Museum Etnobotani Bogor adalah museum yang koleksinya menggabungkan ilmu botani dengan karya budaya etnik di seluruh Nusantara. Museum ini ada di ruangan yang tersembunyi dalam gedung di Jl. Ir. H. Juanda No. 24, berseberangan dengan Kebun Raya Bogor.
Pintu masuk Museum Etnobotani Bogor ada di samping kanan gedung sehingga membuat saya salah masuk. Sedangkan akses ke tempat parkir ada di sisi kiri gedung, dan karena waktu itu tak ada petunjuk jelas, sehingga orang memang akan masuk dahulu ke ruangan yang salah.
Etnobotani adalah cabang ilmu tumbuhan yang mempelajari hubungan antara suku-suku asli dengan tetumbuhan yang ada di lingkungan sekitar mereka hidup, dan bagaimana mereka memanfaatkannya dalam kehidupan keseharian. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh John William Harshberger, seorang antropolog berkebangsaan Amerika, pada tahun 1895.
Sebuah relief yang sangat indah dipasang pada permukaan dinding pintu masuk Museum Etnobotani Bogor. Relief ini saat itu merupakan satu-satunya benda seni indah yang ada di bagian depan museum, menggambarkan berbagai kegiatan pria dan wanita di kebanyakan pedesaan yang ada di tanah air. Berbagai rupa hasil kebun dan sawah juga ditampilkan dengan elok.
Tempat wisata untuk memperluas pengetahuan ini dikabarkan menyimpan lebih sekitar 2000 artifak yang berasal dari berbagai daerah dan kepulauan di Indonesia. Keloksinya meliputi barang-barang untuk keperluan rumah tangga, mainan anak, pakaian tradisional, peralatan pertanian, perikanan, alat musik, dan sebagainya, yang semuanya dibuat dari bagian-bagian tanaman lokal.
Peresmian museum ini dilakukan pada 18 Mei 1982 oleh Prof. BJ. Habibie, Menteri Riset dan Teknologi waktu itu, bertepatan dengan hari ulang tahun Kebun Raya Bogor ke-165. Gagasan mendirikan museum ini berasal dari Prof. Sarwono Prawirohardjo, Ketua Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (sekarang LIPI), saat peletakan batu pertama pembangunan Herbarium Bogoriense pada 1962.
Gagasan itu diteruskan Dr. Setiaji Sastrapraja, Direktur Lembaga Biologi Nasional, yang pada 1975 mengadakan pertemuan dengan tokoh permuseuman, ahli ilmu sosial, kemasyarakatan dan antropologi, serta para pakar botani.
Berbagai jenis bahan tumbuhan dari berbagai tempat di tanah air yang sering dipergunakan dalam ramuan jamu tradisional bisa dilihat di Museum Etnobotani Botor. Ada kencur, beras, kunir, asam, jahe, biji kedawung, lempuyang, adas, pulosari, laos, sinom, sambiloto, temulawak, dan banyak lagi yang lainnya. Jamu beras kencur dan temulawak mungkin yang terpopuler. Di area pamer lainnya wisata museum ini ditampilkan kerajinan tangan tradisional topi, keranjang, tikar, dan perlengkapan sehari-hari lainnya yang dibuat dari bagian-bagian pohon Palem.
Perkakas dan alat berburu berupa tombak, bubu, panah, dan ada pula tameng dan patung khas Papua juga dipajang di Museum Etnobotani Bogor. Ukuran panahnya relatif sangat panjang jika dibandingkan dengan busurnya, yang mungkin membuatnya lebih stabil dan bisa dibidik lebih dekat ke sasaran yang hendak dituju, terutama jika dipakai untuk memanah ikan.
Di kotak pamer lainnya dipajang beragam perlengkapan rumah tangga dan peralatan kerja dari rotan, dan ada pula yang bahannya dari lontar. Lalu ada berbagai jenis topi, bubu penangkap ikan, tampah, bermacam-macam bentuk keranjang dari bahan dasar bambu. Juga peralatan dan kerajinan tradisional berupa cangkul sagu, topi, anyaman langit-langit rumah, atap, dinding, peralatan pertanian dan rumah tangga, alat musik dan perlengkapan sehari-hari lainnya yang dibuat dari bahan sagu.
Ruang pamer berikutnya berisikan koleksi alat tenun tradisional di Museum Etnobotani Bogor. Kain tenun tradisional masih merupakan seni kerajinan yang hidup dan tetap populer di berbagai tempat di tanah air meskipun telah banyak digantikan dengan alat tenun mesin yang memiliki presisi dan tingkat produktivitas yang tinggi. Kerja seni biasanya dihargai lebih tinggi.
Luku atau bajak dalam ukuran aslinya di Museum Etnobotani Bogor. Alat tradisional ini dipakai petani untuk membalik tanah di sawah sebelum ditanami padi. Luku ditarik kerbau atau sapi, namun kini banyak digantikan dengan traktor. Petani Jawa mempercayai bahwa luku diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, sebelumnya mereka memakai pacul untuk membalik tanah.
Garu dalam ukuran asli juga dipajang di tempat ini. Garu lazimnya dipakai untuk menandai baris yang akan ditanami padi setelah sawah dibajak. Kebanyakan anak kota mungkin tidak pernah melihat alat ini saat digunakan. Koleksi artifak museum ini dikumpulkan para peneliti, khususnya dari Lembaga Biologi Nasional (sekarang Puslit Biologi).
Akses masuk yang tersembunyi, petunjuk tempat yang kurang jelas, serta kurangnya publikasi, membuat keberadaan Museum Etnobotani Bogor yang menyimpan kekayaan tradisional Indonesia ini terlihat sepi pengunjung. Jika memiliki anak kecil atau remaja, ajaklah mereka untuk berkunjung untuk mengagumi ragam karya budaya etnik dari berbagai pelosok tanah air.
Alamat Museum Etnobotani berada di Jl. Ir. H. Juanda 22-24 Bogor. Telp 0251-321040, 0251-321041, 0251-8322035. Lokasi GPS : -6.598514, 106.793868, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : Senin-Kamis 08.00-16.00; Jumat 08.00-11.00 dan 13.00-16.00; Sabtu dengan perjanjian. Harga tiket masuk : Rp 2.000. Hotel di Bogor, Hotel di Bogor Kota, Peta Wisata Bogor, Tempat Wisata di Bogor.
Label:
Bogor,
Jawa Barat,
Museum,
Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.