Pacu Jawi adalah balapan sapi yang dilakukan di sawah yang belum lama dipanen padinya. Festival dan keramaian tak menjadi kegemaran yang saya buru, oleh sebab itu ketika keramaian berlangsung saya memilih pergi menelisik tempat lain ketimbang menontonnya. Sebelum tiba di Hotel Ombilin Sawahlunto, kami sempat mampir melihat Kincir Air Talawi, Makam Muhammad Yamin, dan Danau Kandi.
Hotel Ombilin, yang sekarang menjadi Hotel Ombilin Heritage, kemudian hanya menjadi tempat pertemuan kami dengan Indra, teman Fenty Effendy, yang berbaik hati mencarikan penginapan buat kami. Setelah sempat berputar-putar, kami pun akhirnya menginap di W1, mess Pemda, yang pada jaman kolonial dijadikan rumah bagi bujangan Belanda.
Penampakan Hotel Ombilin Sawahlunto pada malam hari dan papan kotak neon dengan warnanya yang berani dan terang sepertinya merupakan obyek pertama yang saya foto setelah menginjakkan kaki di pusat Kota Sawahlunto. Sempat masuk ke ruangan bagian depan dimana terdapat resepsionis, sempat pula mengambil beberapa buah foto namun tak ada yang menarik perhatian saya di sana.
Tulisan pada dinding luar Hotel Ombilin sedikit memberi penjelasan kepada pengunjung mengenai riwayatnya. Gedung ini dibangun pada tahun 1918 dan sejak awal memang digunakan sebagai hotel dengan nama Hotel Ombilin. Ketika Belanda mendompleng Sekutu dan berhasil menguasai kembali sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Sawahlunto, gedung ini digunakan sebagai asrama tentara Belanda dari tahun 1945 hingga tahun 1949.
Hotel Ombilin Sawahlunto yang kami lihat pada keesokan harinya, dengan atap terbuat dari bahan seng yang masih banyak digunakan pada berbagai bangunan di Sumatera Barat. Bangunan khas bergaya Minangkabau di bagian depan hotel mungkin merupakan tambahan pada bangunan aslinya.
Di latar belakang terlihat perbukitan sebagai bagian dari Bukit Barisan yang mengelilingi Kota Sawahlunto, sementara di latar depan terlihat kabel-kabel telepon dan listrik yang suatu saat nanti mungkin akan ditanam di bawah tanah. Di sebuah toko yang ada di Gedung Koperasi Ombilin serta toko di depan Hotel Ombilin kami sempat membeli handuk karena mess dimana kami tinggal tidak menyediakannya.
Bagian belakang Hotel Ombilin Sawahlunto ini berada tepat di seberang Gereja Katolik Santa Barbara. Bangunan hotel yang berbentuk kotak memanjang ini memiliki bentuk bagian depan dan belakang yang juga dijumpai pada bangunan tua dari jaman kolonial lainnya di Kota Sawahlunto, yaitu bagian atasnya merupakan segitiga dengan ornamen di ketiga titiknya.
Hanya saja entah mengapa bangunan Hotel Ombilin ini tidak berbentuk simetris sempurna karena ada simetri kanan yang hilang pada bavel dan jendela, suatu hal yang tak lazim pada bangunan jaman dahulu, tidak juga di gedung tua lainnya di Sawahlunto. Bisa jadi telah dilakukan perubahan dari bentuk aslinya, hanya saja tak saya temukan foto lawasnya.
Halaman luas asri dan berumput hijau segar, sebuah gazebo dan rumah bergaya kolonial yang berada persis di belakang Hotel Ombilin, yang tampaknya digunakan untuk tamu-tamu khusus. Satu deretan di belakang rumah ini terdapat pula mess yang bisa digunakan untuk menginap.
Pada tahun 1970-an gedung Hotel Ombilin Sawahlunto sempat beralih tangan dan digunakan sebagai Kantor Polisi Militer sebelum kemudian berganti lagi ke fungsi aslinya yaitu sebagai tempat menginap bagi para pejalan dan tamu-tamu yang datang ke Sawahlunto.
Wisma Ombilin Sawahlunto
Alamat: Jl. M Yamin Pasar Remaja, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Lokasi GPS : -0.68133, 100.77738, Waze. Rujukan : Hotel di Sawahlunto, Peta Wisata Sawahlunto, Tempat Wisata di Sawahlunto.Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.