Pura Agung Tirta Bhuana Bekasi berada di Jl. Jatiluhur I, Jaka Sampurna, Kalimalang, Bekasi, Jawa Barat. Pura ini memiliki dua pintu masuk, dengan pintu masuk yang satu lagi menghadap jalan yang sejajar Kalimalang arah ke Bekasi, tidak jauh dari lokasi Sekolah Global Prestasi.
Tidak ada area parkir mobil di bagian depan pura itu, namun sepeda motor masih bisa parkir di sana. Di tempat itu juga ada sebuah pohon beringin yang terlihat sudah agak tua dengan akar-akar gantung sangat lebat dan harus diikat dan dilekatkan ke batang pohon agar tidak sampai mengganggu orang yang lewat di dekatnya. Gapura di bagian depan itu berbentuk paduraksa, bentuk yang tak lazim digunakan untuk memisahkan bangunan pura dengan area di luarnya.
Namun bentuk gapura paduraksanya memang berbeda, dengan lengkung lebih lebar dan tidak terlalu tinggi dibanding gapura pemisah jaba tengah dengan jaba jero. Di sebelah kiri dan kanan gapura terdapat patung harimau, yang mengingatkan saya pada Cioksay yang biasa berjaga di depan pintu kelenteng Tao. Hanya saja harimau betinanya tidak bersama anaknya, dan harimau jantannya tidak memegang bola.
Gapura candi bentar berada di sisi Jalan Jatiluhur I dengan tulisan selamat datang dan om suastiastu yang berhenti hanya sebatas tulisan, oleh sebab pintu ini terkunci, dan meski saya beberapa kali mencoba menarik perhatian orang yang ada di dalam pura, tak ada satu pun orang yang keluar mendekati saya untuk menyapa, malah gonggong anjing-anjing galak yang terus terdengar dan berusaha menghalau saya dari pintu pura.
Berbeda dengan gapura depan yang dijaga sepasang singa, di gapura candi bentar ini dijaga oleh sepasang arca dwarapala dengan posisi gada bayangan cermin. Ukiran arca semen ini, lantaran sekarang sudah sulit menemukan batu besar seukuran ini, dikerjakan dengan cukup baik. Di bagian bawah arca ada ram-raman besi sebagai tempat untuk meletakkan sesaji. Lambang swastika tampak menghiasi dinding bata di sisi kiri kanan gapura.
Area parkir mobil yang rapi dan cukup nyaman berada di sisi ini, dan di sana pula saya parkir. Setelah gagal masuk dari pintu ini saya sempat mampir ke warung yang ada di seberang jalan, namun tak mendapat bantuan atau petunjuk yang saya butuhkan. Sehingga akhirnya saya berjalan kaki ke gerbang depan dan berhasil menarik perhatian salah satu penjaga. Begitupun memerlukan 'negosiasi' cukup panjang hingga akhirnya saya bisa masuk ke dalam pura, dengan permintaan untuk tidak masuk ke dalam area jaba jero.
Sebagian area jaba jero sempat saya ambil fotonya dari undakan yang ada di pintu tambahan di sebelah kanan kori agung, mentaati permintaan petugas untuk tidak melangkahkan kaki masuk ke dalam area yang dianggap paling sakral ini. Di tempat ini penganut agama Hindu bersembahyang dan melakukan ritual keagamaan menghadap candi utama dan stana yang ada di sampingnya.
Sayang sekali pandangan ke arah candi utama yang berbentuk meru terhalang oleh pepohonan, dan petugas tak bergeming ketika saya meminta ijin untuk mendapat sudut pandang yang lebih baik. Keramahan tempat ibadah memang sepenuhnya bergantung pada keluasan hati dan kedalaman wawasan petugasnya, apa pun agamanya. Meski tempat ibadah bukan tempat wisata, namun sesungguhnya bisa menjadi jembatan penghubung kerukunan dan membantu menipiskan sekat eksklusifitas agama.
Walau terhalang dahan dan dedaunan, saya masih bisa melihat bahwa di dasar meru tedapat arca ular naga, dan di puncak meru ada relief keemasan yang sepertinya melambangkan Dewa Indra. Boleh jadi di dasar meru juga ada patung penyu raksasa, seperti yang pernah saya lihat ketika berkunjung ke Pura Taman Sari di Klungkung.
Menurut catatan Pura Agung Tirta Bhuana Bekasi diresmikan pada hari Sabtu Kliwon, 23 Maret 1991, beberapa tahun lebih tua dibandingkan dengan Pura Agung Tamansari Halim Perdanakusuma yang baru diresmikan pada tahun 1998.
Selain sebagai tempat bersembahyang umat yang beragama Hindu, di lingkungan Pura Agung Tirta Bhuana juga diselenggarakan kelas tari Bali untuk umum oleh Sanggar Tari Saraswati. Kelas tari itu dilakukan pada setiap Rabu dan Sabtu.
Saya sempat berdiskusi panjang dengan petugas pura yang masih sangat muda, taksiran saya belum sampai 20 tahunan umurnya. Ia mengaku anak Kediri, yang mengingatkan saya pada kunjungan ke Pura Penataran Agung Kilisuci dan Goa Selomangleng serta ke tempat-tempat bersejarah dan elok lainnya di Kediri yang bisa dibaca di sini. Jalan pikir cenderung toksik anak muda ini buat saya menjadi bukti bahwa sempit pikir dan bibit radikalisme tidak hanya ada di agama mayoritas, namun bisa ada dimana saja.
Berkunjung ke pura biasanya menyenangkan, karena lingkungannya yang terbuka lazimnya diteduhi dengan pepohonan rimbun, sekali pun berada di tengah kota besar padat penduduk seperti Bekasi dan Jakarta. Suasana di dalam pura biasanya juga hening jika tidak sedang berlangsung acara ritual besar.
Beberapa hari setelah kunjungan saya itu akan ada piodalan, acara peringatan ulang tahun pura, hanya saja tak membuat saya tertarik karena adanya ketentuan untuk mengajukan ijin dan belum tentu juga bisa masuk ke jaba jero.
Alamat Pura Agung Tirta Bhuana berada di Jl. Jatiluhur I Kalimalang Bekasi. Telepon : 021 – 8840965. Lokasi GPS : -6.248364, 106.967359, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel Murah di Bekasi, Hotel di Bekasi, Tempat Wisata di Bekasi, Peta Wisata Bekasi.
Label:
Bekasi,
Jawa Barat,
Pura,
Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.