Setelah mengisi perut di salah satu kedai di Pasar Lama Tangerang, kami pun masuk ke pasar pagi yang masih disesaki orang.
Sesekali mesti merapat ke dagangan orang saat berpapasan gerobak bakso atau pengendara motor yang melintas di tengah pasar. Dan di depan penjual ikan, mesti waspada pula terhadap cipratan air untuk membasahi ikan!
Sebelumnya tak ada dalam bayangan saya bahwa museum yang hendak kami kunjungi pagi itu berada di tengah pasar becek ini! Ketika celingukan mencari museumnya, penjual sayur dan ikan segar yang menggelar dagangan di bawah tenda di samping gerbang sebuah rumah mempersilahkan kami masuk. Wowwwwww, decak kagum tak henti mengalir dari mulut kami.
Suasana di depan Museum Benteng Heritage Tangerang setelah pasar bubar. MBH bangunan keempat dari kiri.
Ternyata memang benar, di tengah pasar becek itu kami menemukan bangunan Tiongkok kuno yang telah disulap menjadi museum. Benteng Heritage Museum, Warisan Budaya Peranakan Tionghoa Tangerang, sebuah plakat hitam terpampang di dinding depan menyambut langkah kami. Ya, inilah museum peranakan Tionghoa pertama dan satu-satunya di Indonesia.
Museum Benteng Heritage Tangerang ini adalah museum peranakan Tionghoa pertama dan satu-satunya di Indonesia. Meskipun demikian ada pula beberapa keturunan Tionghoa yang sukses dalam bisnisnya kemudian mendirikan sebuah museum keluarga, seperti misalnya Museum House of Sampoerna di Surabaya dan Museum Sejarah Bentoel di Malang.
Bapak Udaya Halim, pendiri dan pemilik Museum Benteng Heritage, saat ia memberikan presentasi kepada pengunjung. Cina Benteng adalah nama yang melekat pada masyarakat peranakan Tionghoa di sekitar Kali Cisadane, Tangerang. Disebut demikian karena dahulu di sepanjang kali terdapat benteng VOC untuk berlindung dari serangan Kesultanan Banten.
Loket tiket masuk ke Museum Benteng Heritage Tangerang. Museum ini adalah realisiasi mimpi gila Udaya Halim, seorang peranakan Cina Benteng dalam mengumpulkan serpihan jejak para leluhurnya. Ia melakukannya dengan segala ketekunan, laksana cut and paste mozaik pada relief kuno yang membuat pengunjung kagum pada isi bangunan ini.
Dalam satu kesempatan berlibur ke Indonesia bersama keluarganya, Udaya tergerak untuk membeli rumah tua yang berdiri di seberang bekas rumah orang tuanya untuk dijadikan museum. Udaya yang menjalankan usaha di bidang pendidikan, melaksanakan mimpinya membeli dan merestorasi rumah di Jl Cilame 20 itu dengan biaya dari kantong sendiri.
Sembari merampungkan restorasi yang berjalan selama dua tahun dari 2009 hingga 2011, Udaya mendadak menjadi seorang sejarawan bagi Museum Benteng Heritage yang didirikannya itu. Ia menggali berbagai informasi seputar peranakan Tionghoa Benteng, mempelajari semua sejarah dan mengumpulkan artefak untuk kelengkapan museumnya.
Ada beragam versi tentang awal kedatangan leluhur Tionghoa di sekitar Cisadane. Salah satunya adalah konon mereka merupakan keturunan pasukan Ceng Ho yang sempat melakukan pendaratan di Cisadane saat berlayar ke wilayah Nusantara. Dari 7 pelayarannya, sebanyak lima kali Ceng Ho mampir ke Jawa, termasuk pelayaran terakhir antara 1430 - 1433.
Sebagian lagi keturunan para pengungsi yang lari dari Batavia ketika terjadi pembantaian besar-besaran terhadap etnis Tionghoa atau pembantaian Batavia 1740. Kini, Museum Benteng Heritage yang diresmikan dan dibuka untuk umum pada 11 November 2011 ini, kualitasnya setara dengan House of Sampoerna di Surabaya dan Museum Bank Indonesia di Jakarta Kota.
Ada Koleksi Museum Benteng Heritage berupa lukisan Suasana Pasar Lama Tangerang sekitar abad 18. Museum Benteng Heritage dikelola secara swadana, dan koleksinya berasal dari pribadi, kolektor benda kuno, sumbangan warga sekitar, serta dari pemerhati budaya Tionghoa Peranakan. Museum dilengkapi multimedia untuk melihat proses restorasi dari rumah tua tak terawat hingga menjadi museum indah, dilengkapi informasi seputar Jakarta Tempo Doeloe.
Kehadiran Museum Benteng Heritage sungguh membanggakan, dan bisa disandingkan dengan Baba and Nyonya Heritage Museum di Malaka atau Museum Peranakan dan Chinese Heritage Museum di Singapore. Sebelum pulang, kami membeli oleh-oleh khas Tangerang Lama berupa Kecap Nomor Satu yang diproduksi secara tradisional sejak 1882 di Waroeng Hobby.
Benteng Heritage Museum
Alamat : Jl Cilame No 18/20 Pasar Lama, Tangerang. Telp 021-445.445.29. Lokasi GPS : -6.1786983, 106.6297375, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam Buka : Selasa-Jumat 13:00-18.00, Sabtu - Minggu 11.00-19.00, Senin TUTUP. Harga tiket masuk : Umum Rp 20.000, Pelajar/Mahasiswa Rp 10.000, English Language Tour Rp 50.000. Rujukan : Hotel di Tangerang, Hotel di Tangerang Selatan, Tempat Wisata di Tangerang, Peta Wisata Tangerang.Label: Banten, Jawa, Museum, Olyvia Bendon, Tangerang, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.