Sebenarnya kami sempat berkendara melewati gerbang masuk ke Pancuran 13 Guci Tegal, yang gapuranya berada persis sebelum melewati jembatan wisata Guci. Hanya saja karena jalannya yang sempit, belakangan saya tahu nama jalannya adalah Jl Raya Karangsari - Guci, dan tidak ada tempat untuk parkir kendaraan maka kami lewat begitu saja.
Namun memang pada saat itu saya belum faham benar bahwa tempat itulah yang disebut sebagai Pancuran 13, karena memang tak sempat berhenti dan seingat saya belum melihat tulisan pada plang papan nama yang ada di sana. Saat lewat pun hanya kebetulan saja karena sedang mengeksplorasi jalanan di kawasan Wana Wisata Guci.
Belakangan kami berjalan kaki menyusuri pinggiran sungai setelah meninggalkan kendaraan di Area Parkir-2 Kawasan Wisata Guci, yang letaknya tak jauh dari Hot Waterbom Guci-ku yang beberapa saat sebelumnya kami kunjungi. Kami melewati dan melongok sejenak area Pancuran 5 Sendang Sari Guci, sebelum melanjutkan langkah kaki menuju ke Pancuran 13.
Penampakan gapura masuk ke area Pancuran 13 Guci Tegal yang dana untuk pembuatannya tampaknya disokong oleh sebuah perusahaan BUMN, oleh karena ada nama dan logonya yang berukuran cukup besar tertera mencolok di sana. Sayangnya kualitas dan desain gapuranya agak tak sepadan dengan besarnya bisnis BUMN itu.
Jika saja tempat ini bukan dikunjungi oleh mayoritas rakyat biasa, boleh jadi bentuk gapuranya akan jauh lebih elok dan berkelas. Entahlah. Di satu sisi kelas menengah bawah cenderung tak sadar kebersihan lingkungan dan tak begitu peduli untuk ikut merawat fasilitas tempat wisata, di sisi yang lainnya belum banyak pemimpin daerah yang berupaya menghadirkan tempat wisata berkelas yang murah.
Di gerbang masuk Pancuran 13 Guci itu pengunjung diminta untuk membayar tiket masuk seharga Rp5.000, ini di luar tiket yang harus dibayar ketika memasuki kawasan wisata Guci. Karena itulah meski sudah terbilang murah, namun ada yang mengeluh mengapa harus membayar dua kali. Mungkin memang datang dengan membawa uang pas-pasan, dan Rp5.000 dikalikan sekian anggota keluarga sudah cukup besar artinya buat mereka.
Pemandangan yang memperlihatkan keramaian pengunjung di area kawasan wisata Pancuran 13 Guci Tegal, dilihat dari atas jembatan wisata yang menjadi tempat lalu lalang kendaraan bermotor. Ini adalah suasana hari Jumat, yang akan jauh lebih ramai lagi ketika datang hari Sabtu dan Minggu, dari pagi hingga malam hari. Ya, banyak yang mandi tengah malam untuk mengalap berkah.
Bantaran sungai dengan air mengalir jernih di area Pancuran 13 telah disemen dan digelari tikar yang tentu saja orang harus membayar sewa jika hendak menggunakannya. Sarana gratis di tempat wisata sepertinya sudah menjadi hal yang sangat langka di hari-hari ini. Mungkin karena itu sekelompok perempuan berhijab tampak berdiri termangu tak tahu hendak melakukan apa.
Di sebelah kiri atas adalah kamar untuk berganti pakaian dan untuk bilas setelah mandi air panas. Di sebelahnya ada patung naga bermahkota dengan warna kulit hijau dan kulit bagian bawah kuning. Konon tempat ini merupakan wilayah kekuasaan dayang Nyai Roro Kidul bernama Nyai Rantensari yang berwujud naga, sehingga dibuat patung itu untuk mengingatnya.
Lokasi pancuran yang memang berjumlah tiga belas, semuanya mengalirkan air panas dengan debit besar, lebih besar dari Pancuran Pitu, berada di ujung bawah undakan setelah patung naga, atau di samping kiri jembatan yang ada di tengah sana itu. Pria wanita mandi di kolam di bawah pancuran yang sepenuhnya terbuka. Hal yang biasa, seperti mandi di kolam renang saja.
Di ujung sana, di pangkal batang sungai Kali Gung ini ada sebuah air terjun besar yang diberi nama Curug Serwiti. Konon nama curug diberikan oleh seorang ulama keturunan Sunan Gunung Jati bernama Kyai Mustofa oleh sebab pada waktu itu beliau melihat ada banyak burung Serwiti (Collocalia esculenta) muncul di sekitar air terjun.
Air panas Guci mulai dibuka untuk umum pada tahun 1974 setelah ditemukan dan diteliti tidak mengandung bahan yang berbahaya. Saat itu para pelancong mandi di bawah gua yang menjadi sumber mata air panas dengan fasilitas masih sangat sederhana. Sungai yang ada di sana dinamai Kali Gung, kependekan dari kali agung, oleh karena bersentuhan dengan mata air yang dianggap agung karena melimpah sepanjang masa.
