Gang ini panjangnya sekitar 200 m, dan bertemu dengan lorong yang dipadati oleh kios-kios. Kios-kios ini menjual berbagai jenis pakaian, muslim maupun umum, tasbih dan perlengkapan sembahyang lainnya, minyak wangi, kitab-kitab dan buku Islam, mainan anak, dan banyak lagi. Kios-kios ini juga menjual jajanan dan makanan tradisional setempat, makanan Arab dan India, berbagai jenis minuman, sampai air zam-zam pun ada.
Di sepanjang lorong ini terdapat cukup banyak gang yang menuju ke Jl. Nyamplungan, selain Gang Ampel Kesumba, dan ke jurusan yang berlawanan ketika hendak keluar ke jalan raya. Melihat ramainya pengunjung, banyaknya akses masuk dan akses keluar masjid ini tentu sangatlah membantu. Meski demikian pada satu waktu lorong itu akan penuh sesak dengan orang, layaknya padatnya jalanan raya di kota besar.
Pemandangan pada lorong utama yang menuju ke arah masjid. Masjid Ampel Surabaya sepertinya adalah masjid paling ramai di Surabaya, oleh karena banyaknya peziarah yang hendak ke Makam Sunan Ampel yang lokasinya berada di belakang masjid. Ini tentu saja membawa berkah bagi para pedagang yang berjualan di sepanjang lorong menuju masjid dan makam. Lorong ini beratap polikarbonat terang dengan jalanan yang tertata rapi.
Di ujung lorong ini ada sebuah gapura paduraksa tebal berhias suluran daun dan kelopak bunga, yang membatasi halaman Masjid Ampel Surabaya dengan lorong kios. Gapura ini adalah salah satu dari lima gapura Masjid Ampel yang dikenal dengan nama Gapuro Poso (Puasa). Empat gapura lainnya adalah Gapuro Munggah (naik haji), Gapuro Ngamal (zakat), Gapuro Madep (shalat), dan Gapuro Paneksen (syahadat).
Seorang pria tengah bangkit berdiri dari sujudnya di selasar panjang yang ditopang pilar-pilar beton berjajar rapi di Masjid Ampel Surabaya. Selain interior masjid yang sangat rapi, dengan rak-rak berisi kitab-kitab suci, keistimewaan masjid ini adalah lantai marmarnya yang sangat bersih dan mengkilap, meski tak terhitung ada berapa banyak orang yang keluar masuk masjid ini setiap harinya.
Tempat berwudhu di masjid ini berbentuk melingkar dengan atap genting mengerucut bersegi enam, yang tampaknya melambangkan rukun iman, dengan ornamen kuningan berjumbai di puncaknya. Masjid Ampel memiliki menara tunggal setinggi lima puluh meter yang bentuknya bulat sedikit mengerucut menyerupai menara kontrol di bandara, dengan bentuk dek pengamatan di dekat puncaknya. Atap masjidmya berbentuk limasan, yang merupakan ciri khas arsitektur masjid jaman Walisongo, dengan ornamen seperti bentuk mahkota berwarna emas pada puncaknya.
Pandangan pada ruang utama Masjid Ampel Surabaya mengarah ke mihrab dimana terdapat ruang untuk imam masjid dan mimnar bagi khatib. Pilar-pilar Kayu Jati tinggi terlihat elok dan klasik, menopang atap yang masing-masing terikat dengan kayu penghubung pada bagian tengah dan atasnya. Pilar-pilar Kayu Jati ini semuanya berjumlah 16 buah, dengan diameter 60 cm, dan tinggi 17 m tanpa sambungan, yang semuanya masih aseli. Angka 17 adalah jumlah rakaat shalat wajib yang dilakukan orang Islam dalam seharinya.
Sebagaimana umumnya masjid di Jawa, di Masjid Ampel juga ada sebuah bedug berukuran besar, lengkap dengan kentongan dan pemukulnya. Adanya bedug dan kentongan di dalam masjid, tidak lepas dari peran Walisongo yang melakukan pendekatan kultural dan menghormati tradisi dalam menjalankan dakwahnya. Memukul bedug dengan irama tertentu menjadi semacam ritual menyenangkan bagi anak-anak dan remaja ketika lebaran tiba dari sejak berbuka pada hari terakhir puasa sampai menjelang shalat Ied.
Pandangan pada ruang utama Masjid Ampel Surabaya mengarah ke sisi sebelah kiri dimana terdapat menara yang dilapis dengan ornamen kayu jati yang membuatnya tampak unik dan antik menyerupai benteng. Terlihat pula sebuah tangga kayu yang juga dijumpai pada beberapa masjid tua lainnya. Umpak tiang dilapis keramik halus bersegi delapan, dan banyak pilar kayunya berhias ornamen kuningan dan kaligrafi Arab berbunyi "Muhammad" dengan puncak seperti kubah berbunyi "Allah".
Di dalam ruangan masjid ada beberapa buah pilar berukuran dua pelukan orang dewasa yang dilapis dengan lempengan-lempengan kayu yang membentuk garis berulang. Masjid Ampel Surabaya didirikan pada 1421 oleh Raden Mohammad Ali Rahmatullah, yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ampel, dibantu Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji serta para santri. Sonhaji, atau Mbah Bolong, adalah mantan nakhoda kapal yang menentukan arah kiblat Masjid Ampel.
Masjid Ampel Surabaya telah mengalami empat kali pemugaran besar untuk sampai pada bentuknya yang sekarang. Tak diragukan lagi bahwa Masjid Ampel Surabaya merupakan kawasan wisata religi bersejarah di Surabaya yang menarik , bahkan wajib, untuk dikunjungi. Lingkungan sekitarnya tertata rapi dan bersih. Masjid Ampel juga anggun dan indah, perpaduan arsitektur kuno dan modern yang dijaga dan dipelihara dengan baik.
Masjid Ampel Surabaya
Alamat : Jl. Ampel Suci 45 / Jl. Ampel Masjid 53, Surabaya. Lokasi GPS : -7.23073, 112.74275, Waze. Rujukan : Hotel di Surabaya, Tempat Wisata di Surabaya, Peta Wisata SurabayaLabel: Jawa Timur, Masjid, Surabaya, Wali, Wali Songo, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.