Di dalam mobil mestinya kamera dibungkus rapat dengan kantong plastik, dan ketika turun dibiarkan sebentar untuk menyamakan suhu di dalam dan di luar plastik, baru digunakan. Jarak dari Situs Watugudig yang saya kunjungi sebelumnya ke Candi Sambisari adalah 7,1 km.
Kami melewati Jl Raya Yogya - Solo arah ke Yogya, lalu berbelok ke Utara sejauh 2,5 km, melintasi dua gerumbul pedesaan. Memasuki area Candi Sambisari yang terbuka luas dan sangat rapi, saya terpesona dengan apa yang saya lihat. Jika Candi Ijo yang mengesankan itu berada di puncak perbukitan, maka Candi Sambisari ini justru berada di bawah permukaan tanah.
Lensa masih berkabut saat mengambil foto Candi Sambisari Sleman Yogyakarta ini. Candi Sambisari yang diduga dibangun sekitar abad 9 Masehi ini posisinya berada 6,5 meter di bawah permukaan tanah, tertimbun lahar Gunung Merapi menyusul letusan hebat yang terjadi pada awal abad ke-11.
Area Candi Sambisari yang berbentuk persegi empat ini sangat luas. Pagar batu kelilingnya yang di sebelah dalam saja saja sudah berukuran 50 m x 48 m, dan yang di sebelah luar lebih dari 60 m panjangnya. Saya kemudian melangkah memutari sudut Candi Sambisari ke arah Timur lalu ke Utara, sebelum turun ke bawah, sambil mencari kehangatan matahari untuk menghilangkan embun pada kamera.
Ada sebuah ceruk yang memperlihatkan susunan pagar batu di sisi Timur Candi Sambisari Sleman Yogyakarta, yang jaraknya sekitar 40 m dari pagar luar yang berukuran 60 m tadi. Mengagumkan. Bisa dibayangkan betapa luasnya kompleks percandian ini di masa itu. Dari sini saya menuruni undakan di sisi Timur Candi Sambisari yang tertata rapi, melewati pagar luar dan menikmati pemandangan dari sana.
Masuk ke ruang utama Candi Sambisari Sleman Yogyakarta terlihat sebuah Lingga Yoni berukuran besar. Ini menunjukkan bahwa Candi Sambisari adalah candi Hindu Siwa. Di bawah cerat Yoni terdapat patung kura-kura yang disangga kepala naga. Ruang utama Candi Sambisari ini sangat sempit, sehingga meskipun sudah menggunakan lensa wide angle 14 mm untuk memotret, namun masih memerlukan dua frame foto untuk mendapatkan Lingga Yoni secara utuh.
Patung Resi Agastya pada relung Selatan candi induk Candi Sambisari Sleman Yogyakarta. Resi Agastya adalah pendeta Siwa yang taat kelahiran Kasi (Benares) yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Hindu di India. Karena itu Resi Agastya juga disucikan namanya dalam prasasti dan kesusastraaan kuno agama Hindu di Indonesia. Di ujung bawah undakan candi induk Candi Sambisari Sleman Yogyakarta terdapat sepasang ukiran makara yang halus dan indah, masing-masing disangga Ghana dengan genta menggelantung di setiap tangannya.
Dulu, di depan candi induk ini, ada patung dewa penjaga pintu candi yang bernama Mahakala dan Nandiswara, namun hilang dicuri pada tahun 1971. Pada tahun 1976, di bawah salah satu umpak candi induk ditemukan prasasti terbuat dari emas, berukuran 2 x 1 cm, bertuliskan om siwasthana yang berarti 'hormat, rumah bagi Dewa Siwa'. Pada halaman candi juga ditemukan arca Vajrapani, salah seorang Bodhisatva, terbuat dari perunggu selebar 12 cm dan tinggi 29 cm, juga beberapa talam, cawan perunggu, dan gerabah.
Patung Durga Mahesasuramardini di relung Utara Candi Sambisari Sleman Yogyakarta, bertangan delapan memegang bermacam benda, dengan posisi mudra, posisi sakral yang biasa dilakukan para pendeta Hindu. Durga berdiri di atas punggung seekor kerbau yang duduk mendekam, dan ada raksasa kerdil keluar dari kepala kerbau. Nama Durga Mahesasuramardini berarti Durga yang membunuh kerbau jelmaan Asura, raksasa yang menyusup dan mengganggu ketentraman kahyangan.