Namun memang pada saat itu saya belum faham benar bahwa tempat itulah yang disebut sebagai Pancuran 13, karena memang tak sempat berhenti dan seingat saya belum melihat tulisan pada plang papan nama yang ada di sana. Saat lewat pun hanya kebetulan saja karena sedang mengeksplorasi jalanan di kawasan Wana Wisata Guci.
Belakangan kami berjalan kaki menyusuri pinggiran sungai setelah meninggalkan kendaraan di Area Parkir-2 Kawasan Wisata Guci, yang letaknya tak jauh dari Hot Waterbom Guci-ku yang beberapa saat sebelumnya kami kunjungi. Kami melewati dan melongok sejenak area Pancuran 5 Sendang Sari Guci, sebelum melanjutkan langkah kaki menuju ke Pancuran 13.
Penampakan gapura masuk ke area Pancuran 13 Guci Tegal yang dana untuk pembuatannya tampaknya disokong oleh sebuah perusahaan BUMN, oleh karena ada nama dan logonya yang berukuran cukup besar tertera mencolok di sana. Sayangnya kualitas dan desain gapuranya agak tak sepadan dengan besarnya bisnis BUMN itu.
Jika saja tempat ini bukan dikunjungi oleh mayoritas rakyat biasa, boleh jadi bentuk gapuranya akan jauh lebih elok dan berkelas. Entahlah. Di satu sisi kelas menengah bawah cenderung tak sadar kebersihan lingkungan dan tak begitu peduli untuk ikut merawat fasilitas tempat wisata, di sisi yang lainnya belum banyak pemimpin daerah yang berupaya menghadirkan tempat wisata berkelas yang murah.
Di gerbang masuk Pancuran 13 Guci itu pengunjung diminta untuk membayar tiket masuk seharga Rp5.000, ini di luar tiket yang harus dibayar ketika memasuki kawasan wisata Guci. Karena itulah meski sudah terbilang murah, namun ada yang mengeluh mengapa harus membayar dua kali. Mungkin memang datang dengan membawa uang pas-pasan, dan Rp5.000 dikalikan sekian anggota keluarga sudah cukup besar artinya buat mereka.
Pemandangan yang memperlihatkan keramaian pengunjung di area kawasan wisata Pancuran 13 Guci Tegal, dilihat dari atas jembatan wisata yang menjadi tempat lalu lalang kendaraan bermotor. Ini adalah suasana hari Jumat, yang akan jauh lebih ramai lagi ketika datang hari Sabtu dan Minggu, dari pagi hingga malam hari. Ya, banyak yang mandi tengah malam untuk mengalap berkah.
Bantaran sungai dengan air mengalir jernih di area Pancuran 13 telah disemen dan digelari tikar yang tentu saja orang harus membayar sewa jika hendak menggunakannya. Sarana gratis di tempat wisata sepertinya sudah menjadi hal yang sangat langka di hari-hari ini. Mungkin karena itu sekelompok perempuan berhijab tampak berdiri termangu tak tahu hendak melakukan apa.
Di sebelah kiri atas adalah kamar untuk berganti pakaian dan untuk bilas setelah mandi air panas. Di sebelahnya ada patung naga bermahkota dengan warna kulit hijau dan kulit bagian bawah kuning. Konon tempat ini merupakan wilayah kekuasaan dayang Nyai Roro Kidul bernama Nyai Rantensari yang berwujud naga, sehingga dibuat patung itu untuk mengingatnya.
Lokasi pancuran yang memang berjumlah tiga belas, semuanya mengalirkan air panas dengan debit besar, lebih besar dari Pancuran Pitu, berada di ujung bawah undakan setelah patung naga, atau di samping kiri jembatan yang ada di tengah sana itu. Pria wanita mandi di kolam di bawah pancuran yang sepenuhnya terbuka. Hal yang biasa, seperti mandi di kolam renang saja.
Di ujung sana, di pangkal batang sungai Kali Gung ini ada sebuah air terjun besar yang diberi nama Curug Serwiti. Konon nama curug diberikan oleh seorang ulama keturunan Sunan Gunung Jati bernama Kyai Mustofa oleh sebab pada waktu itu beliau melihat ada banyak burung Serwiti (Collocalia esculenta) muncul di sekitar air terjun.
Air panas Guci mulai dibuka untuk umum pada tahun 1974 setelah ditemukan dan diteliti tidak mengandung bahan yang berbahaya. Saat itu para pelancong mandi di bawah gua yang menjadi sumber mata air panas dengan fasilitas masih sangat sederhana. Sungai yang ada di sana dinamai Kali Gung, kependekan dari kali agung, oleh karena bersentuhan dengan mata air yang dianggap agung karena melimpah sepanjang masa.
Pancuran 13 Guci Tegal
Alamat: Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. Lokasi GPS: Google Maps, Waze. Jam buka : sepanjang waktu. Tiket masuk: retribusi Rp5.000 (hari libur Rp7.000), anak-anak Rp4.500 (Rp6.500). Parkir sepeda motor Rp1.000, mobil Rp4.000. Hotel di Guci, Tempat Wisata di Tegal, Peta Wisata Tegal, Hotel di Tegal.Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.