Pemandangan cantik pada rumah di lereng perbukitan Gunung Salak itu, yang membuat orang kota akan terkesan ketika melihatnya dan ingin mampir ke sana. Sementara orang gunung akan terkesan melihat gedung jangkung dan jembatan-jembatan tanpa sungai di kota. Orang memang gampang merasa bosan, dengan apa pun yang setiap hari dilihat dan dirasakannya.
Tiga pintu gerbang berbentuk paduraksa dengan ornamen indah terlihat pada tingkat ketiga di Pura Parahyangan Agung Jagatkartta Bogor yang bernama Kori Agung, memisahkan bagian tengah dengan bagian utama. Dua arca naga dengan ukiran sangat indah menjagai pintu utama Kori Agung di bagian dalam pura.
Patung Ganesha yang berada di salah satu sudut di area Jaba Tengah Pura Parahyangan Agung Jagatkartta Bogor. Arca yang terlihat elok ini berbalut kain kuning dan diapit sepasang payung berwarna putih dan kuning yang terlihat kecil dibanding ukuran patung. Payung adalah lambang perlindungan, untuk mendapat ketentraman lahir dan batin.
Panorama Utama Mandala atau Jaba Jero di Pura Parahyangan Agung Jagatkartta Bogor, dengan latar belakang perbukitan di lereng Gunung Salak. Meskipun matahari bersinar terang, namun hawa dingin pegunungan membuat saya tidak merasakan panas. Setelah beberapa saat mencoba duduk bersemedi, barulah saya memotret bagian tengah pura.
Jalan berbatu terjal sepanjang sekitar 1,4 km dari tepi Jalan Raya Ciapus sampai di parkiran di depan jalan masuk ke Pura Parahyangan Agung Jagatkartta. Namun demikian, pemandangan di sekitar jalan ini cukup menghibur.
Tanjakan jalan masuk yang tajam dari tempat parkir ke halaman Pura Parahyangan Agung Jagatkartta. Wanita berbaju hijau pada foto itu tengah menyapu jalan ketika saya lewat.
Kori Agung Pura Parahyangan Agung Jagatkartta dengan tiga gapura paduraksa terdiri dari satu pintu utama di tengah, dan pintu dua pintu tambahan. Hanya kedua pintu tambahan yang dibuka saat itu.
Sepasang naga bermahkota yang kepalanya berada di ujung bawah undakan dan badannya mengapit area di sepanjang undakan sampai ke pintu utama Kori Agung.
Ukiran pada kepala naga dan mahkotanya dibuat dengan detail yang baik dan halus, menunjukkan kepiawaian perupa patung yang membuatnya.
Undakan pada pintu utama Kori Agung yang diapit sepasang naga bermahkota yang sangat indah. Di samping pintu terdapat dua arca penjaga, dan di atas pintu terdapat ukiran Kala, dengan puncak meru 11 tingkat.
Ukiran Kala di atas pintu gapura paduraksa serta sepasang arca penjaga yang mengapit pintu masuk.
Arca penjaga pintu utama Kori Agung yang memegang sebuah gada di tangannya. Sebuah tumbuhan paku-pakuan terlihat tumbuh pada ukiran Kala di atas pintu.
Pemandangan di area Jaba Jero dengan beberapa buah bale terbuka dan bale tertutup yang tak terlihat pada foto. Di ujung area terdapat undakan menuju ke bagian paling sakral di pura ini.
Salah satu bale di Jaba Tengah Pura Parahyangan Agung Jagatkartta yang terlihat artistik. Setiap bale memiliki nama dan fungsi yang berbeda.
Sisi sebelah kanan Utama Mandala yang hanya bisa dilihat dari jauh dengan sebuah candi meru dan dua buah stana. Pada puncak meru terdapat plakat lonjong ukir berwarna emas terang. Payung-payung mekar itu di area tidak hanya berwarna kuning namun ada pula warna-warni lainnya.
Sisi bagian kiri Mandala Utama dengan sebuah meru dan payung putih kuning di anak tangganya. Pintunya terlihat tertutup dan ukirannya tak bisa terlihat dengan jelas.
Salah satu stana di area Mandala Utama. Namanya ditulis dalam aksara Jawa Bali dan latin, namun tak terbaca dari jauh. Hiasan kemuncak pada stana terlihat indah.
Bale lainnya di Jaba Tengah yang dihias ornamen elok pada tepian langit-langitnya. Keempat tiang bale dibalut dengan kain prada Bali. Sesajen tampak berada di salah satu tiang bale.
Salah satu hiasan pada kemuncak sebuah bale, dengan ukiran kepala-kepala naga dan lekuk lengkung lainnya yang dibuat dengan sangat menarik dan indah.
Bale lainnya di Jaba Tengah yang ujung bawah atapnya dilapis kain prada bewarna emas dengan garis merah. Tiang-tiangnya dibalut dengan kain berwarna kuning terang.
Bale terbuka ini terletak di pojok Jaba Tengah. Tiang-tiangnya dibiarkan telanjang, dan di atas bale menggeletak beberapa buah tikar.
Lengan undakan yang merupakan badan ular naga dan memperlihatkan area Nista Mandala atau Jaba Sisi dimana terdapat sebuah bale terbuka.
Jalan menurun saat meninggalkan halaman Pura Parahyangan Agung Jagatkartta menuju ke tempat parkir kendaraan. Di sisi kiri terdapat sebuah pura kecil dan saya sempat mampir sejenak ke tempat itu.
Pura kecil yang lokasinya berada di seberang Pura Parahyangan Agung Jagatkartta. Pura ini dibangun terlebih dahulu oleh seorang pensiunan dan tetap dipertahankan oleh pemiliknya meski sudah ada pura yang jauh lebih besar.
Pandangan lebih dekat pada arca Ganesha dengan detail ukir yang elok. Warna kuning dan putih untuk kain dan payung tampaknya merupakan warna dominan di kebanyakan pura.
Pandangan lebih dekat pada ukiran relief sosok dewa dan hiasan naga pada sebuah bale yang berada di dalam area Pura Parahyangan Agung Jagatkartta.
Tengara nama sebuah bale di dalam kompleks Pura Parahyangan Agung Jagaktkartta, yang ditulis dalam aksara Jawa Bali dan huruf Latin. Bale Paselang juga disebut Smara Bhawana" karena dipercayai sebagai tempat terjadinya proses penciptaan seisi jagat.
Meru yang berada di Utama Mandala, tempat paling sakral di sebuah pura, yang umumnya tak semua orang diijinkan untuk masuk ke dalam area ini. Pada puncak meru atau candi terdapat lempengan dengan relief yang melambangkan dewata utama di pura ini.
Label:
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.