Adalah Masjid Saka Tunggal Cikakak di Banyumas yang pertama saya kunjungi. Jika di masjid Cikakak ada banyak monyet ekor panjang, maka di masjid Pekuncen ini sepi. Namun di dekat kedua masjid unik ini sama-sama ada makam tua yang dihormati dan diziarahi banyak orang. Lokasi Masjid Saka Tunggal Pekuncen ada di sebelah utara Benteng Van der Wijck, berjarak sekitar 1,7 km, melewati Desa Sidayu. Bangunannya berada di ujung gang, masuk sekitar 200 meter dari jalan utama desa ke arah kiri atau arah ke Barat. Sekira 200 meter di sebelah Barat masjid terdapat lapangan tembak yang panjangnya sekitar 475 meter.
Masjid Saka Tunggal Pekuncen konon didirikan pada 1722 oleh Bupati Kendurean, yang adalah putra dari Adipati Mangkuprojo. Sang adipati wafat pada 1719 dan dimakamkan di Pekuncen sesuai dengan wasiatnya, karena beliau pernah berjuang melawan penjajah dari tempat ini. Masjid ini didirikan bertepatan dengan peringatan 1000 hari wafatnya sang adipati.
Gapura candi bentar bertulis "Masjid Jami' Saka Tunggal", dan tahun pembuatan gapura Juli 2005 serta padanan dalam kalender Hijriyah. Juga ada "Pkc", singkatan dari Pekuncen. Di sebelah kiri terlihat ada tengara yang menandai bahwa Masjid Saka Tunggal Pekuncen ini merupakan benda Cagar Budaya yang dilindungi kelestariannya oleh Undang-Undang.
Halaman masjid terlihat cukup luas dan telah dilapisi dengan blok paving sehingga terlihat rapi. Melihat bentuknya, Masjid Saka Tunggal Pekuncen yang sekarang ini sudah merupakan kombinasi dari bangunan tradisional limasan tumpang dengan gaya masjid Timur Tengah, terlihat dengan adanya kubah, serta lubang-lubang lengkung pada teras.
Melihat penampakan luar Masjid Saka Tunggal Pekuncen Kebumen ini kecil kemungkinannya bangunannya masih asli, sehingga keberadaan tengara Cagar Budaya menjadi seperti kurang bermakna. Bisa dimengerti bahwa karena bahan yang digunakan pada jaman dahulu umumnya terbuat dari kayu, makam umurnya bisa dipastikan tidak panjang. Namun jika pun diganti dengan yang baru, baiknya sama dengan bentuk sebelumnya.
Semula atap masjid terbuat dari ijuk dan berdinding tabak bambu. Pada 1822 atap masjid diganti genteng, dan pada 1922 dindingnya diganti batu bata. Saya sempat shalat Jumat di Masjid Saka Tunggal ini setelah berkunjung ke Makam Adipati Mangkupraja yang berada di atas sebuah bukit cukup tinggi sekitar 300 meter di sebelah utara masjid.
Sebuah bedug berukuran sedang, lengkap dengan kentongannya yang diletakkan pada dudukan mendatar, terlihat di sisi serambi sebelah kanan. Dahulu, sebelum harga TV sangat terjangkau dan pengeras suara ada dimana-mana, bedug adalah suara merdu yang selalu ditunggu-tunggu orang, terutama sebagai penanda buka puasa di bulan Ramadhan.
Atap serambi telah ditutup dengan eternit atau asbes yang dicat warna putih, menyembunyikan struktur kayu penopang atap masjid. Struktur kayu penopang atap sebenarnya mungkin akan terlihat lebih indah jika saja dibiarkan terlihat mata. Dengan adanya eternit maka serambi masjid menjadi terkesan sempit karena langit-langit yang rendah.
Satu hal yang pasti adalah pada bangunan aslinya tentu tidak memakai eternit untuk menutupi atap ruangan masjid. Jika pun ruangan Masjid Saka Tunggal Pekuncen Kebumen itu memakai penutup maka kemungkinan besar akan menggunakan tabag bambu yang dilabur putih.
Saat itu ada seorang bapak berkopiah tampak berdzikir di dekat mihrab, memunggungi saka tunggal penopang atap limasan masjid. Tiang kayu jati tua itu berukuran 30x30 cm, dengan tinggi 4 m, dan di puncaknya melintang empat batang kayu yang disangga empat skur berukir. Saka tunggal dan skur-nya itu tampaknya merupakan bagian masjid yang masih asli.
Ruangan utama Masjid Saka Tunggal bisa diakses dari serambi dengan tiga lubang masuk tanpa dipasangi pintu. Pada tembok ruangan Masjid Saka Tunggal Pekuncen sebelah kiri menempel papan berwarna hitam dengan tulisan yang dibuat dengan kapur tulis berisi jadwal kegiatan masjid.
Kesan tradisional pada ruangan utama masjid ini bisa dikatakan nyaris lenyap. Jika saja kayu saka tunggalnya itu tidak dicat namun diplitur manual atau plitur semprot dengan mutu yang baik mungkin agak membantu menciptakan kesan tradisional yang lebih kuat.
Selera seni dan kedisiplinan pengurus masjid untuk menjaga keontentikan bangunan Masjid Saka Tunggal Pekuncen menjadi sangat penting dalam memelihara dan merawat bangunan Cagar Budaya seperti ini. Namun dengan beralihnya generasi pengurus, apa yang sudah baik bisa berubah menjadi buruk, atau bisa pula sebaliknya yang terjadi.
Semoga saja akan ada pengurus Masjid Saka Tunggal Pekuncen Kebumen yang tergerak pikir dan hatinya untuk mengembalikan langgam arsitektur dan bahan penyusun bangunan masjid sesuai bentuk aslinya. Akan lebih elok lagi jika gapura masjid juga dibuat bergaya Majapahitan.
Masjid Jami' Saka Tunggal Pekuncen Kebumen
Alamat : Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor, Kebumen. Lokasi GPS : -7.587, 109.51952, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Kebumen, Tempat Wisata di Kebumen, Peta Wisata Kebumen.Label: Jawa Tengah, Kebumen, Masjid, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.