Seperti kehidupan, ketika memutuskan untuk berpindah jalur hidup, maka jarang orang buru-buru balik badan untuk kembali ke titik semula. Jika saja kami kembali ke jalan semula, maka akan terus ada pertanyaan menggantung di pikir tentang kemana jalan itu berujung, dan sesal mengapa tidak sekalian jalan, ketimbang kapan-kapan mesti datang lagi untuk memuaskan rasa penasaran.
Nah, ternyata hanya sekitar 350 meter berkendara kami sudah sampai ke area lumayan luas yang belakangan saya ketahui merupakan Area Parkir Barat Guci. Jalan itu buntu dan berakhir di area parkir ini. Di ujung area parkir itu ada kolam renang air panas juga, namanya Graha Tirta Ayu. Hasil berbincang singkat, kami meninggalkan mobil di parkiran dan berjalan kaki ke arah belakang kolam renang dan lalu melipir di tepian sungai menuju ke Pancuran 5 Guci.
Penampakan yang kami lihat dan lalui beberapa saat setelah meninggalkan area parkir dengan berjalan kaki melewati samping kolam renang Graha Tirta Ayu, menuruni lereng jalan dan akhirnya bertemu jalan datar lurus ini yang berada persis di bantaran sungai menuju ke arah Pancuran 5 Sendang Sari Guci.
Di ujung sana jalan ini kembali naik dan kemudian berkelok ke kiri dan bertemu dengan sebuah jembatan. Jalan di pinggir sungai ini bisa dibilang sepi lalu lintas orangnya, karena selama berada dan berjalan kaki di sana kami hanya berpapasan dengan dua orang, dan mereka adalah penduduk setempat.
Namun demikian tak ada rasa khawatir hinggap di pikir selama menyusuri jalan itu, barangkali karena memang ada bapak supir mobil yang berjalan kaki mengiringi. Entah jika jalan sendiri di sana selepas senja, karena meskipun ada lampu jalan namun jarak antara satu lampu dengan lampu berikutnya lumayan jauh.
Jembatan yang kami akan lalui setelah mengikuti jalan lurus di tepi sungai, kemudian menanjak sedikit dan lalu berbelok ke arah kiri. Tertulis di atas jembatan sana sebuah kalimat himbauan atau peringatan agar orang berjalan satu-satu, dan dimohon agar tidak berdiri atau berlama-lama berada di atas jembatan.
Sepertinya umur jembatan ini sudah lumayan tua, sehingga ada kekhawatiran dari penduduk setempat bahwa penyeberang atau pengunjung bisa celaka jika beban yang harus ditanggung oleh jembatan ini sudah terlalu berat karena banyak orang berdiri di sana terlalu lama.
Kekhawatiran yang beralasan, oleh sebab musibah pernah menimpa beberapa pengunjung tempat wisata semacam ini, yang dikarenakan robohnya jembatan akibat usianya yang sudah tua dan terlalu banyak pengunjung yang berdiri di sana pada saat yang bersamaan. Setidaknya hal itu pernah terjadi di Lokasiwata Baturraden beberapa tahun lalu sehingga dibuat jembatan baru yang lebih kokoh.
Bisa dimaklumi pula mengapa ada larangan untuk berdiri lama-lama di atas jembatan itu, oleh sebab pemandangan ke Pancuran 5 Sendang Sari Guci dan kolam renang air panas yang berada di sebelahnya bisa terlihat dengan sangat jelas dari atas jembatan, seperti yang bisa dilihat di galeri foto.
Apalagi jika di area itu sedang ramai pengunjung, baik yang ada di kolam air panas dan di Pancuran 5 Guci, tentu akan menjadi pemandangan yang menarik untuk ditonton mereka yang lewat di jembatan ini. Kelima pancuran itu terlihat jelas di bagian tengah foto, terletak setelah kolam air panas yang tampak di latar depan.
"Sendang Sari" sebagai tambahan nama pada Pancuran 5 Guci ini terlihat pada spanduk kecil yang ditempel pada dinding di sebelah kanan atas kelima pancuran itu. Ini perlu disebutkan oleh karena di internet ada sejumlah situs, termasuk Google, yang menyebut pancuran ini bukan dengan nama Sendang Sari namun Pandansari. Boleh jadi nama yang disebut itu merupakan nama dukuhnya.
Jika melihat dari tempat saya berdiri di atas jembatan, debit air yang keluar dari kelima pancuran tampak cukup besar. Lebih besar dari debit air panas yang keluar dari Pancuran Pitu Baturraden, setidaknya pada saat saya melihatnya. Namun perbandingan itu belum tentu benar, oleh karena boleh jadi saya datang tidak pada musim yang sama, dan jika pun musimnya sama mungkin saja saat itu jumlah curah hujannya berbeda.
Melihat kepulan asap tipisnya yang membubung ke langit di sekitar area pancuran, maka aman untuk dikatakan bahwa memang benar air panas dengan suhu lumayan tinggi yang mengalir di pancuran ini. Saya memang tak masuk ke dalam area pancuran oleh sebab tak hendak mandi air panas di sana, karena di Hotel Sankita Guci tempat kami menginap juga ada kolam renang air panas dengan debit air berlimpah yang kami bisa mandi kapan saja. Bahkan air di kamar mandi hotel pun juga merupakan air panas dari perut Gunung Slamet.
Pancuran 5 Sendang Sari Guci
Alamat: Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Lokasi GPS: Google Maps, Waze. Jam buka: 24 jam. Harga tiket masuk: Rp5.000. Hotel di Guci, Tempat Wisata di Tegal, Peta Wisata Tegal, Hotel di Tegal.Label: Air Panas, Guci, Jawa Tengah, Tegal, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.