapkannya takbiran pada malam harinya, dengan cara menabuh bedug sehabis shalat ashar sebagai tanda berakhirnya bulan puasa.
Bagian depan masjid yang terlihat modern, dilihat dari lubang lengkung gapura paduraksa yang ketinggian relatifnya bisa diperbandingkan dengan pengemudi mobil yang menemani saya berkeliling. Gapura paduraksa Masjid Jami Baiturrahman Robayan Jepara ini peninggalan budaya Hindu, namun karena telah disemen dan ornamennya tak dipertahankan maka nilai seni dan keindahannya pun berkurang.
Ada yang menyebut bahwa bentuk itu masih asli, namun saya meragukannya lantaran tak terlihat sama sekali corak tradisional yang saya kenali, semisal yang pernah saya lihat di Makam Maulana Malik Ibrahim Gresik dan di sejumlah tempat lainnya yang masih menjaga keaslian gapura.
Boleh jadi hanya kerangka dasar gapura ini yang dipertahankan oleh pengurus masjid, sebagaimana yang saya lihat pada gapura Masjid Setono Gedong saat berkunjung ke Situs Setono Gedong Kediri beberapa bulan sebelumnya. Saya kira dengan mempertahankan bentuk asli tidak akan mengurangi nilainya, bahkan sebaliknya.
Ruang utama Masjid Jami Baiturrahman Robayan Jepara terlihat modern dan anggun, kental bentuk Timur Tengah dengan paduan ukiran Jepara pola repetitif pada tiang-tiangnya. Kaligrafi petikan Ayat Suci Al Quran menghias lengkung lubang utama pada mihrab. Mahkota mimbar berupa kubah dengan warna keemasan, sedangkan karpet sajadah hanya terlihat dipasang di tempat imam.
Jangankan desa, untuk ukuran kota besar pun masjid ini masih layak dibanggakan. Saya pernah menulis bahwa kemegahan tempat ibadah biasanya berkait kemakmuran penduduknya. Namun ini tak berlaku jika dananya dari APBN/APBD, seperti ada sebuah provinsi yang hendak membangun masjid berbiaya 3 triliun sementara jumlah penduduk miskinnya malah terbanyak di negeri ini.
Jika saja uang sebanyak itu digunakan untuk memperkuat modal usaha kecil dan menengah di daerah itu, maka akan ada masanya nanti bahwa para pedagang itulah yang akan membiayai renovasi tempat ibadahnya setelah mereka bisa lepas dari jerat kemiskinan. Diperlukan memang seorang kepala daerah yang memiliki wawasan.
Ada pilar-pilar besar penyangga beton di bagian atas dan atap masjid, serta pintu kayu jati yang diukir indah, membatasi area serambi dengan ruang utama. Sudah sepantasnya Masjid Jami Baiturrahman Robayan Jepara ini memiliki pintu elok semacam ini karena Jepara adalah gudangnya ahli ukir kayu.
Sedikitnya masjid ini pernah mengalamai perbaikan besar empat kali, yang menghilangkan bentuk aslinya, kecuali gapura paduraksa. Perbaikan terakhir pada 2004 kabarnya memakan biaya lebih 2 milyar. Mungkin karena di desa santri ini memiliki sejumlah pondok pesantren, yaitu Miftahul Ulum, Ar-Roudloh, Al-Fatah, Baiturrochim, dan Ash-Shiddqi. Sedangkan persis di belakang masjid ada Madrasah Al-Azhar Robayan.
Sebuah bedug berukuran sedang dipasang di sudut kanan teras masjid, dengan penabuh kayu diletakkan di atasnya. Saya tak ingat apakah ada kentongan di sana. Jika ada mungkin sengaja tak tertangkap untuk mendapatkan gambar pintu masjid berukir, serta kaca patri tinggi memanjang yang ada di sebelah kanannya.
Selain kemegahan dan kemewahan masjid yang meskipun elok namun bisa ditemukan di kota lain, maka keunikan Masjid Jami Baiturrahman Robayan Jepara ini mestinya ada pada gapura paduraksanya. Hanya saja gapura itu, menurut hemat saya, ada baiknya bentuk asli gapura itu dikembalikan sebagai penghormatan pada budaya yang telah lebih dahulu membumi di tanah Jawa.
Masjid Jami Baiturrahman Robayan Jepara
Alamat : Jalan Raya Welahan, Desa Robayan, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara. Lokasi GPS : -6.7395851, 110.7232243, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : sembarang waktu. Harga tiket masuk : gratis. Hotel di Jepara, Tempat Wisata di Jepara, Peta Wisata Jepara.Label: Jawa Tengah, Jepara, Masjid, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.