Semula enggan ke Istana Bogor bersama Laskar 79 ITB karena pengunjung tak boleh memotret di dalam Istana dan terbayang prosedur kaku yang harus diikuti. Namun akhirnya pergi juga karena Dewi ikut, dan ada keingintahuan untuk melihat dalaman Istana Presiden elok itu.
Sebelumnya saya hanya bisa melihat halaman belakang Istana Bogor dari tepian kolam Kebun Raya Bogor. Istana ini hanya bisa dikunjungi rombongan, kecuali Juni saat Hari Jadi Bogor. Mobil parkir di halaman sebuah Bank, tepat di seberang pos pintu masuk Istana Bogor. Hamparan rumput hijau luas di halaman istana terlihat sejuk di mata, dengan pohon-pohon beringin besar yang akar gantungnya digunting bagian bawahnya sehingga menyerupai rambut keriting yang dipotong sebatas leher wanita. Gerombolan rusa totol yang menjadi ikon tempat wisata istimewa ini merumput agak jauh dari tempat kami melangkah.
Jumlahnya rusa tak kurang dari 590 ekor. Ada jam-jam pemberian makanan rusa yang menjadi tontonan menarik, dan sempat kami lihat di ujung kunjungan. Sesaat kemudian kami disambut pemandu resmi yang ramah. Jauh dari kesan kaku. Ia dengan santai memandu kami, tidak ketat 'menjaga' peserta untuk tetap selalu bersamanya.
Beberapa teman Laskar 79 bergerombol di depan Patung Meminta Hujan di Istana Bogor. Patung perunggu itu dibuat pematung Ceko. Ada patung wanita lagi yang menengadahkan tangan, melambangkan rasa sukur setelah hujan turun. Di luar ruang istana rupanya diperbolehkan memotret, sedangkan di dalam ruangan istana memang tidak boleh memotret.
Adalah Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff yang membuat sketsa dan membangun Istana Bogor dalam rentang 1745-1750, meniru model arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough di dekat Oxford. Perubahan yang dilakukan oleh Daendels dan Raffles membuat Istana Bogor megah dengan luas halaman 28,4 hektar dan luas bangunan 14.892 m².
Di dalam ruangan istana Bogor terdapat bermacam patung dan lukisan, 90% lebih dari jaman Presiden Soekarno. Ada lukisan Basuki Abdullah berjudul "Jaka Tarub" (255 x 170 cm) dan "Dalam Sinar Bulan" dengan lekuk indah tubuh wanita. Lalu lukisan tahun 1881 berjudul "The Russian Wedding" karya Makowski, pelukis terkenal asal Rusia.
Sebelum Ruang Garuda, pada dinding berseberangan menempel cermin besar, yang disebut cermin seribu bayangan. Tempat diantara kedua cermin itu merupakan titik kilometer nol Kota Bogor. Ruang Garuda yang berbentuk oval itu sangat mengesankan, ada puluhan pilar beton tinggi, lampu kristal susun besar, dan patung Garuda keemasan.
Keluar dari Ruang Garuda kami sampai di teras belakang Istana Bogor dengan halaman luas, dan kolam yang berbatasan dengan Kebun Raya Bogor. Di dekat kolam teratai terdapat patung The Hand of God, reproduksi dari patung yang ada di Swedia dan di sejumlah kota dunia lainnya. Ada pula patung karya Patzay Pal asal Budapest, berangka tahun 1962.
Berjalan ke arah kiri terdapat toko cindera mata. Di tempat itu dijual kaos, jaket, gantungan kunci, jam, payung, gelas, dan bermacam pernik lainnya. Semuanya bergambar dan bertulis Istana Bogor yang menjadi bukti sah telah ke istana ini, selain berfoto narsis.
Melangkah lagi terlihat jendela-jendela tinggi pada gedung sayap kanan Istana Bogor. Jendela tinggi itu kini tertutup. Selain menghindari debu dan sinar matahari langsung, juga semua ruangan di dalamnya tentu telah diberi pendingin ruangan. Bertambah padatnya permukiman, dan panas dari bakaran kendaraan telah membuat hawa Kota Bogor tidak lagi sesejuk beberapa puluh tahun lalu, dan AC rumah makin memperburuk hawa.
Saya sempat berdiri mengamati patung Si Denok yang dibuat April 1958 oleh Trubus, seniman patung asal Solo kesayangan Bung Karno. Patung tanpa busana dengan payudara menggantung elok itu tubuhnya memakai model anak pelukis Belanda Ernest Dezentje dan wajahnya Ara, istri karyawan Istana Bogor.
Ada pula patung Marhaen di teras depan. Ketika Bung Karno bersepeda di Bandung Selatan, ia mendatangi seorang petani yang tengah bekerja di sawahnya, dan terjadilah percakapan. Petani bernama Marhaen itu ternyata mengerjakan sawah sendiri yang merupakan warisan keluarga, menggunakan perkakas pertanian sendiri, hasil panen untuk menghidupi keluarga sendiri, tidak memperkerjakan orang lain, dan punya gubuk kecil milik sendiri.
Sebuah ukiran kayu yang berada di teras depan gedung utama Istana Bogor dengan detail rumit yang sangat indah. Ada empat wujud manusia dalam ukiran kayu ini. Satu di bawah yang hanya terlihat kepala dan dua tangannya, satu yang paling besar di tengah menyerupai raksasa dengan yang memegang sebuah benda, satu lagi pada posisi kaki menekuk, dan satu lagi ada di atas. Seolah menjaga istana, di depan undakan teras terdapat sepasang patung Dwarapala raksasa.
Istana ini sempat rusak parah saat terjadi gempa besar akibat meletusnya Gunung Salak pada 10 Oktober 1834. Gubernur Jenderal Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856) merubuhkan bangunan sisa gempa dan membangunnya kembali dengan gaya neo-klasik abad 19. Penghuni terakhir istana yang anggun ini adalah Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang bertekuk lutut di Kalijati kepada Jenderal Imamura, Panglima Tentara Kekaisaran Jepang pada Perang Pasifik.
Sejak 1968 Istana Bogor dibuka untuk kunjungan umum atas restu Presiden Soeharto. Jika hendak berkunjung, lihat juga prosedur kunjungan ke tempat bersejarah dengan arsitektur istimewa ini. Sebuah tantangan bagi para arsitek Indonesia, yang hingga kini belum juga berhasil menciptakan trend mahakarya arsitektur Indonesia yang bisa mendunia.
Alamat Istana Bogor berada di Jl. Ir. H. Juanda No. 1, Bogor. Telepon (0251) 8321001, 8328172. Faks. (0251) 8328172. Lokasi GPS : -6.59838776208, 106.797363402, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : kunjungan dengan perjanjian. Harga tiket masuk : gratis. Hotel di Bogor, Hotel di Bogor Kota, Peta Wisata Bogor, Tempat Wisata di Bogor.
Label:
Bogor,
Istana,
Jawa Barat,
Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.