Sejarah mencatat bahwa pada 30 Mei 1619 JP Coen menyerbu dan berhasil menduduki Jayakarta, dan ia pun segera memindahkan pusat kekuasaannya dari Banten ke Jayakarta dan merubah namanya menjadi Batavia. Pada saat itulah Souw Beng Kong diminta oleh JP Coen untuk menjadi kapitan dengan tugas membangun perekonomian Batavia dan menjaga ketertiban masyarakat.
Souw Beng Kong adalah imigran yang lahir pada tahun 1580 di Tong An, Fujian, pada jaman pemerintahan Dinasti Ming. Konon adalah karena ia merupakan saudagar kaya dan dihormati di Banten, sehingga JP Coen butuh bantuannya untuk menggerakkan ekonomi Batavia yang porak poranda dengan mengajak orang-orang Cina ke Batavia untuk berdagang.
Pada awalnya ada sekitar 200 orang Cina yang datang ke Batavia yang semakin lama semakin bertambah sehingga mencapi jumlah tiga ribuan dalam kurun waktu 30 tahun.
Selain mencetak uang tembaga, Souw Beng Kong juga seorang saudagar kapal, kontraktor, pemegang lisensi perjudian, penghubung antara VOC dan Inggris di Banten, dan mengembangkan perdagangan antara Formosa (kini Taiwan) dengan Batavia.
Sebuah catatan menyebutkan bahwa adalah Kapiten Souw Beng Kong yang membangun Kanal Molenvielt yang memisahkan Jl. Gajahmada dengan Jl. Hayam Wuruk. Beng Kong disebut mempunyai dua istri asal Bali yang memberinya dua anak.
Keberadaan Makam Souw Beng Kong (1580-1644) pertama kali disebut oleh seorang sejarawan Belanda bernama De Haan dalam bukunya yang terbit tahun 1920, berjudul Oud Batavia.
De Haan menulis bahwa Souw Beng Kong merupakan kapiten Cina pertama dimana kuburannya berada di dekat jalan yang sekarang bernama Pangeran Jakarta itu.
Seiring lewatnya waktu, makam Souw Beng Kong sempat tak terawat dan tertutup semak belukar. Meski sempat kesulitan mencarinya, namun makam itu berhasil ditemukan oleh Khouw Kin An, Mayor Cina terakhir di Batavia, dan lalu memugarnya. Pada makam ia buat bong pai dalam bahasa Belanda dan bong pai dalam bahasa Cina yang berisi riwayat Souw Beng Kong.
Setelah kembali terlupakan selama puluhan tahun, pencarian lokasi makam dilakukan lagi pada tahun 2002 oleh sejumlah pihak seperti Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia, Universitas Tarumanegara, Paguyuban Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia, dan Masyarakat Marga Souw peduli.
Makam itu kembali dipugar oleh Yayasan Souw Beng Kong pada tahun 2008 yang merawat makam dan membebaskan tanah di sekitar makam sehingga luas areanya menjadi 200 m2. Tiga papan petunjuk jalan ke makam juga dipasang di Jl. Pangeran Jayakarta. Yayasan itu beralamat di Taman Grisenda Blok E2 No.2, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, dengan nomor telepon 0878 7887 1076, 0818 0879 5218.
Dulu tempat ini adalah kompleks makam keluarga Souw Beng Kong, yang ketika ia meninggal pada April 1644 kompleks makam itu berada di kebun kelapa miliknya yang luasnya mencapai 20.000 m2. Namun kini makamnya berada di antara permukiman kumuh warga, sehingga yang dulunya di tempat itu ada empat makam namun yang sekarang tersisa hanya tinggal satu.
Makam Souw Beng Kong
Alamat: Gg Taruna, Jl. P Jayakarta, Kelurahan Mangga Dua Selatan, Kecamatan Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10730. Lokasi GPS: Google Maps, Waze.Label: Jakarta, Jakarta Pusat, Makam, Wisa, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.