Mobil bahkan bisa sampai di pelataran tepat di bawah candi utama. Jalanan rusak tampaknya akibat lalu-lalang truk bermuatan batu kapur potong dengan beban berlebihan. Letak Candi Ijo ini tidak begitu jauh dari Situs Keraton Ratu Boko yang telah saya kunjungi lama sebelumnya.
Ketika sampai di pelataran parkir Candi Ijo itu saya sedikit terhenyak, rasanya kurang percaya dengan apa yang saya lihat. Kompleks Candi Ijo yang begitu indahnya, mengapa baru hari itu saya ketahui dan datangi. Sejauh ini, selain Keraton Ratu Boko, di wilayah Prambanan saya hanya mengenal Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Kalasan, dan Candi Sari.
Candi utama yang cantik di kompleks Candi Ijo Sleman Yogyakarta yang terlihat nyaris sempurna. Susunan batu belang-belang memberi indikasi bahwa candi utama ini merupakan hasil restorasi, yang memang sudah sewajarnya kalau itu dilakukan untuk merawat peninggalan karya seni budaya leluhur. Untuk mencapai pelataran luas candi, ada sejumlah undakan cukup tinggi yang saya mesti lewati.
Kompleks Candi Ijo ini berada di Gunung Ijo, pada ketinggian 410 mdpl, yang merupakan bagian dari Perbukitan Prambanan di bagian Utara deretan Pegunungan Seribu. Sebelumnya, setelah turun dari mobil di area parkir di sebelah kiri bawah terlihat kelompok candi di undak bawah kompleks Candi Ijo. Hanya satu yang terlihat utuh, tampaknya telah direstorasi, sedangkan candi-candi lainnya masih berupa reruntuhan batu. Satu candi menyisakan bagian bawahnya saja.
Dua anak muda di latar depan Candi Ijo Sleman Yogyakarta terlihat tengah bertukar sebotol minuman mineral sehabis berlatih fisik. Mereka tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti pekan olah raga. Suasana di sana memang sangat mendukung untuk itu. Di bagian utama kompleks ini ada tiga buah candi perwara berukuran sama berada dalam posisi sebaris, dan candi utama pada posisi berhadapan dengan candi perwara yang di tengah.
Dataran yang dibalut rumput hijau dimana keempat candi berada itu cukup luas. Benar-benar di luar bayangan saya. Di kiri-kanan undakan terbawah dan di bagian atas undakan candi terdapat pasangan arca penjaga, namun bentuknya tidak begitu jelas. Ukiran Kala Makara ada di atas relung masuk dan di atas relung kecil di sayap kiri kanan candi yang terlihat kosong. Uniknya, ada dua Kala Makara di atas relung pintu utama candi, satu berukuran besar berada di atas, dan satu lagi kecil di bawahnya.
Masuk ke dalam relung candi utama Candi Ijo Sleman Yogyakarta terdapat Lingga Yoni berukuran cukup besar, pertanda tempat ini merupakan candi pemujaan bagi pengikut Hindu Siwa. Di bawah cerat (saluran air) Yoni terdapat relief kura-kura, disangga oleh kepala seekor naga. Pada sisi luar relung candi utama ini ada relief burung yang masih terlihat elok.
Tidak jelas apakah relief itu ada hubungannya dengan cerita yang hidup di masyarakat sekitar, yaitu bahwa Candi Ijo ditunggui oleh dua danyang bernama Kiai Poleng dan Nyai Poleng. Mereka memiliki peliharaan burung merpati dan ayam berbulu merah kekuningan yang selalu dibiarkan lepas di setiap malam Jumat. Namun penduduk yang kebetulan melihatnya tidak akan ada yang berani menangkapnya, karena mereka akan jatuh sakit dan mati.
Ada pula Kala Makara dengan mata sebelah sudah lenyap di atas relung kosong di sayap kanan bangunan utama Candi Ijo Sleman Yogyakarta. Arca-arca Agastya, Ganesha dan Durga yang sebelumnya berada di relung-relung candi, kini telah disimpan di Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta.
Di dalam relung candi perwara Candi Ijo Sleman Yogyakarta yang berada di tengah terdapat sebuah arca nandi dalam kondisi sangat baik, bersebelahan dengan batu berukir cantik yang permukaan atasnya bundar datar. Nandi adalah kendaraan Syiwa, dewa utama dalam agama Hindu. Arca Yoni tanpa Lingga saya lihat di dalam relung candi perwara yang satunya lagi. Yoni adalah simbol Dewi Parwati, isteri Siwa, dan juga merupakan lambang kesuburan.
Kabarnya di area Candi Ijo juga ditemukan arca Siwa, arca Wisnutriwikrama dan Narasimha, perwujudan Wisnu yang berkepala singa. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan kapan kompleks Candi Ijo yang terdiri dari 17 bangunan pada 11 teras itu dibangun. Namun berdasarkan ornamen pada candi, diperkirakan Candi Ijo dibangun pada jaman Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno, antara abad ke-VIII dan ke-X. Membayangkan, jika saja ke-11 teras itu semuanya selesai dipugar, alangkah indahnya.
Adalah administratur pabrik gula Sorogedug bernama H.E. Doorepaal yang konon pertama kali menemukan Candi Ijo ini pada 1886. Lalu C.A. Rosemeler menemukan tiga buah arca batu, dan pada pada 1887 Dr. J. Groneman menemukan lembaran emas bertulis, cincin emas, dan beberapa benda lainnya.
Sayang saya tidak memiliki cukup waktu untuk menjelajah ke semua teras yang ada. Kabarnya ada satu candi di teras 1 dan 4, satu candi dan dua batur di teras 5, tiga candi dan empat batur serta dua prasasti di teras 8, sisa-sisa batur di teras 9, dan teras ke-11 adalah yang saya kunjungi dimana juga terdapat pagar keliling dan delapan buah lingga patok. Tidak ditemukan bangunan pada teras sisanya.
Candi Ijo berpotensi besar untuk menjadi tempat wisata sejarah favorit, apalagi panorama dan hawa perbukitannya juga sangat mendukung. Hanya diperlukan perhatian pada perbaikan jalan, pengembangan sarana pendukung di lokasi, serta penyuluhan kepada masyarakat penjual batu kapur potong untuk menertibkan bobot muatan truknya.
Candi Ijo Sleman
Alamat : Dukuh Nglengkong, Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Lokasi GPS : -7.78379, 110.51154, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Sleman, Peta Wisata Sleman, Hotel di Yogyakarta.Label: Candi, Sleman, Wisata, Yogyakarta
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.