Jarak dari Museum Purbakala Pleret ke Situs Masjid Kauman Pleret Bantul hanya sekitar 700 meter, mengarah ke Timur lalu belok ke kiri di Jalan Pleret, melewati perempatan, dan kemudian belok kiri lagi sekitar 70 m dari perempatan itu. Situs ini berada di sebelah kanan jalan, di pekarangan samping kanan sebuah masjid yang dibangun kemudian.
Suasana sepi ketika saya tiba. Tidak ada orang yang bisa diajak berbincang sekitar Situs Masjid Kauman Pleret Bantul yang berada di tempat terbuka ini. Masjid yang di sebelah pun sedang sepi, belum waktunya shalat. Kami pun kemudian berjalan masuk ke dalam area situs, melihat bekas-bekas ekskavasi, dan mengambil beberapa buah foto.
Bangunan darurat berpagar kayu sederhana beratap seng semacam ini terlihat ketika saya melangkah memasuki area Situs Masjid Kauman Pleret Bantul. Di bawahnya adalah area bekas ekskavasi yang dilakukan oleh balai arkeologi setempat. Tidak ada keterangan di tempat mengenai kotak galian ini, demikian juga di kotak galian lain.
Salah satu lubang kotak ekskavasi memperlihatkan susunan batu bata yang sudah berwarna tanah, serta ada semacam saluran air di sisi sebelah kanan lubang. Catatan tentang kotak-kotak galian itu sepertinya sudah lengkap, setidaknya jika membaca tulisan Tata Ruang Masjid Kauman Pleret yang ditulis oleh Alifah dari Balai Arkeologi Yogyakarta.
Salah satu umpak batu besar yang saat itu masih dibiarkan berada di area terbuka Situs Masjid Kauman Pleret Bantul. Ada 23 umpak yang telah ditemukan di Situs Masjid Kauman Pleret ini, dari seluruhnya 36 umpak yang diduga menjadi penopang bangunan masjid. Berdasar temuan yang ada, Masjid Kauman Pleret diduga tidak memiliki serambi.
Penggalian pada 2010 di situs Masjid Kauman Pleret Bantul ini ditemukan bilah keris kuno, potongan tulang, gigi binatang, serta tiga fragmen keramik Tiongkok dari Dinasti Ming dan fragmen keramik Eropa serta gerabah. Satu-satunya tengara yang ada saat itu adalah spanduk kecil berisi nama resmi situs dan sedikit gambaran latar belakangnya.
Lubang-lubang ekskavasi di Situs Masjid Kauman Pleret Bantul rata-rata berpagar dan ditutup dengan cungkup beratap seng. Kondisi ini sudah jauh lebih baik ketimbang, misalnya Situs Tondowongso Kediri yang dibiarkan terbuka, dan terbengkalai menyedihkan. Meski di tempat ini pun terdapat sejumlah peninggalan yang dibiarkan berada di tempat terbuka.
Saya sempat melihat area ekskavasi terbesar di Situs Masjid Kauman Pleret Bantul yang berada di bawah naungan atap seng tinggi dan cukup luas itu. Terlihat susunan bata lumayan tinggi berada di sebelah kiri yang diduga sebagai reruntuhan mihrab Masjid Kauman Pleret. Terlihat pula sebuah umpak (landasan pilar) batu yang berukuran besar.
Pada area ekskavasi Situs Masjid Kauman Pleret ini juga ditemukan saluran air yang diduga berada di depan masjid, atau mengelilinginya, sebagaimana parit yang ada di Masjid Besar Mataram Kotagede. Baiknya dibuat keterangan di setiap lubang galian itu. Tak butuh biaya mahal untuk membuat dan meletakkannya di tepian lubang.
Pandangan area ekskavasi yang ada di ujung area, dengan umpak besar di sebelah kanan. Penelitian dan penggalian situs dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY, Balai Arkeologi Yogyakarta, BP3 DIY dan Jurusan Arkeologi UGM pada rentang waktu 2003 - 2010. Itu dilakukan guna mengungkap struktur Masjid Kauman Pleret Bantul, atau Masjid Agung Pleret, yang didirikan Amangkurat I yang memerintah Kerajaan Mataram Islam pada 1646-1677.
Amangkurat I adalah anak Sultan Agung. Namun berbeda dengan sifat ayahnya yang menentang Belanda dan dikenal arif bijaksana, Amangkurat I memiliki sifat bengis, dan suka mengumbar hawa nafsu. Ia juga menjalin hubungan dengan Belanda, karenanya dibenci rakyat dan kerabatnya sendiri. Akibatnya banyak pergolakan semasa pemerintahannya. Amangkurat I memindahkan Keraton Mataram Kerto yang didirikan Sultan Agung ke Pleret, yang kemudian diserbu dan didukuki oleh Trunojoyo pada 1677. Pangeran Puger belakangan merebut kembali Keraton Mataram Pleret dan mengangkat dirinya menjadi raja Mataram yang baru, setelah Trunojoyo puas menjarah harta keraton dan kembali ke Kediri.
Namun Amangkurat I menunjuk Adipati Anom, kakak Pangeran Puger, sebagai penggantinya dan bergelar Amangkurat II, yang dengan dukungan VOC menumpas Trunajaya pada akhir tahun 1679. Amangkurat II kemudian membangun Keraton Kartasura pada 1680. Pangeran Puger akhirnya mengakui kedaulatan Amangkurat II setelah sempat terjadi perang saudara. Menyerahnya Pangeran Puger mengakhiri Mataram, meskipun ia kemudian menjadi penguasa Kartasura bergelar Pakubuwono I setelah menyingkirkan Amangkurat III. Pleret pun semakin memudar pamornya setelah pusat kekuasaan pindah ke Kartasura, dan kemudian ke Surakarta, menyisakan peninggalan seperti Situs Masjid Kauman Pleret Bantul ini.
Situs Masjid Kauman Pleret Bantul
Alamat : Dusun Kauman, Pleret, Kecamatan Pleret, Bantul, Yogyakarta. Lokasi GPS : -7.86513, 110.40581, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Bantul, Peta Wisata Bantul, Hotel di Yogyakarta.Label: Bantul, Masjid, Situs, Wisata, Yogyakarta
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.