Di sisi selatan Museum Masjid Agung Demak terdapat Situs Kolam Wudlu yang dilingkari pagar dan rantai, namun air kolam masih ada. Ada sejumlah batu di kolam dengan batu besar di tengah. Tanaman perdu yang berbunga ditanam di sekeliling kolam yang segarkan pemandangan. Sambil menunggu penjaga museum yang masih belum kembali dari shalat ashar di masjid, saya melihat-lihat sejumlah foto yang dipasang pada papan tegak di lorong di dekat pintu masuk ke museum. Foto-foto masjid jaman dahulu dan benda-benda bersejarah yang dilengkapi dengan keterangan itu sangat membantu pengunjung untuk mengenal sejarah masjid.
Koleksi Kitab Suci Kuno Al Qur'an 30 Juz tulisan tangan disimpan di dalam lemari pajang kaca museum, dengan pengawet alami di dekatnya. Kondisinya masih bagus. Ada koleksi Kayu Tiang Tatal buatan Sunan Kalijaga, Kap Lampu peninggalan Paku Buwono ke I tahun 1710 M, dan sejumlah gentong dari jaman Dinasti Ming hadiah Putri Campa abad XIV.
Tampak muka Museum Masjid Agung Demak yang menghadap ke selatan, dengan situs kolam wudlu tampak berada di sebelah kirinya. Bangunan di sebelah kirinya ada pendopo yang menjadi serambi dengan lorong ke kanan menuju museum, dan lorong ke kiri menuju kantor sekretariat masjid dan kemudian menuju ke kompleks Makam Raja-Raja Demak di belakangnya.
Pada papan informasi yang ada di lorong luar museum terdapat daftar Sultan dengan keterangan keturunan dan masa pemerintahan serta lokasi makam, nama para Walisongo berikut gelar dan lokasi makam, juga benda-benda bersejarah di kompleks Masjid Agung Demak. Disebutkan juga bahwa Haul Agung Raden Fattah dilakukan setiap 13 Jumadil Akhir.
Akhirnya juru kunci Museum Masjid Agung Demak pun datang, dan saya dipersilahkan masuk ke dalam tanpa dimintai uang masuk, namun ketika keluar saya meninggalkan selembar uang di atas meja sebagai sumbangan pemeliharaan. Ruangan utama museum tidaklah terlalu luas, dengan bagian tengahnya berupa peninggalan soko guru masjid yang asli.
Peninggalan pintu makam kasultanan yang berangka tahun 1710 M masih terlihat utuh dan cantik dengan ragam ukir suluran dan bunga pada bagian tengah pintu. Hanya saja kusen-kusennya, yang berada disamping dan atasnya memang terlihat sudah rusak dan tampak sangat tua. Betapa pun kuatnya kayu jati, namun tetap saja ada batas usianya.
Di kanannya adalah Pintu Bledeg buatan Ki Ageng Selo berangka tahun 1388 Saka (1466 M). Daun pintu ini terbuat dari Kayu Jati berukir tumbuhan, jambangan, mahkota, dan kepala Naga dengan mulut bergerigi menganga, menggambarkan petir yang ditangkap Ki Ageng Selo, dan merupakan Condro Sengkolo "Nogo Mulat Saliro Wani" atau 1388 Saka.
Koleksi Museum Masjid Agung Demak lainnya adalah Kentongan Wali Abad XV yang bentuknya seperti perahu, bedug Wali abad XV, sirap kayu jati Serambi Majaphit, dan Lampu Robyong Masjid Demak 1923 - 1936. Ada pula koleksi sejumlah batu andesit yang menjadi umpak soko guru di dekat pintu masuk ke museum.
Lambang Surya Majapahit asli disimpan di Museum Masjid Agung Demak yang sebelumnya berada di bagian atas mihrab Masjid Agung Demak. Delapan pedoman sifat luhur (Hasta Brata) yang terkandung dalam lambang ini adalah Mahambeg Mring Kismo (meniru sifat Bumi) yang tegas, tetap, konsisten, dan apa adanya. Mahambeg Mring Surya (Matahari) yang memberi kehangatan, energi, dan sumber kehidupan. Mahambeg Mring Kartika (Bintang) yang menjadi petunjuk arah dan menjadi panutan.
Mahambeg Mring Candra (Rembulan) yang memberi penerangan saat gelap dengan cahaya lembut tak membuat silau. Mahambeg Mring Samodra (Laut) yang bersifat luas, dingin, dan menyejukkan. Mahambeg Mring Warih (Air) yang mampu menyesuaikan diri dengan siapapun termasuk pengikutnya, dan memperhatikan potensi, kebutuhan serta kepentingan pengikutnya. Mahambeg Mring Kismo Maruta (Angin) yang selalu ada dimana-mana, blusukan di tengah rakyat yang membutuhkannya. Mahambeg Mring Dahana (Api) yang tuntas menyelesaikan persoalan, tegas, tidak pandang bulu, serta tidak memihak.
Saya sempat mengambil foto potongan Soko Guru Sunan Gunung Jati Masjid Agung Demak asli yang telah rusak dan potongan ini panjangnya sekitar 1 meter. Diameternya 61,5 cm dan tinggi seluruh tiangnya adalah 16,3 meter. Potongan Soko Guru asli dengan ketiga nama wali lainnya berada di sekelilingnya yang semuanya lebih panjang potongan yang rusaknya ketimbang yang satu ini.
Di ruangan sebelahnya yang berukuran tak begitu besar dipasang foto-foto para penguasa Demak dari jaman Kesultanan Demak hingga sekarang. Ada pula silsilah darah biru, silsilah Wali Songo, dan keterangan mengenai Tata Urut Walisongo. Setidaknya ada 38 Adipati, Tumenggung dan Bupati yang berkuasa di Demak sejak 1582 hingga 2011.
Museum Masjid Agung Demak
Alamat : Kompleks Masjid Agung Demak, Desa Kauman, Demak. Lokasi GPS : -6.894344, 110.637753, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Demak, Peta Wisata Demak, Tempat Wisata di Demak.Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.