Durga adalah nama lain Dewi Parwati, Isteri Siwa. Durga juga dikenal sebagai Dewanagari, Betari Durga, dan Dewi Uma. Di ujung atas undakan candi, di bagian bawah tiang pagar pintu candi, terdapat ukiran sepasang kepala raksasa menghadap arah berlawanan. Dinding luar kiri kanan candi juga dihias ornamen ukir yang kaya dan indah, mirip kalpataru. Ornamen pada Candi Sambisari terlihat begitu kaya, halus, indah, dan nyambung. Sebuah pekerjaan restorasi yang mengagumkan.
Ada Arca Ganesha di relung Timur Candi Sambisari Sleman Yogyakarta, juga dengan relief Kala di atasnya. Ganesha dipuja sebagai Dewa Pengetahuan dan Kecerdasan, Dewa Pelindung, Dewa Penolak Bala dan Dewa Kebijaksanaan. Dalam tradisi pewayangan Jawa, Ganesha disebut sebagai Bhatara Gana yang merupakan salah satu putera dari Bhatara Guru (Siwa), beribu Dewi Parwati. Konon Ganesa lahir dengan tubuh dan kepala manusia, namun Siwa memenggalnya lantaran Ganesha mencampuri urusannya dengan Dewi Parwati. Siwa kemudian mengganti kepala Ganesa dengan kepala gajah.
Candi induk di kompleks percandian Candi Sambisari Sleman Yogyakarta, berukuran 13,65 x 13,65 m dengan tinggi 7,5 m, dimana bangunan candi di pusatnya dikelilingi dinding batu dalam jarak yang cukup dekat, yang seingat saya belum pernah saya jumpai di candi lainnya. Tiga candi perwara berada di sisi Barat, masih berupa tumpukan batu, belum direstorasi. Candi perwara di sisi kanan dan kiri berukuran 4,8 x 4,8 m, sedangkan yang berada di tengah berukuran 4,9 x 4,8 m.
Yang juga menarik adalah adanya batu-batu pipih bundar dengan tonjolan di tengah, menyerupai umpak, pada lantai selasar candi. Keluar dari candi utama, di halaman diantara candi perwara dan candi induk, terlihat ada Yoni dan Lingga pada posisi yang terpisah. Sungguh senang saya bisa berkunjung ke Candi Sambisari Sleman Yogyakarta yang cantik ini, setelah puluhan tahun selalu terlewatkan pada setiap kunjungan saya ke wilayah Prambanan dan Kalasan.
Candi Sambisari ditemukan oleh seorang petani pada Juli 1966 ketika tengah mencangkul dan menemukan sebuah batuan candi berukir. Selanjutnya pada September 1966 dilakukan kegiatan ekskavasi oleh Kantor Cabang I Lembaga Peninggalan Purbakala Nasional di Prambanan, dibantu para mahasiswa Arkeologi UGM.
Dari tahun 1975 sampai 1977, tim ekskavasi berhasil menampakkan bangunan candi induk dan tiga candi perwara, yang semuanya dalam keadaan runtuh, kecuali pada bagian kaki. Namun sebagian pagar langkan dan sebagian tubuh candi masih dalam kondisi asli. Pemugaran baru selesai dilakukan pada 1986.
Sebelum pergi, saya mampir ke pos informasi untuk membayar tiket sekecil Rp.2.000, dan mengisi buku tamu. Di sekitar pos informasi juga terlihat ada patung Resi Agastya, patung tanpa kepala, dan patung penjaga pintu candi, yang diletakkan begitu saja di atas tanah.
Untuk bisa lebih tenang menikmati keindahan relief Candi Sambisari yang halus, kaya, dan sangat indah ini, sebaiknya anda berkunjung ke tempat ini di pagi atau sore hari, agar tidak terintimidasi oleh terik matahari. Membawa payung atau topi juga akan berguna, jika tidak bisa berkompromi dengan waktu.
Candi Sambisari Sleman
Alamat : Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Lokasi GPS : -7.76292, 110.44698, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Sleman, Peta Wisata Sleman, Hotel di Yogyakarta.Label: Candi, Sleman, Wisata, Yogyakarta
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.